“Apakah kau sangat lapar?” tanya Chen Li sambil tertawa kecil.
“Iya...” jawab Ye Xianlan sambil menundukkan kepalanya karena sangat malu.
“Aku akan pergi membeli makanan. Tunggulah disini sebentar,” Chen Li pergi keluar dan bergegas membeli makanan.
......................
Beberapa saat kemudian.
Chen Li kembali ke rumah kakek Ye Nanjun sambil membawa makanan yang berada di cincin penyimpanannya.
Sesampainya. Chen Li kemudian mengeluarkan makanannya dari cincin penyimpanan. Mereka berdua terkejut bahwa tiba-tiba makanan keluar dari sebuah cincin.
Mereka hanya pernah mendengar tentang cincin penyimpanan. Tapi tidak pernah melihat bagaimana cara kerja cincin penyimpanan itu.
Ye Xianlan bertanya tentang dari mana dia mendapatkan cincin penyimpanan itu. Karena Chen Li berkata kalau dirinya adalah orang yang miskin.
Chen Li berbohong bahwa dirinya menemukan cincin ini disaat dia pergi ke hutan gunung hitam. Ye Xianlan berkata bahwa Chen Li benar-benar sangat beruntung karena menemukan cincin penyimpanan itu.
“Baiklah, saatnya kita makan,” kata Chen Li.
“Terima kasih karena telah membeli makanan untuk kami berdua,” kata kakek Ye Nanjun.
“Makanannya sangat banyak, jadi kalian harus menghabiskannya,” kata Chen Li sambil duduk dan memakan makanan didepannya.
kakek Ye Nanjun dan Ye Xianlan juga duduk dan memakan makanannya. Makanannya sangatlah enak sampai mereka berdua meneteskan air mata.
Mereka berdua tidak pernah makan makanan enak selama mereka hidup. Baru kali ini mereka makan makanan yang enak.
“Aku tidak pernah makan makanan seenak ini!” kata Ye Xianlan sambil makan dengan lahap.
“Ini adalah berkah bagi keluarga kita... makanlah pelan-pelan, nanti tersedak,” kata kakek Ye Nanjun sambil makan.
Jiwa Chu Ehuang yang melihat makanan enak didepannya, air liurnya keluar dari mulutnya. Dia lalu berkata, “Sepertinya enak. Aku juga ingin makan, tapi aku tidak bisa memakannya karena aku hanyalah jiwa,” sambil mengelap air liurnya.
“Chen Li, kau dari mana dapat uang untuk membeli makanan yang sangat enak ini?” tanya Ye Xianlan sambil mengunyah makanan.
“Iya, kau dari mana dapat uang?” tanya kakek Ye Nanjun.
“Jangan bilang kau...,” kakek Ye Nanjun merasa curiga kepada Chen Li karena dia membeli banyak sekali makanan. Kakek Ye Nanjun merasa curiga karena sebelumnya Chen Li mengatakan bahwa dirinya hanyalah bocah miskin.
Ye Xianlan berhenti makan karena juga curiga kepada Chen Li bahwa dia mungkin mencuri makanan.
“Tidak, tidak, tidak. Kalian jangan curiga dulu. Aku membeli makanan ini karena saat pergi ke hutan gunung hitam aku menemukan banyak uang. Sama seperti cincin penyimpanan ini, aku menemukannya bersamaan dengan uangnya,” kata Chen Li sambil panik dan menggelengkan kepalanya.
“Begitu... maaf karena mencurigaimu," kakek Ye Nanjun percaya dengan apa yang diucapkan Chen Li dan meminta maaf.
“Tidak apa-apa. Ayo lanjut makan, hehehe,” Chen Li sambil tertawa kecil.
“Habiskan makanannya, jangan sampai tersisa,” kata Chen Li.
Sekali lagi, kakek Ye Nanjun berterima kasih kepada Chen Li karena membelikan makanan untuk dirinya dan cucunya.
Dia benar-benar beruntung karena telah bertemu dengan Chen Li. Pandangannya terhadap Chen Li sangatlah baik. Dia telah banyak membantu dirinya. Dari menyelamatkannya saat dipukuli, membantu mencari obat untuk cucunya, dan juga membeli makanan yang sangat enak kepada dirinya dan cucunya.
Setelah beberapa saat, setelah mereka memakan semua makanan yang dibeli oleh Chen Li. Perut mereka sangat besar karena betapa banyak makanan yang mereka makan. Mereka memakan semua makanan sampai tidak tersisa.
kakek Ye Nanjun yang termenung sejenak, dia kemudian bertanya kepada Chen Li, apakah dia mau untuk tinggal disini bersama dirinya dan cucunya.
Chen Li diam untuk beberapa saat, dan kemudian dia menjawab kalau dirinya tidak bisa tinggal disini. Dia mengatakan bahwa ingin menjelajahi dunia, dan menjadi kuat, untuk membantu orang-orang yang lemah.
Mereka berdua tampak sedih karena mengira bahwa tidak akan bertemu lagi.
“Tidak bisakah kau tinggal disini saja?” Ye Xianlan tampak sedih karena Chen Li tidak ingin tetap disini.
“Benar, Chen Li. Diluar itu sangat berbahaya, kau tetap disini saja,” kata kakek Ye Nanjun.
“Meskipun berbahaya, aku masih akan tetap pergi keluar... aku akan pergi besok” kata Chen Li.
“Baiklah, jika keputusanmu telah bulat,” kata kakek Ye Nanjun sambil menghela nafas.
Meskipun tidak bisa membalas budi dengan cara agar dia tinggal di rumahnya. Ye Nanjun yakin bahwa di masa depan pasti bisa membalas budi, meskipun itu harus mengorbankan nyawanya.
Dia ingin Chen Li agar menjalani kehidupannya sendiri, meskipun itu sangat berbahaya. Tapi, dia hanya bisa pasrah membiarkan Chen Li pergi.
Kakek Ye Nanjun meyakini bahwa Chen Li pasti akan menjadi orang yang kuat, dari sikap dan perilakunya itu.
“Hei,hei. Chen Li ayo kita pergi keluar,” Ye Xianlan mengajak Chen Li untuk bermain dan berkeliling desa pemula. Dia ingin menghabiskan waktu bersama Chen Li sebelum dia pergi.
“Hm... baiklah,” Chen Li berpikir sebentar untuk menolaknya, tapi dia merasa tidak enak kalau menolak karena besok dia akan pergi juga.
......................
Keesokan paginya, Chen Li dan Ye Xianlan pamit kepada kakek Ye Nanjun untuk pergi keluar. Mereka berdua bersenang-senang, dari membeli makanan, membeli baju, bermain dan lain-lain.
Meskipun jiwa Chen Li adalah jiwa seorang dewasa, tapi dia juga bersenang-senang. Karena seusia dirinya biasanya bersenang-senang.
Ye Xianlan tidak pernah merasa sebahagia ini. Tapi kebahagiaan itu hanyalah sesaat.
Karena Chen Li akan pergi besok. Ye Xianlan mulai merasa sedih saat mengingat bahwa Chen Li akan pergi besok.
Teman satu-satunya yang dia miliki akan pergi meninggalkan dirinya. Dia tidak rela ditinggal oleh Chen Li, karena dia tidak memiliki teman selain Chen Li.
......................
Malam harinya, dengan langit yang memancarkan sinar bulan dan bintangnya. Chen Li berada diluar rumah sambil memandangi langit yang begitu indah.
Jiwa Chu Ehuang juga memandangi langit sambil berkata, “Indah,” ini adalah pertama kalinya baginya memandangi langit malam.
Tiba-tiba dari belakang Chen Li terdengar suara langkah kaki yang kecil. Dia mengendap-endap, seperti ingin mengagetkan Chen Li yang berdiri sambil memandangi langit. Dan ternyata yang ingin mengagetkan Chen Li itu adalah Ye Xianlan. Dia mengira Chen Li tidak menyadari kalau dirinya ingin membuatnya terkejut.
Akan tetapi, Chen Li menyadarinya karena kesadaran spiritualnya. Chen Li masih tetap memandangi langit tanpa melihat kebelakang. Dia berpura-pura tidak mengetahui bahwa ada yang mendekatinya.
Setelah Ye Xianlan hampir sampai di belakang Chen Li. Chen Li kemudian berbalik dan mengejutkan Ye Xianlan.
“Aaahhhh!” Ye Xianlan terkejut, dia tidak mengira bahwa dirinyalah yang akan dikejutkan.
“Kenapa kau bisa menyadari bahwa aku ingin mengejutkanmu?” tanya Ye Xianlan karena heran bahwa Chen Li bisa menyadarinya.
“Instingku sangatlah tajam kau tahu,” kata Chen Li sambil bernada sombong.
“Hmph,” Ye Xianlan memalingkan wajahnya sambil cemberut, karena tidak berhasil mengagetkan Chen Li.
Chen Li tersenyum melihatnya karena dia sangat imut saat cemberut. Tapi tiba-tiba ekspresi Ye Xianlan perlahan berhenti cemberut dan mulai sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments