Langkah Anthony tertahan. Wajah tampannya memutar perlahan ke arah suara sendu itu berasal.
"Kamu Sungguh ingin tahu?"
Renata hanya sanggup mengatupkan bibirnya. Dia tidak ingin mengeluarkan srpatah katapun. Ada kekhawatiran yang membelenggunya.
Dia sudah terlanjur kabur sejauh ini, dan terang - terangan melawan ayahnya untuk tetap menyusul Anthony. Andai kan kata cerai itu terucap... Dia tidak sanggup menghinakan dirinya meski Di depan keluarganya.
"Look.... Aku janji aku tidak akan merepotkan, semua baik - baik saja. Aku akan mudah beradaptasi. Tidak akan sulit" Renata terburu - buru menyelesaikan kalimatnya. Sepasang lengannya segera mendekat Dan mendekap punggung kekar Anthony.
Anthony menahan nafas beberapa detik lamanya. Mungkin dia belum mencintai Renata sepenuhnya. Tapi gadis ini selalu bersedia berada Di sisinya, meski sudah berkali - kali dia melihatnya dalam kondisi yang tidak baik.
"Apakah Tania baik - baik saja?" kali ini suara Anthony mulai lebih lembut.
Renata mengangguk cepat meski dia tahu Anthony tak Bisa melihat anggukannya "Dia cukup bahagia dengan keluarga kecilnya"
Anthony melepas jemari Renata Dan memutar tubuhnya "Bersihkan dirimu, kita cari makan sekalian insulin... Uhf.. Setidaknya kamu Bisa lari dengan cepat"
Sebuah senyum langsung me ngembang Di sepasang pipi Renata. "Jadi... Kamu setuju.. Aku ikut denganmu?" Tanyanya bahagia.
"Sementara..." sepasang lengan Anthony mulai bertengger Di pinggangnya. Dada ya yang lapang melebar dengan indah lengkap dengan hiasan anak rambut yang tumbuh tipis Di lapisan kulitnya.
"Cepat...!!"Anthony tak segan menghardik gadis manja yang masih terpesona Di depannya.
" Oh... Iya.."renata segera memutar tubuhnya Dan menfhapus pipi basahnya. Ada rasa gembira yang sulit dia ungkapkan.
*****
" Pakai ini... "Anthony melemparkan Sebuah Jaket berbahan kulit dengan warna pekat." Bajumu terlalu mencolok"Anthony memandangnya sekilas. Dan kembali tertunduk Pada tas yang nampak hampir penuh.
"Kita cuma cari makan bukan?" Renata mencoba mengklarifikasi tujuan mereka.
"salah satunya... Tapi tempat ini terlalu kecil untuk kita berdua, aku butuh sedikit tempat untuk bernafas" Anthony menutup zipper tas yang nampaknya sudah lengkap. "bawa ini..." Anthony melempar Sebuah tas ranseldengan ukuran sedang.
"Bukankah penampilan kita jadi sedikit seperti mafia" gerutu Renata yang mengamati busana Anthony yang Serba hitam.
"Pahami baik - baik nama belakangku.. Cantik" Anthony menghembuskan nafasnya perlahan "Kamu sedang bersama salah satunya" Wajah Anthony yang tegas Kini menatap tajam ke arah Renata yang sedikit begidik menangkap nada suara Anthony.
"Ha... Ha... Ha..humor pagimu cukup lucu" Renata mencoba mencerna pernyataan Anthony adalah humor tak lucu.
Anthony segera meletakkan ransel Di punggungnya dengan tegap dia menghampiri Renata yang masih mencoba menciptakan fantasi aneh tentang humornya.
"Kita sudah bercinta bukan hanya sekali" Anthony mendesah perlahan "Bekas sayatan atau tembakan yang kamu lihat, bukan palsu" Wajah Anthony menunduk mensejajarkan dengan expresi gugup Renata yang langsung tercipta.
"Be.. Be.. Gi.. Tu.."
"Pintu tidak terkunci larilah sebelum kamu tidak bisa kembali ke istanamu" Anthony berjalan lurus ke arah pintu keluar "Tapi sekali mereka melihatmu bersamaku, aku tidak yakin hidupmu akan baik - baik saja"
Renata menutup mulutnya yang hendak menjerit seketika.
"Usiaku tidak muda Re.... Dan kamu tahu aku besar Di Nottingham inggris?"
Renata mengangguk lugu.
"Bacalah berita sesekali, apa yang terjadi di inggris Timur Pada tahun - tahun masa kecilku"Anthony meludah ke udara dengan sebal " sayangnya mereka membawa ku kembali ke aliran darah yang tak pernah aku harapkan, bukankah pewaris itu bukan cuma harta tapi juga dosa?"
Anthony segera membuka pintu Dan segera berlari kecil keluar. Wajahnya yang tampan menatap Renata yang masih bingung akan penjelasan Anthony. Tapi kaki jenjangnya perlahan mengikuti lelaki itu begitu saja.
" Masih ada kesempatan untuk kabur "Anthony mengingatkan Renata untuk ke sekian kalinya.
" Aku tidak percaya kamu seburuk itu, aku ingin melihat kenyataannya "
" Huh... "Anthony hanya mendengus kesal" Terserah..!! " jemari Anthony dengan cekatan mulai mengunci pintu, bukan hanya sekali Dan bukan hanya satu jenis.
" Apakah butuh sebanyak itu? "
Anthony tidak menjawab dia hanya menatap Renata sejenak Dan segera melanjutkan tujuannya meninggalkan apartment kecilnya.
**'*****
Salah satu kebiasaan paranoia.
Adalah mengunci secara berlebih. Seperti mengunci setiap ruangan dalam rumahnya, atau setiap lemari serta Fasilitas penyimpanan. Meski hanya Bumbu dapur.
Peran Anthony bukan penderita ringan. Tapi juga bukan akut.
******
Renata segera mengejar Anthony tanpa banyak bertanya lagi.
Anthony mengeluarkan tipi dari saku satu sisi tasnya Dan segera memasangkannya Pada kepala Renata begitu gadis itu tiba Di sampingnya.
"Sebisa mungkin jangan perlihatkan wajahmu, menunduklah"
"Kamu bukan buronan polisi bukan?"
"Aku lebih suka itu bila aku bisa" Anthony kembali mempercepat langkahnya ketika melihat Sebuah food truck.
"Bersamaku, kita Akan makan apa saja... Jangan protes"
Renata hanya sanggup menelan salivanya dengan kasar. Dia lupa kalau dia cukup pemilih soal makanan. Dan Kini, dia harus sanggup makan tanpa ada pilihan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments