RESTU (Untukmu, Aleesa)
🎶
Tolong tanyakan pada Tuhanmu
Bolehkah aku yang bukan umat-Nya
Mencintai hambanya
Jika memang cinta ini salah
Mengapa kita yang harus terjatuh
Terlalu dalam
"Happy second anniversary, my Sasa."
Senyum melengkung indah di wajah Yansen yang sudah menggenggam erat tangan Aleesa yang ada di depannya. Beda halnya dengan Aleesa yang membeku dengan air mata yang sudah menganak. Backsound yang membuat hati Aleesa berteriak perih.
"Aku akan selalu berada di samping kamu. Sampai kamu menemukan seseorang yang mampu menjaga kamu dan membuat kamu lebih bahagia ketika bersama aku."
Kalimat yang sangat menyayat hati dan membuat Aleesa menitikan air mata dengan begitu deras. Yansen segera menghampiri Aleesa dan memeluk perempuan yang menjadi cinta pertamanya itu.
"Aku benci kalimat itu! Aku benci hari anniversary kita!"
Aleesa memberontak ingin melepaskan pelukan Yansen. Namun, Yansen semakin mendekap erat tubuh Aleesa.
"Aku juga benci, Sa. Sangat benci. Kita yang salah, kita yang terhanyut dalam hubungan yang tak tahu mau dibawa ke mana arahnya." Suara Yansen pun bergetar, dan mereka berdua menangis bersama dalam pelukan yang begitu erat.
Sudah tahu salah, tapi masih memaksa untuk terus bersama. Sudah tahu berbeda, tetapi tak mau berpisah. Itulah mereka berdua.
Perasaan Aleesa kepada Yansen tidak pernah berubah. Walaupun dulu dia sempat goyah karena ada seseorang yang mengusik hatinya. Namun, rasa itu dengan mudah menguar ketika orang itu pergi dan tak ada kabar sama sekali. Beda halnya perasaannya kepada Yansen. Semakin hari dia semakin merasa nyaman dengan laki-laki yang sudah lima belas tahun dia kenal. Rasa yang tidak dia dapatkan bersama laki-laki manapun. Hanya saja ada benteng yang menjulang dengan begitu tinggi dan tebal. Sulit untuk mereka robohkan.
"Apa kamu tidak mau berjuang?" Sebuah kalimat yang membuat Yansen perlahan mengendurkan pelukan. Dia menatap dalam wajah Aleesa.
"Aku hadir ke bumi dengan keyakinan yang sudah orang tuaku turunkan. Keyakinan yang setiap hari aku perdalam dan aku selalu berdoa pada Tuhan, aku ingin meninggalakan bumi pun tetap dengan salib yang menggantung di leherku."
Jika, sudah seperti ini Aleesa tidak bisa berkata apapun. Dia menatap ke arah liontin kalung yang Yansen gunakan. Liontin dengan bentuk salib yang tahun kemarin dia berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk Yansen.
.
Yansen mengusap lembut rambut Aleesa sebelum dia melajukan mobilnya lagi. Senyum terukir di wajah tampannya yang sembab.
"Jangan menangis lagi ya, my Sasa."
Aleesa memeluk tubuh Yansen dan membuat laki-laki itu mendongakkan kepalanya ke atas. Dia tidak mau menangis lagi. Setiap anniversary pasti ini yang terjadi.
"Udah malam, kamu masuk gih." Yansen berkata dengan sangat lembut. Kini, tangannya mengusap lembut pipi Aleesa yang putih bersih..
Aleesa turun dari mobil dan melambaikan tangan ke arah mobil Yansen. Dia berjalan dengan langkah gontai dan terduduk di tangga yang ada di teras depan rumah. Dia menatap ke arah langit malam yang cerah. Tak secerah hatinya.
Para makhluk tak kasat mata pasti akan bersembunyi ketika melihat Aleesa bersama Yansen. Mereka tidak kuat melihatnya. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana hubungan Aleesa dan Yansen ke depannya.
.
Echa dan Radit sedari tadi menunggu kepulangan sang putri yang memang hanya tinggal bersama mereka. Aleena di Singapura dan Aleeya di Bandung.
Ketika pintu terbuka, kedua orang tua Aleesa menghampiri putri mereka. Mereka memeluk tubuh Aleesa dengan begitu erat. Setiap merayakan anniversary pasti Aleesa pulang dengan wajah yang sembab..
