Pleaase...." suara Renata tercekat memohon penuh harap, mungkin saja Anthony masih memiliki sedikit hati untuk mengasihinya.
Namun Anthony masih tidak bergeming, dia hanya memandangi panfulan cermin Renata dengan wajah dinginnya tanpa berkedip.
Seharusnya kamu melawan bukan memohon, ucap Anthony ahirnya. Perlahan dia mulai melonggarkan kalung di leher renata.
"uhuk - uhuk" Renata terbatuk kencang mengeluarkan semua karbon dioksida yang sempat tertahan keluar. "Kamu benar - benar ingin membunuhku"
"aku mempraktekkan salah satu kemungkinan ketika seseorang tidak menyukaimu" pembelaan anthony sama sekali tidak menghibur Renata..
Dia seakan tak percaya pria yang dia kagumi selama bertahun - tahun terbyata sangat berbeda.
****
(sebelum menikah)
'Ramah, pintar, berwibawa dan tampan Kenapa aku harus menolak' Renata menbatin dengan riang usai petemuannya dengan Anthony.
"Kita langsung pulang paman" pintanya saat sudah berada di dalam mobil.
"Baik nona"
Renata tersenyum sendiri sepanjang perjalanan. Dia tidak menyangka bahwa calonnya hari ini adalah Antonio, lelaki yanh selalu menjadi standardnya. Masalahnya, yang dia tahu anthony adalah suami dari pengusaha sukses wanita yang cukup ternama.
Kalau di banding mantan istri Anthony, renata merasa dirinya memang lebih baik.
"Aku, muda, cantik dan memiliki latar belakang yang mengagumkan" Renata menggumam sendiri sambil memandangi pantulan bayangannya di kaca spion.
"Nona menyukainya"
Renata hanya tersipu dan memilih untuk diam.
**
Makan malam pertunanganpun mulai di gelar, terkesan sangat srderhana bila di bandingkan dengan status Renata. Namun sejak awal inj adalah kesspakatan bisnis.
Semua yang hadir adalah keluarga, tapi jelas semua keluarga Renata adalah pembisnis handal. Pembicaraan yang bergulirpun hanya seputar dunia business. Bahkan meski Anthony berada di sampingnya. Lelaki itu hanya sibuk berbincang dengan ayah dan kedua kakak lelakinya.
Tanpa sabar Renata perlahan menarik Anthony menjauh dari keramaian.
"Pesta ini harusnya untukku, kenapa tidak ada yang menanyakan perasaanku. Termasuk kamu" Protest Renata yang merasa dirinya lebih mirip hiasan pesta daripada pemilik pesta itu srndiri.
"Ada banyak hal yang harus di bahas antara kamj, karena kami tidak menyangka kamu setuju begitu saja" jelas Anthony dengan suara rendahnya yang terdengar sangat sexy di telibga Renata.
"Hmmm... Begitukah?" Renata menjadi sedikit jinak seketika.
"Aku rasa kamu sudah cukup berbicara dengan mereka" Lanjut Renata "Saatnya kamu membahas soal kita"
Renata menarik lengan kekar Anthony untuk mengikutinya berjalan ke lantai dua rumahnya di mana kamarnya berada.
"Ini baru benar.." Renata menghambur ke dalam kamarnya dan segera meraih wine dengan dua sepasang gelas crystal dari salah satu cabinetnya.
"Bukankah kita juga perlu membicarakan bisnis di antara kita?" Renata mulai mendekat pada Anthony yang telah mengambil duduk di salah satu sisi sofa. "Kamuntidak lupa bukan?" jemari lentik renata menyodorkan salah satu gelas crystalnya.
"Tentu tidak" jawab Anthony singkat dengan sepasang mata mengamati lebih teliti gadis yang masih nampak belia di hadapannya.
"Bolehkah aku sedikit bertanya?" Lanjut Anthony yang mulai mengalihkan perhbatiannya pada gelas yang perlahan terisi dengan wine.
"Hmmmm"
"Apakah kamu tidak malu memiliki suami yang memilki selisih usia cukup..."
"Tidak masalah" potong Renata sebelum Anthony menyelesaikan pertanyaannya.
"Pernikahan dalam hidupku sama saja, tidak lebih atau kurang dari kepentingan keluarga bussiness kami" Renata menempatkan tubuhnya bersandar di sisi sofa lainnya. "Aku hanya melihat penawaran yang paling menguntungkan , bukan masalah usianya" Lanjutnya.
'Dan tentu saja visualmu yang mempesona' Batin renata dengan senyum yang mengembang bersama sepasang maniknya yang menatap cukup percaya diri ke arah Anthony.
"Domaine de la Romanee Conti 1990" Renata menyebutkan nama wine yang di pegangnya "Aku harap ini sesuai seleramu"
Anthony tersenyum simpul dan mulai meneguk wine premium itu secara perlahan.
"Bukankah di antara kita sudah jelas?"
"Mungkin dari sisimu" Renata meletakkan gelasnya dan mengamati sisa wine yang perlahan turun ke pangkal gelas. "Aku ingin tahu bagaimana cara kamu akan membawaku ke puncak kekuasaan keluargaku"
"Kamu hanya ingin membahas itu? Di kamarmu?" Sepasang alis Anthony menyatu untuk sesaat.
'Tentu saja tidak, andai ada sinyal yang mengarah ke arah yang lain' Batin renata dibalik senyumnya yang ia bawa ketika mulai melangkah menuju balkon.
"Kira - Kira dari semua yang hadir kamu akan memulai dari siapa?" Renata menyebar pandang pada kerumunan keluarganya yang nampak asik bersenda gurau satu sama lain.
"Tentu akan dimulai dari ayahmu terlebih dahulu" Suara anthony mulai perlahan mendekat. Seiring tubuhnya yang mulai merapat di punggung Renata. "Kita lihat sebesar apa harapannya dari pernikahan kita"
Anthony mendaratkan sepasang bibir merahnya di leher jenjang renata. Dia membelainya dengan lembut dan terkesan tulus.
*****
Itu dulu..
"Bekas merah di leherku biasanya dari sepasang bibirmu, tapi sekarang kamu membuatnya hampir patah dengan tanganmu" ujar Renata kesal.
"ini baru permulaan" Anthony dengan enteng menjawab tanpa peduli dengan renata yang masih meringis karena ngilu di lehernya.
"Kamu berencana akan melakukan percobaan pembunuhan padaku?"
"ck.. Ck... Otakmu masih saja dangkal" Jemari telunjuk Anthony kini mendarat di satu sisi wajah Renata. "Untuk apa aku membunuh partnerku?"
Renata masih bingung dan hanya sanggup menatap dengan pandangan kesal.
"Belajarlah dariku, aku tidak hanya butuh cantik dan menarik" Anthony menurunkan jemarinya hingga ke pinggang Renata yang ramping "Aku butuh lebih"
Renata mengangguk "Lebih gila yang jelas.. Karena rasanya aku mau gila setiap bersamamu" Renata menahan jemari Anthony yang akan beranjak "Jadi kapan aku bisa mendapatkan passportku kembali?"
Anthony hanya diam.
" Setidaknya beri aku handphone, hanya untuj mengusir kebosanan"
Anthony yang masih membisu melikiskan senyum tipis dan dengan segera melepaskan tangannya.
"Mereka bukan dari sini" Anthony memberitahukan tentang gerombolan yang hampir menculiknya beberapa waktu yang lalu. "Aku butuh waktu yang lebih"
"Sampai kapan?"
Nafas Anthony semakin mendekat "Kamu tidak menyukai berlama - lama denganku?"
Jantung Renata berdegup kencang, sejujurnya dia sangay berharap untuk tetap bersama Anthony. Tapi bukan dengan cara begini, dia ingin kembali seperti awal pernikahan di antara mereka terjadi.
"Aku sedang mempertimbangkannya" jawabnya diplomatic "Temukan dulu passportku segera dan kita bisa mendiskusikannya lebih lanjut"
Anthony perlahan berjalan mundur, usai menarik nafas dalam - dalam untuk sejenak.
"Aku tunggu di roof top gedung ini" responnya lirih.
Renata hanya sanggup memandanginya tanpa berkedip dan sepatah katapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments