Menjadi Mempelai Hantu
Sebuah rumah kayu sederhana yang terletak tak jauh dari tepi hutan, terlihat semarak. Kertas panjang berwarna merah yang terpasang di beberapa sudut, berkibar tertiup angin.
Lampion-lampion merah bercorak indah dengan coretan tinta emas, tergantung berayun-ayun. Kertas-kertas putih berbentuk bulat, tersebar di tanah. Beberapa terlihat melayang-layang di udara. Meski semeriah itu, tetapi keadaan rumah tersebut begitu lengang. Seperti tidak ada kehidupan di sana.
Beberapa saat kemudian, rombongan pemusik tiba. Sebuah tandu berwarna merah dengan ornamen dan hiasan kain emas juga telah disiapkan. Di belakangnya, berbaris beberapa pria dan wanita. Tentu saja, semua berpakaian senada, merah.
Seorang gadis muda, duduk di depan meja rias dengan sebuah cermin. Gaun merah yang ia pakai, sangat terlihat kontras dengan warna kulitnya. Gadis itu berkali-kali mengembuskan napas. Riasan khas pengantin, mempercantik wajahnya. Ia tidak menyangka bahwa dirinya harus menjalani sebuah pernikahan yang sama sekali tidak ia inginkan. Permintaan kedua orang tuanya, sesuatu yang tidak bisa membuatnya memberontak.
“Anak gadis ayah, benar-benar terlihat cantik hari ini.” Seorang pria paruh baya berdiri di pintu memandangi gadis yang duduk mengenakan gaun pernikahan.
“Tapi Ayah ... siapa calon suamiku? Aku belum pernah bertemu, lagi pula, aku belum ingin menikah.”
“Xuan Yi ... ayah tidak bisa menolak keinginan ibumu. Ayah yakin, kali ini pilihan ibumu itu sangat tepat. Calon suamimu bukan orang biasa.” Mata laki-laki paruh baya itu memandang nanar, lalu dengan gerakan cepat, ia menundukkan kepala. Menyembunyikan sebuah kekhawatiran dari putrinya.
“Ya, semoga saja benar seperti itu, Ayah.” Jari-jemari lentik Xuan Yi menyentuh hiasan kepala berbentuk mahkota dengan lambang burung Phoenix yang tergeletak di meja rias.
“Lekas pakai! Kita harus cepat-cepat. Atau kita akan kehilangan waktu yang baik untuk pernikahanmu.”
Tanpa penolakan atau bantahan yang keluar dari mulutnya, Xuan Yi memakai aksesoris tersebut. Kemudian ia tersenyum kepada sang ayah yang berjalan, keluar dari kamar. Kerudung merah berbahan tipis, bersulam benang emas dipakai untuk menutupi wajah cantik gadis tersebut.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar Xuan Yi. Menuntun gadis itu keluar rumah menuju tandu yang sudah dipersiapkan. Di teras, Yaosan, kepala keluarga tersebut, beserta istri dan putrinya yang lain, menunggu pemberangkatan rombongan pengantin tersebut.
Suara musik mulai terdengar, rombongan mulai berjalan di jalanan yang sepi. Beberapa orang dari rombongan, menaburkan serpihan-serpihan kertas bulat. Tidak ada senyum sedikit pun di bibir setiap anggota rombongan. Tidak ada obrolan. Hanya wajah-wajah tegang dan ketakutan. Mereka terlihat seperti rombongan yang mengantarkan jenazah, bukan pengantin. Di garis paling depan rombongan, seorang dukun dengan pakaian putih memimpin perjalanan.
Setiap kali rombongan tersebut melewati pemukiman warga, orang-orang memandang ketakutan pada rombongan pengantin tersebut. Saling berbisik dengan tatapan sedih. Mereka juga menangkupkan kedua tangan di dada lalu mengguncang-guncangnya. Kemudian, memindahkan kedua tangan ke kepala. Terlihat seperti isyarat meminta perlindungan atas segala kesialan dan petaka yang akan terjadi kepada Dewa.
Aroma dupa yang dibawa sang dukun tersebar di setiap jalan yang dilalui. Tentu saja, hal itu juga bisa mengundang makhluk dari alam lain. Rasa heran terbesit di kepala Xuan Yi karena aroma tersebut. Selama hidupnya, ia pernah beberapa kali mengikuti ritual pernikahan orang lain. Namun, kali ini ia merasa ritual pernikahan yang ia jalankan sangat berbeda dengan apa yang pernah ia saksikan.
Xuan Yi membuka kotak kecil seperti jendela di tandunya. Menyingkap kerudungnya sedikit. Mengintip ke luar. Keheranannya makin bertambah saat ia melihat jalanan begitu sepi. Jalanan yang dilalui pun tidak terlihat seperti jalanan menuju kota atau desa lain.
Hari mulai gelap saat rombongan tersebut tiba di sebuah tempat yang terlihat seperti kuil kuno. Udara terasa begitu dingin dan suasana terlihat mencekam. Deru angin pegunungan terdengar bak geraman binatang buas. Beberapa orang terlihat ketakutan. Namun, tidak dengan Yen Yui dan Xiu Yin. Perempuan dua generasi itu tersenyum lebar. Karena pada dasarnya, merekalah yang akan diuntungkan dengan pernikahan ini.
Dukun memulai ritualnya, bergerak-gerak melingkari sebuah relik di depan kuil tersebut. Kemudian, pintu kuil tiba-tiba terbuka dengan lebar. Setiap orang di sana terkesiap. Sementara itu, Xuan Yi masih duduk tenang di dalam tandu. Yaosan yang khawatir berjalan cepat mendekati tandu tersebut. Laki-laki itu mengetuk jendela kecil di tandu. Melihat sang putri melongok dari dalam tandu, ia mulai merogoh kantong di balik lengan bajunya.
“Ulurkan tanganmu, Xuan Yi!” pinta Yaosan dengan berbisik.
Gadis itu dengan cepat mengulurkan tangan ke luar. Dengan cepat, Yaosan meletakkan sebuah gulungan kertas kuning bertuliskan huruf-huruf dengan tinta merah. Kemudian, ia menggenggam tangan Xuan Yi.
“Gunakan ini, jika ada sesuatu yang buruk terjadi padamu! Jimat yang beberapa hari lalu, masih ada? Jika ada kesempatan untuk melarikan diri, larilah! Menjauh! Ayah tidak bisa berbuat apa-apa selain ini.”
Xuan Yi mengangkat kerudung merahnya, senyum mengembang di bibirnya lalu ia mengangguk pelan. Tanpa bertanya apa pun pada laki-laki yang begitu ia hormati dan kasihi tersebut. Walaupun ada banyak pertanyaan di benaknya.
“Ayah tidak perlu risau. Aku Xuan Yi, aku jamin, semua akan baik-baik saja seperti biasanya.”
Mendengar kalimat terakhir anak gadisnya, Yaosan terenyuh. Air mengambang di sudut matanya yang mulai mengeriput.
Tanpa disadari, seorang wanita paruh baya berjalan mendekat dan menarik pria tadi. Menjauhi tandu.
“Apa yang kamu lakukan di sini, Suamiku? Menjauh dari tandu!”
Melihat kedatangan ibunya, Xuan Yi buru-buru menyembunyikan benda pemberian Yaosan di balik lengan gaun pengantinnya.
Setelah membuat suaminya menjauh dari tempat tadi, Yen Yui berbalik menuju tandu.
“Jangan macam-macam, menurutlah saja!” perintah wanita itu. Kemudian dengan kasar, ia menutup jendela kecil tersebut.
Angin bertiup semakin kencang saat ritual sang dukun di depan kuil hampir selesai. Beberapa orang dari rombongan tadi, lari tunggang-langgang menyelamatkan diri. Hanya beberapa orang yang masih bertahan di situ.
Beberapa saat kemudian, Xuan Yi dituntun keluar dari tandu oleh sang dukun. Gadis itu merasa heran. Ia melihat ke arah sekeliling dari balik kerudung. Dari cahaya obor yang menerangi area tersebut, terlihat begitu banyak sosok dengan pakaian serba hitam. Sama halnya ketika ia masuk ke dalam kuil. Beberapa orang berdiri berbaris sepanjang jalan menuju altar. Namun anehnya, dukun seperti tidak melihat kehadiran orang-orang tadi. Acuh tak acuh.
Tidak ada yang aneh saat prosesi pernikahan yang dijalani Xuan Yi di dalam kuil. Namun hingga detik itu, ia masih belum melihat mempelai pria. Yang ia lihat, hanya papan nama berkalung pita merah dengan tulisan “Hong Zixin, Raja Hantu”. Gadis itu mengerling pada patung besar di belakang papan nama tersebut.
Pahatan batu sosok besar dengan senjata di beberapa tangannya, mata melotot, lidah panjang terjulur di antara taring-taring yang panjang. Kemudian ia berlutut di depan altar pemujaan seperti petunjuk dukun tadi.
Sejenak, Xuan Yi teringat kisah dari teman dekatnya. Seorang gadis, putri dari dukun Tao yang terkenal di desa tetangga. Konon, ada sebuah ritual rahasia untuk mendapatkan hal-hal yang mustahil sekalipun. Ia mulai memahami ketika teringat semua usaha ayahnya dan segala keanehan prosesi yang dijalani.
“Tunggu! Jadi aku ....” Gadis itu bergumam dari balik kain merah yang menutupi wajahnya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Seul Ye
Iya, jadi kamu nikah sama hantu nak 🤣
Tapi gak apa2. Feelingku hantunya good looking wkwk.
2022-11-08
0
Seul Ye
Baru bab 1 musuhnya udah 2 aja.
Berat nih perjuangan FL kita bunda 😂
2022-11-08
0
Seul Ye
Ini nih.
Orang tua kalo gelagatnya udah gini pasti ada yg gak beres 🤣
2022-11-08
0