Sugar Baby (Paranoia)

Sugar Baby (Paranoia)

Bertemu kembali

Gemericik hujan membasahi Jalanan kecil sudut Kota Rome. Sepasang kaki panjang berbalut Celana velvet Dan beralaskan sepatu boot berbahan kulit sapi berlari sekuat tenaga meski sepertinya sudah letih. Deru suara beberapa sepatu lain juga bergema lebih nyaring.

Tiba - tiba Sebuah Tangan kekar menarik lengannya. Dan membekap mulutnya ketika hendak berteriak.

"bruk...!!" tubuhnya menghempas Pada sosok kekar yang Kini melilitnya.

"Anthony..!!"

"sasst...."

Kami sama - sama menahan nafas sampai orang - orang itu menghilang

" Bukankah kamu Di Cisily?"

"Itu bukan urusanmu, tapi bagaimana kamu Bisa di sini?"

"Aku ingin menyusulmu" suara Renata nyaris tak terdengar.

Anthony tampak tidak senang dengan pernyataan Renata.

"Hidupku tidak mudah untuk kamu hinggapi" Gerutunya "Orang itu siapa? "

"Entahlah, mereka berusaha menculikku"

Anthony mengintip Jalanan yang makin sunyi. "Sepertinya mereka benar - benar pergi.... Kamu Bisa kembali"

"Tapi...bukankah kita sudah bertemu?"

Anthony tidak mengacuhkan Dan terus berlalu.

"Tapi aku istrimu!!! " Renata kali ini berteriak.

Anthony yang berencana meninggalkannya, mulai mempertimbangkan keputusannya.

"Gadis bodoh!!" hardiknya ketika jarak Di antara mereka mulai menipis "Teriakanmu Bisa membuat mereka kembali ke sini"

" Aku tidak peduli, lebih baik aku mati Di Tangan mereka dari Pada jadi janda Di usia seperti ini"

Deru sepatu mulai samar - samar mulai mendekat.

"****!!" Anthony segera menggenggam lengan Renata Dan menarik gadis itu untuk berlari bersamanya Di Jalanan sempit yang belum kering.

"Jangan pernah berteriak kamu istriku lagi" Desis Anthony ketika suasana mulai Di rasa aman. "Mereka nampaknya tidak menemukan arah kita"

"Tapi kita memang menikah" Renata coba mengingatkan Anthony Pada status keduanya yang belum Berahir.

"Kamu masih berfikir pernikahan itu serius?" nada Anthony terdengar mengeluh.

"Tentu saja!! Aku menjalaninya dengan sangat serius. Aku bahkan membagi kekayaanku denganmu"

Anthony mengusap wajahnya dengan kasar. "Kamu masih muda, carilah lelaki yang sepadan denganmu setelah kita bercerai"

"Aku tidak mau...!" Renata memasang wajah juteknya seketika." Setelah semua yang terjadi, kamu menceraikanku begitu saja?"

"Common.... Kamu cantik dan masih muda, tidak sulit mencari yang lebih baik dariku"

" Lihatlah... Betapa menyedihkan diriku, setelah aku menopangmu sekian lama untuk menumbangkan mantan istrimu itu... Sekarang kamu berusaha membuangku begitu saja"

Anthony mengarahkan kepalanya ke arah tembok Di sisi kiri Renata.

"OK!!! Kalau kamu memang tidak suka, aku akan menjadi gelandangan Di Rome... Akan aku teriakkan kalau aku adalah istri dari Anthony boldovino" Renata menatap berani Pada lelaki berusia kepala empat itu "Kita lihat seperti apa hasilnya, lagi pula aku memang tidak punya pilihan bila kamu tidak membantu ku. Mereka telah membawa tas Dan koperku"

Renata melewati Anthony begitu saja. Berlagak seakan dia sanggup menjalani hidup Di Jalanan seperti ancamannya. Tentu saja, ini hanya gertakan. Dia sedang bertaruh dengan sedikit rasa cinta Di hati Anthony atau setidaknya rasa balas budi yang bersemayam Di hatinya.

