Bab 3: Menyembunyikan kebenaran

Mereka berbincang sembari menyantap makan malam, "Nic, apa benar tak ada hal yang aneh yang terjadi di sana?" tanya Richard memastikan.

"Tak ada Dad, semua berjalan sebagaimana mestinya, hanya aku sedikit mabuk saat itu tapi diluar semua itu, semua baik-baik saja. Kerja sama pun sudah di sepakati, hanya tinggal tanda tangan kontrak saja." Ujar Nic di sela-sela suapannya.

Richard mengangguk-anggukan kepalanya, "benar Tuan, Nyonya, tak ada hal serius yang akan terjadi selama saya ada bersama Nic," timpal Khanza.

"Hah kau benar, jadi tetaplah berada di sisinya." Ujar Shelia.

Uhuk...uhuk... Khanza tersedak makanan yang langsung meluncur bebas ke dalam tenggorokannya karena tak terkontrol akibat apa yang Shelia katakan barusan.

"Ehem... Tentu, selama saya sehat saya akan berusaha melakukan yang terbaik." Ujar Khanza menetralkan suaranya.

"Baiklah, habiskan makananmu, sebaiknya kau menginap saja disini," pinta Shelia.

"Sepertinya tidak, aku sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah, Aku merindukan ranjang ku." Tolak Khanza.

"Oh terserah kau saja, tapi biarkan Ren mengantarmu ini sudah malam," ucap Shelia.

"Tidak apa Nyonya, Aku sudah terbiasa." Tolak Khanza lagi. Entah mengapa gadis itu selalu menolak apa yang Shelia berikan padanya, sikapnya yang terlalu sungkan dan sopan kadang membuat Shelia risih.

"Kau ini terlalu sungkan, kau sudah ku anggap seperti keluarga Khanza," Shelia menghela napas, sepertinya menyentuh hati Khanza itu bukan perkara yang mudah. Gadis ini selalu membentengi diri dengan sikap sopannya.

Shelia tahu betul seperti apa keluarga Khanza, sebab itulah Shelia memutuskan untuk membawa Khanza keluar dari rumah keluarganya saat dia Lulus SMA dulu atas permintaan Ayahnya sendiri. Terlalu menyayangi, namun tak bisa melindungi itulah Ayah Khanza, kelahiran Khanza yang di anggap sebuah aib membuatnya selalu menderita dan di perlakukan buruk oleh Ibu tirinya.

Nic lah yang pertama menyadari hal itu kala mereka berada di Taman Kanak-kanak dulu. Namun, saat itu Khanza bersikukuh tak mau pergi meski Ayahnya telah menyuruhnya untuk pergi. Karena tak sanggup melihat Anaknya selalu ditindas. Ayah Khanza tak memiliki kekuatan dan kekuasaan di keluarganya, karena Istrinya lah yang berkuasa.

"Terima kasih," Khanza tersenyum tulus.

Shelia balas tersenyum.

"Kau tidak berterima kasih padaku?" Celetuk Nic tanpa menoleh.

"Ya, terima kasih untukmu juga." Tambah Khanza, sambil terkekeh. Nic tersenyum samar.

Selepas itu Khanza pun kembali pulang, karena Shelia memaksa Ia pun terpaksa mengiakan untuk di antar Ren ke apartemennya.

"Nona Khanza apa kau tinggal sendirian?" Tanya Ren di sela-sela mengemudinya.

"Iya, aku tinggal sendiri." Jawab Khanza sembari menopang dagu menatap kosong gemerlap nya malam di perkotaan.

"Emh, apa Nona punya pacar?" Ren memberanikan diri bertanya, dia melirik Khanza dari kaca spion.

"Tidak." Jawab Khanza singkat padat dan jelas, dia seolah tak mau membahas hal yang tak perlu dengan pria di depannya itu.

"Ma-maaf apa aku sudah terlalu lancang?" Ren merasa tak enak hati.

"Hem, santai saja Ren." Ujar Khanza.

'Aku bukannya tak punya orang yang ku sukai, namun aku sadar aku tak cukup pantas untuknya.' Khanza menghembuskan napas kasar.

Setelah perbincangan singkat itu, Ren kembali diam tak berani mengucapkan walau secuil kata sekali pun.

'Andai, andai aku bisa mengatakan perasaanku padamu. Namun entah mengapa saat aku ingin mencoba mengutarakannya, keberanian ku pun hilang bak diterpa angin, aku tak punya cukup keberanian jika kau sampai menolak ku. Namun, aku bahagia menemui fakta bahwa kau masih sendiri, ini sudah lebih dari cukup bagi ku.' Ren membatin sambil tersenyum samar.

***

Khanza menatap dirinya di cermin, semua yang terjadi tadi malam masih segar di ingatannya. Dia menyentuh bibirnya, bibir lembut Nic seolah masih terasa hangat di bibirnya, pikiran-pikiran menyimpang seketika bermunculan, berseliweran di otak bak cuplikan sebuah film.

