"Ada apa sayang? " tanya Kenaan, karna tangannya terus ditarik Yuri, Kenaan hampir tersungkur karna sulit mengimbangi langkah Yuri.
"Dah ngikut aja, berisik amat si abang ni! " jawab Yuri jutek.
'Gubraak'
Yuri membuka pintu sedikit keras karna tersandung keset kaki didepan kamar Yura, karna dia sudah tidak sabar dengan apa yang akan disampaikan Yura.
"Yuri, hati-hati, kasian pintu kamar gue kagak bersalah dia" pekik Yura dengan memperlihatkan wajah judesnya.
"Udah buruan, mau ngomong apaan, gue penasaran banget ?" ucap Yuri lalu mengambil posisi duduk disamping kiri Yura.
"Lu dengar apa aja pembicaraan mereka diluar ?"
"Gue denger tadi sih, agak ada menyinggung tentang perampokan dirumah Sintya, dan janggalnya kematian orang tua Sintya " jelas Yuri.
"Sepertinya warga menduga jika pria yang bernama Dewo itu yang melakukan semua itu " jawab Kenaan lirih.
"Bang Key, tadi ulet bulu tadi ada ngomong gak? "
"Ulet bulu? " jawab Kenaan tidak mengerti.
"Winda siperempuan ganjen itu! " ucap Yuri sambil mencubit perut Kenaan. Kenaan berjingkat geli.
"Kayaknya dia diem aja tu, cuma wajahnya pucet aja sejak melihat laki-laki yang bernama Dewo itu, apalagi saat Dewo mamandangnya tajam! "
"Gini, gini tadi gue dapat fakta yang real dari Sintya, gue menyimpulkan bahwa keluarga Dewo merekayasa kabar kecelakaan Dewo karna ingin menghindar dari jerat hukum yang telah dilakukan Dewo dan Dewi! "
"Dewi, siapa Dewi saudara kembar Dewo? "
"Bukan, tapi kakaknya Dewo! "
"Tunggu sayang, terus apa hubungannya dengan Sintya? " tanya Arga. Kenaan ikut mengangguk karna mereka memang belum mengetahui semua fakta ini.
"Jadi gini ya Dewo itu suami Sintya, dan ternyata keluarga Dewo punya maksud lain menikahkan Dewo dengan Sintya, mereka hanya ingin agar bebas keluar masuk rumah Sintya, karna kedua orang tua Sintya memiliki tabungan yang lumayan,orang tua Sintya yang sudah renta menerima lamaran Dewo karna mereka merasa sudah tidak bisa melindungi Sintya!"
"Dan yang lebih sadisnya setelah Dewo dan kakaknya meraup semua tabungan dan perhiasan orang Sintya, mereka menyakiti Sintya dan kedua orang tuanya, hingga merenggut nyawa keduanya, untung Sintya selamat, dan mereka merekayasanya, dan tidak meninggalkan jejak, mereka membuat semua kejadian itu seolah-olah perampokan dan menyakiti sang empunya rumah! "
Tampak Arga, Yuri dan Kenaan ber 'o' ria.
"Jadi apa rencana lo Ra? " Yuri angkat bicara.
"Bukan gue, tapi kita! "jawab Yura bersungut.
"Iya gue tau, lo berasumsi ingin menolong Sintya, tapi ingat lo lagi hamil dan punya keluarga, jika seandainya keluarga Dewo tidak bisa terima, gimana? "
"Ya,kita harus main cantik dong! "
"Cantiknya bagaimana sayang, apa secantik istri abang ini? " kata Arga yang sedari memperhatikan dan menjadi pendengar budiman, dia pun sedikit menggoda istrinya itu sambil menoel dagunya yang lancip.
"Ee abang, Yura lagi gak bercanda! "
"Iya-iya, ya sudah kita keluar dulu, gak enak sama warga, okey? "
"Yup, gue setuju sama Arga, kita selesaikan dulu acara ini, baru nanti kita bicarakan lagi rencana selanjutnya! " jawab Kenaan sambil mengelus jenggot tipisnya, yang membuatnya semakin manis, Yuri tak berpaling memandangnya sambil tersenyum.
"Ya udah yuk "
Merekapun ikut bergabung kembali kedepan, tapi sudah tampak sedikit tenang.
"Maaf Bapak-bapak saya tadi masuk sebentar, karna perut istri saya lagi kram dan sekarang sudah baikan " Arga memohon maaf kepada warga yang ditinggal tanpa permisi.
"Oo gak apa-apa mas, apa mbak nya sudah lebih baikan sekarang,atau mau dibawa kebidan terdekat? " sahut salah satu warga.
"Saya sudah baikan kok pak, terimakasih atas perhatiannya, oya Bapak-bapak silahkan dilanjutkan lagi menikmati hidangannya! "
"Baik terimakasih, yuk kita makan lagi bapak-bapak mumpung gratis enak pulak ni! " sahut bapak itu yang disambut deraian tawa oleh warga yang lain, dan mulai beranjak kembali menuju meja yang terdapat menu yang dhidangkan.
Diteras masih tampak Dewo, Pak Diman dan Winda, mereka keliatan tidak saling berbicara sibuk dengan fikirannya masing-masing. Lalu Dewo bangkit dan mengenggam jemari Winda, mengajaknya keluar dari pelataran rumah Yura namun Winda tampak enggan mengikuti langkah pria itu dengan wajah yang memberengut.
"Ada apa, kenapa berhenti? " ucap Dewo merasa heran dengan tingkah Winda.
"Ehm, anu Mas! " Winda menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal karna salah tingkah ingin menjawab apa, karna Winda masih enggan pergi dari rumah Yura, dia masih penasaran dengan kedua pria tampan yang ada dirumah ini, dia beramsumsi ingin mendapatkan salah satunya. Harus dalam hati Winda, dasar pelakor recehan.
"Anu apa, pulang! " titah Dewo dengan tatapan menusuk tepat kemanik Winda.
"Mas kenapa sih, kok posesif banget gitu sekarang? " Jawab Winda sambil menghempaskan genggaman Dewo.
"Win, kamu harus ingat!Aku seperti juga karna tuntutan kamu semua, ingat itu! " ucsp Dewo dengan nada menekan dan gerahamnya bergemeletak, rahang tegasnya mengatup seperti terkunci dengan dada naik turun seperti menahan sesuatu yang bergejolak didalam sana.
Mendengar Dewo bicara seperti itu, Winda kelimpungan salah tingkah, wajahnya memerah dan dia pun melihat kekanan kekiri, seperti takut sesuatu.
"Mas ngomongnya jangan kenceng-kenceng, mas mau semua orang tau rahasia kita selama ini? " Winda langsung mendekati Dewo dan berbicara lirih.
"Makanya pulang, aku rindu sama kamu Win? " balas Dewo balik berbisik ditelinga Winda, yang membuat Winda merasakan desiran yang berbeda menjalar kesekujur tubuhnya, sambil memejamkan mata dia sangat menikmati hembusan nafas Dewo, dia merasakan sensasi yang berbeda dari biasanya. Dewo langsung menggandeng tangan Winda.
Pak Diman yang sudah kalah malu pada warga,beliau pun tidak ikut menikmati hidangan yang telah tersedia, justru ia memilih untuk mengikuti langkah Dewo dan Winda menuju rumahnya. Yuri dan Kenaan yang menangkap pergerakan mereka langsung bergerak dan mengikuti secara diam-diam.
"Dasar bocah edan, Bapak mati-matian melindungi nang kene, bocah edan malah nunjukkan diri, mumet ndase ku! " gerutu Pak Diman bermonolog pada dirinya sendiri, jarak nya dengan Dewo tidak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar 10meter.
"Arek di deleh nang endi rai ku kalo wes koyok ngene? aaahkk! " teriak pak Diman frustasi. Dewo yang mendengar erangan bapak nya menghentikan langkahnya dan mensejajari langkah orang tua nya.
"Ada apa sih Pak? " tanya nya
"Ada apa, ada apa ndase mu !" jawab pak Diman kesal.
"Kamu juga Win, ngapain juga tadi gembar gembor kalo sudah nikah sama Dewo secara negara, isin Bapak, bisa-bisa rahasia kita selama ini terbongkar! " sambung Pak Diman geram melihat Winda yang tidak bisa menjaga mulutnya tadi didepan semua warga.
"Yo kan aku cari pembelaan pak, Aku capek dibilang kumpul kebo sama Mas Dewo, aku juga capek dibilang pelakor pak, capeeek, mana mas Dewo jarang nungguin aku lagi pak! " jawabnya sambil menangis.
"Bapak sama mas Dewo jangan cuma bisa nyalahi aku terus, rencana perampokan dirumah Sintya juga, itukan ide mbak Dewi pak, tapi selalu aku yang dijadikan alasan mas Dewo karna dia begini sekarang! " pekiknya histeris sambil senggugukan, Dewo langsung menutup mulut Winda dengan telapak tangannya. Mereka tidak tahu jika ada dua pasang mata dan telinga yang sedang mengikuti mereka, dan sedang merekam percakapan mereka untuk menjadi bukti.
"Hati-hati kalo bicara Win, kita masih diluar bisa mampus kita jika ada yang mendengar! " sahut Dewo lagi terus membekap mulut Winda.
"Wes, wes ayok kita balek wae Wo, Mboh piye engko Mamakmu iki kalo ngerti koe nang Dume! " ujar Pak Diman sembari membenarkan letak peci dikepalanya yang tadi sempat di buka pakai olehnya.
Winda misuh-misuh sambil menghentak-hentakkan kakinya dia pun mengikuti langkah anak dan Bapak itu, jalanan tampak sepi, rumah Winda dan pak Diman berdekatan tapi sedikit kedepan, rumah Yura yang memang sedikit jauh dari pemukiman warga.
Dengan sedikit perdebatan mereka terus melangkahkan kakinya, tanpa mereka ketahui jika ada sepasang manusia yang terus mengikuti setiap langkah mereka yang penuh dengan perdebatan itu, dengan minimnya penerangan sehingga bayangan ataupun itu tidak ada, hanya ada suara jangkrik. Kedua pasang manusia itu mengikuti dengan kaki berjinjit agar tidak terdengar suara langkah kaki.
Sementara dirumah Yura sudah selesai acara makan, para warga bersiap-siap untuk kembali kerumahnya masing-masing, ada yang mengendarai motor, ada juga yang berjalan kaki, tamu yang di undang Yura lumayan banyak.
"Terima kasih ya Bapak-bapak sudah mau hadir dengan undangan keluarga saya, sekali lagi saya ucapkan terimakasih,hatur nuuwun! "ucap Arga sambil menyalami satu persatu para tamunya sambil membagikan berkat atau tentengan yang berisi nasi beserta lauk pauknya.
"Sama-sama mas Arga dan mbak Yura sudah berkenan mengundang kami semua, dan semoga Mas Arga dan keluarga betah tinggal disini, selaku ketua RT disini saya juga minta maaf atas keributan kecil tadi akibat warga saya? " sahut Pak RT.
"Oo tidak masalah pak, kita maklum kok! " Arga menanggapi ucapan pak RT sambil mengembangkan senyum lebarnya, ahk ganteng sekali.
Tiba-tiba saja Yuri dan Kenaan datang dengan tergesa-gesa, lalu menyelonong masuk dari pintu samping. Gindo ikut bersama mereka, entah kebetulan apa ini saat Dewo jelmaan Gindo sampai dirumah Winda, justru semua dibuat kaget, karna disini sudah duduk seorang pria dengan menikmati segelas kopi yang disuguhkan oleh Arum.
"Nah itu Ibu pulang Yah! " ucap Arum ketika pintu dibuka lebar oleh Winda, seketika Winda menoleh kebelakang dan tidak mendapati siapapun dibelakangnya,karna mertuanya langsung pulang kerumahnya yang terletak agak kebelakang rumah Winda,ia tampak berfikir lalu segera masuk dan mengunci pintu.Winda memegangi dadanya yang kembang kempis tak beraturan.
"Ada apa sih Win, kayak abis liat setan aja? " tanya Dewo sambil menyeruput kopinya.
"Entah ni Ibuk! " sahut Arum lagi terus fokus menatap layar televisi.
"Mas Dewo sejak kapan duduk disini, bukannya tadi Mas jalan dibelakangku ya! "
Dewo mengerutkan keningnya, heran dengan ucapan Winda, karna semenjak dia sampai jam setengah delapan tadi, dia memilih tetap dirumah saja, karna tak ingin ada warga lain yang melihatnya masih hidup, karna dia telah dikabarkan menghilang saat mengalami kecelakaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Nur Wahyuni
bakalan kebongkar udah kejahatan mereka semua
2024-06-14
0