Malam semakin larut. Suasana Arani mulai tenang setelah menceritakan apa yang ia alami mengenai orang bertato elang tersebut kepada Derriel.
Mulai sekarang Derriel akan memberikan penjagaan yang ketat padanya. Akan ada pengawal yang siaga mengawasi aktifitas Arani diluar rumah tanpa Derriel, yang tidak harus mencolok dalam pengawalannya. Arani pun menyetujui hal tersebut.
Arani dan Derriel menghabiskan momen-momen kebersamaan mereka dengan bercerita berbagai hal apapun. Bermain game di hp, makam malam bersama, sampai pada akhirnya...
"Sayang...!" panggil Derriel dengan lembutnya, posisi ia sedang berbaring miring, dengan tangan memangku kepalanya. Memandangi Arani yang sedang duduk santai
"Iya Say....." jawab Arani yang tangan dan pandangannya tidak lepas dari HP.
"Apa kamu sudah siap?"
"Aaaaahhh? " pandangan Arani bingung penuh tanya dan beralih memandangi Derriel . "Siap apa?"
Derriel tersenyum lebar .
Derriel menepuk kasur lantai di sebelah sisinya.
"Kemarilah !." Titah Derriel
Apakah ia memintanya sekarang?
Arani masih terdiam di tempatnya. Menerka nerka apa kemauan suaminya tersebut.
"Mari tidur. Waktu semakin larut malam. Apakah kamu tidak mengantuk?"
Dia hanya mengajak tidur sajakan. Tidak lebih dari itu bukan. Aku masih belum siap... ! Batin Arani dalam hati.
Arani masih terdiam di tempatnya sambil memandangi Derriel dengan seksama.
"Sayang, ayo tidur. Aku sudah mengantuk..?" kata Derriel lalu menutup mulutnya yang menguap karna kantuk.
Ah ternyata ia sudah mengantuk .Arani
"Baiklah Say." Seru Arani lalu beranjak menaruh HP diatas mejanya. Dan bergegas menghampiri suaminya yang sudah terlentang memejamkan matanya.
Arani tidur disebelah Derriel . Tidur miring membelakangi suaminya itu.
Merasakan keberadaan Arani disisinya, Derriel pun mengubah posisi badannya dan menarik badan Arani lebih dekat dan membekap badan Arani.
Aku sangan mencintaimu Arani. Aku ingin memilkimu seutuhnya. Sepertinya kau masih belum siap melakukannya. Ucap Derriel dalam hati. Ia semakin mendepak Arani dan membelai kulit tangan Arani dengan sangat lembut.
Eh kenapa rasa pelukannya berbeda dari biasanya ya. Jadi ada rasa yang berbeda dalam tubuhku. Arani
"Sai Ail?."
Tidak ada jawaban .
" Apakah sudah tidur?."
"Eeemmmz."
"Say, saat ini didalam badanku ada rasa yang berbeda dari biasanya saat kamu peluk. Badanku kenapa ya?." Tanya Arani dengan polosnya.
Derriel pun tersenyum meski matanya terpejam.
"Tidurlah sayang. Semoga mimpi indah." Kata Derriel mencium kepala Arani. Lalu mengalihkan tangannya membelai kepala Arani .
Sepertinya aku harus memancingnya perlahan lahan sampai keadaan siap. Derriel.
Saat Arani berbalik badan, tidur miring menghadap kesuaminya.
"Ah Say Ail. Belum tidur ?"
Sesaat mereka saling berpandangan. Melihat wajah Arani tepat didepannya, mulai ada pergerakan jemari Derriel membelai pipi Arani, berlanjut memoles bibir Arani dengan jarinya.
"Sayang...! kamu cantik."
Perlahan Derriel mendekati wajah Arani lalu mencium bibirnya sesaat.
"Aku menginginkanmu sayang." Lalu lanjut mencium bibir Arani . Semakin lama semakin dalam permainan Derriel menciumnya.
Ini pengalaman pertama bagi mereka berdua.