Dengan segera Khanza membasuh wajahnya, "sial! Apa yang aku pikirkan." Khanza menoyor kepalanya sendiri. Rasa perih yang terasa di area pribadinya kini mulai terasa kembali, Khanza berjalan pelan menuju tempat tidur, sedari tadi Ia berusaha menahannya dan berjalan seperti biasa. Entah mengapa sesuatu seolah mengganjal di bawah sana membuatnya berjalan seperti mengangkang.

'Jadi seperti ini rasa sakit kehilangan keperawanan. Tapi, tadi malam, ah... lupakan-lupakan.' Khanza merebahkan tubuhnya dan menenggelamkan diri ke dalam selimut. Namun, setelah sekian lama dia memejamkan mata, dia tak kunjung tidur, kantuknya tak kunjung hadir.

Aaahhh....!! Khanza mengacak rambutnya gusar, "kenapa aku tidak bisa tidur?!" Dia melirik jam dinding yang menunjukan waktu pukul 1:30 dinihari.

***

Di tempat lain, Nic tengah berbaring di ranjang dengan tangan kanan sebagai bantalan. Sedang tangan kirinya tengah memainkan bandul kalung berbentuk bintang yang berlubang dengan bentuk bintang pula di tengahnya, bagian itu memang sengaja di hilangkan. Bagian itulah yang Ia berikan pada Cherry dulu.

'Apa dia masih mengingatnya? Sudah sangat lama sejak kami berpisah. Senyuman dia apa masih sama? Cantik dan polos, lembut dan menawan.'

Seketika Ia teringat kejadian tadi pagi saat dia dan Khanza berada di hotel, 'Sebenarnya apa yang terjadi semalam? Aku bahkan tak bisa mengingatnya dengan jelas. Namun, rasa nyaman saat terbangun rasanya baru kali ini aku rasakan.'

Samar-samar bayangan semalam muncul di ingatan Nic namun hanya sebatas potongan-potongan gambar.

"Sitt! Aku benar-benar melakukannya." Nic menghela napas berat.

"Brengsek. Kau memang pria brengsek Nicholas, bagaimana bisa kau melakukannya apa lagi pada Khanza, dia satu-satunya sahabatmu." Nic bangun dan duduk, dia mengambil ponselnya jam menunjukan pukul 02:00.

'Khanza bagaimana keadaanmu?' Sebuah pesan singkat Ia kirim pada nama yang tertera di sana.

"Apa yang aku lakukan, dia pasti sudah tidur sekarang." Nic melempar ponselnya, namun seketika itu pula ponselnya berbunyi tanda pesan masuk.

'Aku baik.' Isi balasan pesan dari Khanza.

'Baguslah. Tidurlah, jangan sampai kau kesiangan, besok ada rapat.' Nic kembali mengirim pesan.

Khanza membalas kembali, 'kau belum tidur?'

'Belum mengantuk.' Pesan Nic.

'Tidurlah, jangan terlalu banyak bergadang. Selamat malam.' Khanza membalas untuk terakhir kalinya.

Nic kembali meletakan ponselnya dan merebahkan diri.

Entah mengapa setelah kejadian semalam hatinya tak karuan, dia takut Khanza akan mengatakan pada orang tuanya jika mereka telah melakukan hubungan badan. Cinta yang ingin Ia kejar apakah mungkin akan terhenti di tengah jalan, bisakah Khanza menjaga rahasia ini selamanya? Pikiran Nic terus saja berkecamuk hingga membuatnya sulit mendapat kantuknya.

"Sudahlah Nic, dia saja tidak mempermasalahkan kejadian semalam, kenapa kau terus memikirkannya. Kalian sudah dewasa ini hal yang wajar terjadi." Gumam Nic pada diri sendiri.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Lanjutannnnnnnn