"Jangan pernah memaksa orang lain merubah keyakinan hanya karena ingin bersatu dalam ikatan pernikahan. Pernikahan juga keyakinan tidak untuk dipermainkan." Sang ayah selalu berkata bijak. Namun, dia juga tidak bisa melarang perasaan Aleesa.
"Kenapa Kakak Sa harus mencintainya, Baba?" Aleesa sudah membuka suara. Sebagai seorang psikolog dia juga tahu bagaimana perasaan putrinya.
"Cinta datang tanpa kita minta, pergi pun tidak bisa kita usir. Biarkan dia menetap hingga pada waktunya dia pergi." Echa ikut mengatakan hal yang membuat putrinya bisa bersemangat lagi.
Kedua orang tua Aleesa tidak membenarkan hubungan Aleesa dan Yansen. Namun, kondisi kesehatan Aleesa yang semenjak lulus SMA perlahan menurun membuat kedua orang tuanya membiarkan Aleesa mengukir kebahagiaan bersama Yansen. Walaupun dengan sangat tegas mereka tidak mengijinkan hubungan itu dibawa ke jenjang serius. Alasannya satu, mereka berbeda.
.
Di rumah yang berbeda, Yansen sudah dihadang oleh sang kakak. Keluarga satu-satunya yang dia punya selama lima belas tahun ini.
"Sen, sudah dua tahun loh," ucap Grace. "Semakin sulit untuk kamu melupakannya nanti."
Bukan hanya keluarga Radit yang menentang hubungan Aleesa dan Yansen. Sang kakak pun sama. Grace adalah umat Tuhan Yesus yang begitu taat. Sama halnya dengan Yansen.
"Cinta dan rasa yang aku miliki datang tanpa diminta, Kak. Biarkan cinta dan rasa ini pergi tanpa disuruh." Yansen tersenyum setelah mengatakan itu.
"Ketika cintaku pergi, ada dua orang yang akan merasa kehilangan begitu dalam." Grace memicingkan mata mendengar ucapan dari Yansen.
"Apa maksud kamu?" Lagi-lagi Yansen hanya tersenyum. Dia menggenggam tangan Grace dengan begitu erat. Menatap manik wajah sang kakak dengan penuh sayang.
"Biarkan aku mencintai Aleesa dengan segenap hatiku. Sebelum aku melepaskannya juga melupakannya." Sebuah kalimat yang membuat mata Grace berair.
"Kakak tahu 'kan. Sedari kecil ini aku sudah berbeda Hanya Aleesa yang mau menerimaku dengan tulus. Menjadikanku temannya hingga sampai saat ini." Air mata Grace menetes begitu saja mendengarnya. Dia tahu bagaimana perjuangan Yansen yang terus bertahan dengan semua Bullyan dari teman-teman sekolahnya karena Yansen dianggap aneh. Aleesa lah yang berada di garda terdepan untuk membela dan melindungi adiknya itu.
"Aku menyayanginya, Kak. Aku tidak ingin menjauh darinya untuk sekarang. Ijinkan aku bersamanya." Grace pun mengangguk dan dia memeluk tubuh Yansen dengan begitu erat.
Tumbuh kembang Yansen yang sangat baik itu tak luput dari didikan ayah dan ibunya Aleesa juga. Mereka sudah menganggap Yansen seperti putra mereka sendiri. Mampu mengarahkan jalan Yansen hingga adiknya bisa seperti ini.
Di dalam kamar Yansen menghembuskan napas kasar. Dia menatap fotonya juga Aleesa yang tengah tersenyum bahagia.
Bibir Yansen pun ikut tersenyum. Dia meraih figura tersebut dan menatapnya seraya duduk di pinggiran tempat tidur.
"Kenapa kita dipertemukan dalam sebuah keyakinan yang berbeda?" gumam Yansen. "Aku sayang kamu, Aleesa."
Pemuda itu memejamkan mata sambil meletakkan figura tersebut di dada. Seakan dia tengah memeluk tubuh Aleesa.
"Aku janji ... aku akan pergi ketika kamu sudah dekat dengan kebahagiaanmu." Senyum perih Yansen tunjukkan.
Berkali-kali dia ditolak oleh Aleesa. Hingga penuturan cinta yang terakhir barulah dia diterima oleh Aleesa. Mengejar cinta Aleesa itu tidak mudah. Akankah dia akan melepaskan Aleesa begitu saja?
...***To Be Continue***...
Minta komennya boleh?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
nuraeinieni
aq mampir thor
2024-10-09
0
Adila Ardani
baru juga baca udh sedih gini ceritanya
2023-02-23
0
triana. L
ms. yati
2023-01-07
0