Satu.... Dua... Tiga... Renata menghitung dalam benaknya. Berharap jemari kekar nan hangat itu akan menyambutnya Di antara udara Rome yang dingin. Tapi... Sepertinya Anthony selalu tidak punya tempat untuknya.

"Hanya Malam ini..." Suara Berat itu ahirnya mengisi ruang dengarnya. "Aku akan mendapatkan barangmu kembali" Lanjut pemilik suara itu ketika Renata belum juga berbalik.

Tapi Renata masih tertegun bahagia akan harapan yang muncul dari Anthony. Tubuhnya membeku hingga tak sanggup mengucapkan soraknya.

"Ayolah..." kata itu kembali muncul usai derup langkah cepat yang baru saja terhenti Di sisinya.

"Gendong...!! Aku lelah" Rengek Renata dengan manja, seperti hari - hari mereka dahulu kala.

******

Setiap hari dia menghawatirkan hal - hal kecil yang tak Di perlukan. Selalu bekerja hingga larut. Serta selera yang sulit di Toleransi.

Aku pernah mengenalnya sebagai orang yang berkomitmen Dan juga perfectionist. Dan aku mencoba memahaminya sebagai kelebihan yang harus aku hargai.

Sampai suatu saat aku sadar ketika aku memasuki ruang kerjanya yang mulai sedikit berdebu, usai kepergiannya seminggu yang lalu.

Sebuah buku tulis bersampul hijau kutemukan Di tumpukan dokumen pekerjaan. Aku menertawakannya, karena bagaimana mungkin lelaki se macho suamiku menulis buku harian se manis ini.

Aku berfikir aku akan Di kejutkan dengan. Hal - hal yang sangat pribady. Mungkin cerita masa kecil atau romansa picisan yang telah berlalu tapi....

Paranoia....

Aku memicingkan mataku Pada kata itu.

Bukankah itu adalah salah satu nama penyakit mental? Apakah mental suamiku bermasalah?

Aku menderita Paronia...

Begitu kalimat lengkapnya. Menderita...??? Itu Sungguh penyakit.. Dan...

Aku membaca dengan teliti tanggal Dan tahun Pada lembar terahir ini. Aku kembali tertawa tapi kali ini aku sedang tidak bahagia. Karena hal itu sudah terjadi sepuluh tahun yang lalu.

Dan aku tahu betul, suamiku tidak pernah pergi ke psikologi apalagi psikiater. Jadi... Semua sifat itu bukan kelebihan tapi Kekurangan. Dan siksaan itu bukan sementara tapi terancam untuk selamanya.

Karena... Aku tidak mungkin bercerai darinya. Ini masalah gengsi yang tidak bisa aku tarik lagi, aku sangat bersikukuh menikah dengannya Pada waktu itu. Meski pernikahan kami Berdasarkan keuntungan Bisnis.

Tapi cinta dariku adalah tanpa pamrih.. Hanya saja Kenapa harus ada kondisi seperti ini.

****

Antonio Boldovano, usianya sudah menginjak 47 tahun. Dia di adopsi oleh keluarga Boldovano ketika menginjak usia 14 tahun.

Keluarga aslinya adalah bukan dari kalangan miskin, Namun Entah alasan apa yang membuatnya terdampar Di panti asuhan sejak usia enam tahun.

"Ayahnya adalah seorang dokter yang cukup terkenal Di kampung halamannya"

Sale, Manchester tertulis sebagai lokasi kelahiran Antonio Dan itu bukan area miskin. Rumah - rumah besar Dan rapi menjadi Daya tarik tersendiri untuk Kota Di salah satu sudut Manchester , England.

"Apakah kedua orang tuamu meninggal? Maksudku keluarga aslimu. Terus terang, aku ingin sekali mengunjungi Kota Manchester anadaikan kita ke eropa.

" Boleh...! "Antonio selalu menjawab singkat Dan berlalu dariku, ketika aku memulai membahasnya.

Perhaps... Ada yang dia tidak suka. Tapi aku tidak penasaran sama sekali saat itu hingga ahirnya aku menemukan sederet kalimat ini.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!