Derriel melepas ciumannya. Memberikan kesempatan untuk Arani mengambil nafas.
Lalu bibir Derriel mencoba mengesplor leher Arani. Namun Derriel tidak meninggalkan jejaknya disana.
Bibir Derriel terus menciumi leher istrinya dengan penuh kelembutan. Dan terus bergerak turun mendekati dada Arani yang tertutup kaos yang ia kenakan tidur saat ini.
Sesaat ia menghentikan aktivitasnya. Melihat wajah Arani yang menahan sesuatu didalam dirinya.
"Sayang " . Panggil Derriel
"Say badanku panas. Rasanya aneh, emchh, aku, aku takut... " ucap Arani, masih memejamkan matanya. Dengan nafas menggebu gebu dan dada berasa berdebar hebat . Menahan sesuatu didalam tubuhnya entah apa, ini kali pertamanya ia rasakan.
"Aaaaaahhhhhh." Arani terbangun dari tidurnya, melihat pakaiannya masih utuh melekat dibadannya. Dan tidak mendapati keberadaan Derriel disisinya.
"Kemana dia? Say Ail..." Ara mencoba memanggil. Mungkin Derriel didalam kamar mandi.
"Say......"
Nihil tidak ada sautan dari kamar mandi juga.
Kemana dia....
Ara mencoba mengatur nafasnya yang tersengal itu.
Ternyata aku cuman mimpi. Ya ampun bisa bisanya aku memimpikan hal itu bersamanya... Tapi seperti nyata
Eh enggak salah juga sih. Dia kan suamiku. Senyum malu , dan menutup mukanya dengan telapak tangannya.
Tapi aku belum siap........ jerit Arani dalam hatinya
"Sayang, sudah bangun." Kata Derriel setelah membuka pintu, lalu masuk kedalam membawa makanan yang sempat ia beli tadi di jalan.
"Aaaaahhhkkk." kaget Arani tiba-tiba mendengar suara Derriel. Yang mana posisinya masih terduduk diatas tempat tidur. Rambut yang acak acakan,
"Kamu kenapa Sayang kaget seperti itu ?."
"Ah itu , enggak kok. Eeem...." perasaannya tidak karuan.
"Itu sarapan kita kah?" Arani menunjuk tentengan yang Derriel bawa dari luar.
"Iya. Sebelum kita berangkat ke kota AAA. Lekaslah mandi. Penampilanmu terlihat sangat kacau bangun tidur."
Bagaimana tidak kacau, aku memimpikan hal itu bersamamu.
"Ah tentu. Baiklah..." Arani melangkah menuju kamar mandi.
Bagaimana jika hal itu terjadi, yang sudah pasti itu akan terjadi cepat atau lambat. Bahkan bisa jadi lebih cepat hal itu akan terjadi... aaaiiiiccchhhh malunya....
...****************...
Seusai sarapan Mereka pun berpamitan kepada Ibu kos, karena hari ini terakhir Arani tinggal di kos kosan .
Kesepakatan yang mereka buat, setelah Ujian usai maka Arani akan tinggal di kota AAA bersama suaminya sembari menunggu hasil ujian dan Ijazah. Arani akan magang dikantor Derriel. Dengn identitas sebagi istri si pemilik Perusahaan harus di sembunyikan. Itu permintaan Arani.
Sepasang pasutri itu berada di mobil ke 2 . Mobil depan dan belakang adalah pengawal yang menjaga keamanan mereka saat di jalan. Peraturan penjagaan terhadap Arani sudah diberlakukan mulai sekarang.
Derriel tidak ingin kecolokan lagi atas apa yang menimpa istri yang teramat ia sayangi.
"Say Ail..."
"Iya.... " jawab Derriel namun pandangannya tidak terlepas dari tablet yang ia pegang.
"Em itu, em....". Ragu ara untuk melanjutkan ucapannya. Sembari memegangi tengkuk lehernya.
Ah bagaimana memulainnya ya....
aku ingin bercerita kalau semalam aku memimpikan hal itu seperti bukan sekedar mimpi. Karena aku merasakannya tu begitu nyata.
" Em, itu, semalam..."
Jawaban Arani terputus manakala ia merasa ini bukan waktu yang tepat bercerita ngengenai hal itu. Malu kalau sampai didengar Pak sopir...
"Ah lupakanlah. Bukan suatu hal yang penting ." Lanjut ucapan Arani. Lalu membuang muka menghadap kejendela mobil karena malu.
Pasti saat ini mukaku memerah... aaaiiichhh memalukan.
Derriel pun menghentikan kesibukannya dengan tablet yang ia pegang saat ini.
Melihat Arani membuang muka , ia merasa bersalah.
"Sayang, maafkan aku. Aku terlalu fokus dengan tablet. Tanpa melihatmu ingin berbicara." Kata Derriel sambil mengusap kepala Arani.
Aaaiiccch bukan itu permasalahannya. Aku malu memperlihatkan wajahku yang pastinya memerah saat ini .
"Enggak kok. Itu bukan masalah bagiku. Pekerjaanmu memang padat bukan. Wajar jika ada waktu senggang kamu mencicilnya untuk mengerjakan pekerjaan itu."
Derriel pun tersenyum karena istrinya pengertian. Dan membelai kepala Arani punuh sayang.
Ya mereka sudah terbiasa dengan segala hal keseharian yang mereka lakukan .
"Bolehkah aku membantumu? . Sembari belajar menguasai pekerjaan di kantor."
"Tentu saja sayang."
...****************...
Sesampainya dikota AAA Arani diturunkan dirumah Derriel. Ia menyuruh Arani untuk beristirahat. Dan Derriel pun pamin lansung menuju ke perusahaannya untuk memyelesaikan pekerjaan kantor yang tertunda.
Sebelum kekantornya, Derriel menyempatkan mampir kerumah Kakek Dirdja.
"Ah akhirnya cucuku kembali juga." Ucap Kakek Dirdja yang menuruni anak tangga.
"Kakek...." sapa Derriel lalu mencium tangan Kakek Dirdja.
"Dimana Arani ?. Kenapa kamu datang sendiri. Jangan coba-coba menyembunyikan cucuku yang berharga itu. Kamu jangan serakah Derriel memiliki Arani sendirian. Dia itu tetap cucuku."
Astaga, kenapa seolah aku menjadi orang yang merebut apa yang ia miliki.
"Ah bukan seperti itu kek. Aku akan mengajak Arani kesini nanti. Tapi ada suatu hal yang ingin aku tanyakan kepada kakek".
Tanpa basa-basi Derriel memceritakan kejadin yang menimpa Arani mengenai orang yang bertato elang itu.
"Jadi apakah ada kaitnnya orang bertato elang itu dengan kejadian 18 tahun lalu, Kek?."
Mendengar semua cerita Derriel, Kakek Dirdja hanya menghembuskan nafasnya kasar lalu menopang dahi kepalanya di ujung tongkat yang ia genggam.
Akhirnya Derriel tahu orang bertato elang ini.
Mungkin sudah saatnya aku menceritakan yang sesungguhnya.... Kakek Dirdja
"Ini saatnya kamu harus tahu kebenarannya Derriel. Agar kamu bisa lebih lagi melindungi Cucuku. "
"Maksut Kakek kebenaran apa?."
"Apa ada kaitannya juga dengan pembicaraan Kakek dan Paman Doni sehari sebelum hari pernikahanku dengan Arani?"
"Apa.?"
"Maaf kek, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kakek bersama Paman Doni waktu itu."
Ini sudah tidak bisa di sembunyikan lagi. Saatnya aku menceritakan yang sebenarnya kepadamu Derriel.
"Sebelumnya kakek minta maaf telah menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupanmu yang berharga. Aku harap kamu masih bisa memaafkan aku." Lesu Kakak Dirdja memulai mengungkapkan kebenaran yang memang saatnya Derriel tahu.
Bersambung!!!!!!
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
Mohon dukungannya ya sobat. Jangn lupa Like, komen,dan vote nya . Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments