"kamu tak takut aku menghabisimu?" seru Anthony.
Daniel berbalik sejenak dan menggeleng "Ada tiga Bom yang terpasang di gedung ini yang akan meledak kalau suasana hatiku terganggu"
Keduanya kemudian saling melempar tawa, tapi itu Sungguh tidak lucu di mata Renata. Bagaimana mungkin mereka bermain - majn tentang nyawa begjtu mudahnya. Yang terburuk, salaj satu nyawa itu adalah miliknya.
"Cantik dan berani" Puji Danielyang sudah berada di meja dining restaurant.
"Aku bisa mengkategorikan ceroboh" Anthony menyambut kalimatnya dengan kesal. "Kamu tertarik"
"Tentu, dia barang langka" Daniel menyapukan pandangan ke sekitar "Bawakan aku mojito untuk penyegar suasana"
"Aku bukan pelayanmu, terima saja apa yang aku berikan nanti" Anthony berlalu menuju area dapur.
Tak berselang, Renata yang sudah menukar gaunnya muncul dan mulai mengambil duduk di seberang Daniel.
"Kamu masih kerabat tuan Kildman?" todong Daniel tanpa menunggu Renata membenarkan duduknya.
"Bagaimana kamu tahu? belum ada yang mengenaliku sejauh itu"
"Karena jangkauanku lebih jauh dari yang kamu bayangkan" Daniel tersenyum tipis "Baru - baru ini aku menangani sepupumu dia adalah client tetapku"
"Aku tidak perlu tahu"
Daniel menarik nafas sejenak "Sebenarnya kamu dalam list belanjaanku"
Renata mengernyitkan dahinya menckba menerka apa yang sedang di bahas Daniel padanya.
"Aku seorang professional lembelanja pribadi, akh bisa mendapatkan barang apapun yang mereka minta asal harganya sesuai, termasuk kamu"
"Aku tidak menjual diriku"
Daniel menggeleng sederhana "Kenyataannya tidak begitu, kamu bilang kamu hidup dari uangnya dan sedikit berminat saat aku melemparkan tawaran" daniel menjentikkan jemarinya dan mencondongkan badannya ke arah lebih dekat dengan Renata.
"24 hours pharmacy kode 520RE katakan itu ketika membeli insulin lain kali, kamu akan segera terhubung denganku"
"Any pharmacy?"
Daniel mengangguk "Anytime darling"
Renata hanya terdiam, pikirannya mulai bertarung apakah dia akan tetap bersama Anthony atau pergi bersama Daniel.
Tapi siapakah Daniel? Dia tak tahu banyak kecuali bahwa dia mengenal kakek dari sepupunya Harry.
Tapi Sebenarnya melacak siapa dirinya tidaklah sulit mengingay background keluarga Renata yang cukup terpandang, satu sisi Daniel terdengar cukup menjanjikan. Di lain sisi Daniel terdengar tidak kalah berbahayanya.
Wajah renata berpaling pada Anthony yang sudah keluar dari area dapur. Lelaki tampan itu nampak masih sangat sexy di mata Renata meski banyak hal yang tidak memuaskan di antara mereka.
'huuuh... Setidaknya dia belum terlalu membahayakan sejauh ini,' batinnya dalam hening.
"Berhentilah memandangi istriku, itu cukup menjengkelkan" Gerutu Anthony ketika sampai di meja.
"Apakah begitu terlihat?"
"Sebagai teman lama, tidak sulit mengenali hasratmu"
Daniel tertawa kecil,
"Ribolita?" Tanya Daniel mendapati makanan yang disajikan Anthony.
"Sudan aku bilang aku bukan pelayan yang menyenangkan hatimu, makanlah selagi hangat"
"Apakah dia selalu begini Re..?"
"Bukankah kalian adalah teman lama seharusnya lebih tahu satu sama lain"
"Hah... Aku kira akan berbeda apabila ada wanita cantik di antara kami"
Anthony hanya membeku tak menanggapi obrolan antara Renata dan Daniel.