2022-09-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Malam yang tak terlupakan
2 Bab 2 : Semua telah terjadi
3 Bab 3: Menyembunyikan kebenaran
4 Bab 4 : Kembalinya Cherry
5 Bab 5 : Mengapa dia terlihat cantik?
6 Bab 6 : Perasaan asing
7 Bab 7 : Ikan Buntal
8 Bab 8: Kepekaan 0%
9 Bab 9 : Bertemu Darius
10 Bab 10 : Si gila
11 Bab 11 : Ucapan selamat
12 Bab 12 : Arabella Wilson
13 Bab 13 : Hasil USG
14 Bab 14 : Kata yang tak mampu terucap
15 Bab 15 : ketetapan hati
16 Bab 16 : Menyelamatkannya
17 Bab 17 : Alasan tak berguna
18 Bab 18 : Misi Arra
19 Bab 19 : Keluarga harmonis
20 Bab 20 : Cemburu?
21 Bab 21 : Sesuatu yang di anggap penting
22 Bab 22 : Perubahan sikap Nic
23 Bab 23 : Pergerakan pertama
24 Bab 24: Rencana diam-diam
25 Bab 25 : Perdebatan
26 Bab 26 : Kecerobohan yang manis
27 Bab 27 : Amarah David
28 Bab 28 : Keputusan berat
29 Bab 29 : Jarak
30 Bab 30 : Ciuman perpisahan
31 Bab 31 : Pertunangan
32 Bab 32 : See you again
33 Bab 33 : Jantan atau betina?
34 Pengumuman
35 Bab 34 : Menghilangnya Khanza.
36 Bab 35 : Mabuk
37 Bab 36 : Kisah yang terulang kembali
38 Bab 37 : Cherry hamil!
39 Bab 38: Fakta tentang Cherry
40 Bab 39 : Story of Clarisa
41 Bab 40 : Memperbaiki hubungan
42 Bab 41: Sebuah Janji
43 Bab 42 : Misi di Kasino
44 Bab 43 : Misi di Kasino fart 2
45 Bab 44 : Kecurigaan yang mulai timbul
46 Bab 45 : Ayah Meninggal
47 Bab 46 : Penangkapan Richard
48 Bab 47 : Kedatangan Martin Nelson
49 Bab 48 : Cherry berpindah haluan
50 Bab 49 : Misi penyelamatan bagian 1
51 Bab 50 : Misi penyelamatan berhasil!
52 Bab 51 : Richard bebas
53 Bab 52 : Putusan Rapat
54 Bab 53 : Akhir dari Martin Nelson
55 Bab 54 : Pendarahan
56 Bab 55 : Masih belum sadarkan diri
57 Bab 56 : Welcome Baby Boy
58 Bab 57 : Dia anakku!
59 Bab 58 : Ivander Haedar Nelson
60 Bab 59 : Khanza kembali
61 Bab 60 : Memulai hidup baru
62 Bab 62 : Pernikahan!
63 Bab 63 : Ending!
64 Pengumuman Tamat!
65 Bonus Chapter dan Promosi Novel baru
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 : Malam yang tak terlupakan
2
Bab 2 : Semua telah terjadi
3
Bab 3: Menyembunyikan kebenaran
4
Bab 4 : Kembalinya Cherry
5
Bab 5 : Mengapa dia terlihat cantik?
6
Bab 6 : Perasaan asing
7
Bab 7 : Ikan Buntal
8
Bab 8: Kepekaan 0%
9
Bab 9 : Bertemu Darius
10
Bab 10 : Si gila
11
Bab 11 : Ucapan selamat
12
Bab 12 : Arabella Wilson
13
Bab 13 : Hasil USG
14
Bab 14 : Kata yang tak mampu terucap
15
Bab 15 : ketetapan hati
16
Bab 16 : Menyelamatkannya
17
Bab 17 : Alasan tak berguna
18
Bab 18 : Misi Arra
19
Bab 19 : Keluarga harmonis
20
Bab 20 : Cemburu?
21
Bab 21 : Sesuatu yang di anggap penting
22
Bab 22 : Perubahan sikap Nic
23
Bab 23 : Pergerakan pertama
24
Bab 24: Rencana diam-diam
25
Bab 25 : Perdebatan
26
Bab 26 : Kecerobohan yang manis
27
Bab 27 : Amarah David
28
Bab 28 : Keputusan berat
29
Bab 29 : Jarak
30
Bab 30 : Ciuman perpisahan
31
Bab 31 : Pertunangan
32
Bab 32 : See you again
33
Bab 33 : Jantan atau betina?
34
Pengumuman
35
Bab 34 : Menghilangnya Khanza.
36
Bab 35 : Mabuk
37
Bab 36 : Kisah yang terulang kembali
38
Bab 37 : Cherry hamil!
39
Bab 38: Fakta tentang Cherry
40
Bab 39 : Story of Clarisa
41
Bab 40 : Memperbaiki hubungan
42
Bab 41: Sebuah Janji
43
Bab 42 : Misi di Kasino
44
Bab 43 : Misi di Kasino fart 2
45
Bab 44 : Kecurigaan yang mulai timbul
46
Bab 45 : Ayah Meninggal
47
Bab 46 : Penangkapan Richard
48
Bab 47 : Kedatangan Martin Nelson
49
Bab 48 : Cherry berpindah haluan
50
Bab 49 : Misi penyelamatan bagian 1
51
Bab 50 : Misi penyelamatan berhasil!
52
Bab 51 : Richard bebas
53
Bab 52 : Putusan Rapat
54
Bab 53 : Akhir dari Martin Nelson
55
Bab 54 : Pendarahan
56
Bab 55 : Masih belum sadarkan diri
57
Bab 56 : Welcome Baby Boy
58
Bab 57 : Dia anakku!
59
Bab 58 : Ivander Haedar Nelson
60
Bab 59 : Khanza kembali
61
Bab 60 : Memulai hidup baru
62
Bab 62 : Pernikahan!
63
Bab 63 : Ending!
64
Pengumuman Tamat!
65
Bonus Chapter dan Promosi Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!