"uuuh... Setidaknya makanannya hangat dan lezat" gumam Daniel yang sudah mulai memgunyah makanan di Mulutnya.
*****
"Kamu menyukai Daniel" Tanya Anthony dalam perjalanan.
"Dia tampan dan ramah, setiap perempuan pasti tertarik bukan?"
Anthony hanya menoleh sesaat, hingga kemudian dia kembali menatap jalanan aspal yang masih diguyur hujan.
"Kita tidak pulang?" Renata mengamati sebuah gedung yang lebih mirip gudang kosong. Temoat mereka berhenti.
"Aku sudah mengatakan bahwa kita akan sedikit bersenang - senang bukan?"
Jantung Renata mendadak befdegup kencang ketika anthony menunjukan pistol di tangannya, kali ini bukan satu, tapi dua.
"Satu untukmu" ucapnya yang tanpa ragu meletakkan pistol yang lebih kecil pada jemari Renata.
"Aku belum pernah menambak, memegangnya saja baru saat ini"
"Bagus... Kamu bisa memulai" Anthony dengan cepat beranjak keluar mobil dan segera membuka sisi lain pintu tempat Renata duduk.
"Keluar"
Tubuh Renata sedikit bergetar, kekhawatiranya mulai merebak.
"Cepat..!" Pinta Anthony sekali lagi dengan nada yang lebih tinggi.
Tanpa menunggu yang ketiga kali Renatapun segera keluar dengan pistol di sisi kanan. Diapun mengikuti langkah Anthony yang menggiringnya masuk ke arah dalam gudang.
Derit pintu terdengar cukup nyaring usai Antjony membuka kuncinya. Pertanda bahwa sepertinya tidak banyak orang yang pernah datang.
Keringat dingin mulai perlahan mencair di dahi Renata. Apakah nyawanya akan berahir di sini. Tapi Renata merasa tidak cukup alasan untuk Anthony menghabisinya saat ini.
Langkah Anthony terdengar menggema mendekatinya dati arah punggung.
"klek..." terdengar jelas suara kunci pelatuk pistol terbuka. Dan..
"Dor!!!!!" suara tembakan menggema cukup kencang menghantam salah satu kursi sofa tua yang tersandar di ujung gudang.
"Kamu berniat pergi? " gerak bibur Anthony terasa jelas di tengkuk Renata.
Renata menarik nafas dalam - dalam. Bermacam perasaaan atanra takut dan khawatir berkecamuk dan berseling.
Anthony mendengus jelas hingga hawa hangat nafasnya mengundang bulu tengkuk renata bereaksi.
"Hmmm.... Bila kamu sempat berfikir seperti itu" Tangan kekar Anthony meraih genggaman Renata. Dan mulai memandunya untuk mengarahkan pistol ke arah yang sama dengan bekas tembakannya.
"Fokus...!!!" Anthony berdesis dengan suara beratnya. Mengurai ketegangan di batin renata. Wajahnya otomatis menoleh Pada pria 40an itu dengan sedikit wajah tercengang.
"Aku mungkin brengsek, tapi aku bukan pembunuh bila tidak terpaksa" Lanjutnya seolah bisa membaca isi pikiran Renata.
Sebuah senyum tergurat lembut dari wajah tampan Anthony, entah mengapa sorot matanya terkesan tidak segarang biasanya. Dan mungkin bisa dikategorikan lembut.
"Fokus.." Desis Anthony sekali lagi, mengingatkan Renata dengan pistol yang mereka genggam bersama.
Renata mengangguk dan mulai mengarahkan wajahnya ke arah yang di maksud.
"pandanganmu masih cukup jernih bukan"
Renata hanya sanggup mengangguk sekali lagi.
"Kita mulai..."
Beberapa suara tembakanpun mulai terdengar beberapa kali. Dalam hening suasana antara keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments