Singa Jantanku

Singa Jantanku

Ledakan

"Untuk apa kamu pulang, Meyra?" tanya Alexander Darthdion, seorang ayah yang selalu menantikan kepulangan sang putri setelah lima tahun tidak pulang.

Lelaki paruh baya itu nampak berdiri seraya menyilangkan kedua tangannya di belakang pinggangnya, matanya tertuju pada gadis muda berusia dua puluh tiga tahun di hadapannya.

"Aku, aku rindu pada Ayah. Lagi pula besok tepat lima tahun ibu menghilang di bukit bunga, aku ingin ke sana," jawab Meyra.

Meyra menundukkan wajahnya, dia tidak berani menatap netra sang ayah. Dia sangat rindu, tapi dia takut ayahnya akan menolaknya.

"Rindu? Kenapa hanya diam saja kalau rindu?" tanya Alexander dengan wajah datarnya.

Tanpa banyak berkata lagi Meyra langsung menubrukan tubuhnya kepada tubuh lelaki paruh baya yang berada di hadapannya, dia sebenarnya benar-benar sangat rindu terhadap lelaki paruh baya itu.

Sayangnya, setelah kehilangan ibunya lima tahun yang lalu membuat dirinya enggan untuk pulang.

Dia begitu betah tinggal di luar negeri untuk melanjutkan kuliahnya, bahkan setelah lulus S2 pun dia malah bekerja di perusahaan orang lain dari pada pulang untuk menemui sang ayah.

Bukannya tidak sayang atau tidak rindu, hanya saja dia merasa sangat terpukul karena tiba-tiba saja ibunya hilang ketika mereka sedang berpiknik di bukit bunga.

Bukit yang terlihat begitu indah, tapi membuat dia merasa sakit karena ibunya hilang di sana. Tidak ada petunjuk sama sekali ke mana ibunya pergi.

"Maaf, maafkan Mey, Ayah!"

Meyra menangis tersedu-sedu di dalam pelukan sang ayah, lelaki paruh baya itu pun akhirnya luluh. Dia membalas pelukan Meyra lalu mengecupi puncak kepala putrinya tersebut.

Bibirnya bisa saja berkata pedas kepada putri semata wayangnya itu, tapi hatinya tetap saja bergetar melihat tangisan dari putri tersayangnya itu.

Ingin sekali dia memaksa putrinya pulang ketika berjauhan dengan dirinya, tapi dia sangat paham jika putrinya begitu terluka sama seperti dirinya saat ibunda Meyra hilang di bukit bunga.

"Ayah juga rindu, Ayah sangat rindu. Bahkan setiap waktu Ayah selalu merindukanmu, kenapa kamu malah menghindari Ayah? Kenapa kamu seolah tidak mau berada dekat bersama dengan ayah?" protes Alexander.

Selama lima tahun ini Alexander benar-benar merasa kesepian, setidaknya setelah istrinya menghilang ada putrinya yang selalu berada di sampingnya.

Namun, semua itu seakan hanya mimpi. Karena Meyra tidak pernah mau pulang ke rumah mereka, baru kali ini dia datang dan berkata jika dia begitu merindukan dirinya.

Tentu saja dia juga merindukan putrinya tersebut, walaupun hatinya terluka karena di saat sang istri menghilang, putrinya malah ikut meninggalkan dirinya bersama dengan kesendirian, kesepian dan juga kesedihan yang mendalam.

"Maaf, Ayah. Maaf, aku hanya merasa terluka jika terus berada di rumah ini. Karena aku selalu mengingat kepergian ibu," kata Meyra.

"Ayah juga sama, Sayang. Ayah selalu mengingat Ibumu, dia pergi dan menghilang begitu saja," kata Alexander.

Alexander dan juga Meyra terlihat melerai pelukannya, kemudian Alexander menuntun putrinya untuk duduk di atas sofa.

"Besok adalah lima tahun ibumu menghilang di bukit bunga, Ayah ingin pergi ke bukit bunga. Apakah kamu mau ikut?" tanya Alexander penuh harap.

Mendapatkan ajakan dari sang ayah, tentu saja Meyra sangat mau. Dia ingin pergi bersama dengan ayahnya setelah sekian lama mereka berpisah.

"Tentu saja, Ayah. Setidaknya aku bisa mengenang kebersamaan kita sebelum ibu menghilangkan," kata Meyra.

"Ya, kita akan pergi ke bukit bunga besok pagi-pagi sekali. Setelah sarapan kita akan berangkat," kata Alexander.

Meyra terlihat tersenyum, lalu dia kembali memeluk ayahnya yang begitu dia rindukan. Lelaki pertama yang selalu membuat dia jatuh cinta.

"Aku setuju," jawab Meyra.

"Sekarang beristirahatlah, kamu baru saja pulang dari perjalanan jauh. Pasti kamu sangat lelah," kata Alexander.

Alexander mengelus lembut punggung putrinya dengan penuh kasih sayang, dia masih ingin mengobrol dengan putrinya tersebut.

Dia ingin mencurahkan rasa kasih sayangnya, mencurahkan kerinduannya. Namun, dia merasa kasihan jika mengingat

Meyra yang baru saja datang.

"Ayah benar, aku sangat-sangat lelah," jawab Meyra.

"Ayah tahu," jawab Alexander.

Setelah berpamitan kepada sang ayah,

Meyra langsung melangkahkan kakinya ke dalam kamar yang sudah lima tahun ini dia tinggalkan.

Saat dia masuk ke dalam kamar tersebut, dia tersenyum karena tidak ada yang berubah sedikit pun dari kamar miliknya itu.

Tetap seperti itu dan terlihat sangat rapi, kamar itu juga terlihat sangat terawat. Sepertinya sang asisten rumah tangganya bekerja dengan sangat baik.

"Aku merindukan kamar ini, aku merindukan Ibu," kata Meyra dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Meyra terlihat mengambil foto di atas nakas, di sana ada foto yang menunjukkan dirinya bersama ibu dan juga ayahnya sedang berpelukan.

Dia tersenyum lalu dia duduk di tepian tempat tidur dan memeluk foto itu dengan erat, air matanya luruh tak tertahankan. Dia benar-benar merasa rindu dengan ibunya tersebut.

Satu hal yang dia anehkan, kenapa ibunya bisa hilang begitu saja? Ke mana perginya wanita yang sangat dia kagumi itu?

Padahal mereka hanya piknik di bukit bunga, kenapa dia bisa menghilang begitu saja tanpa jejak? Ibunya menghilang seperti ditelan bumi.

Dia dan juga sang ayah pernah mengecek cctv, sayangnya tidak ada cctv yang mengarah ke bukit bunga.

Hal itu mempersulit mereka untuk mencari Ibu dari Meyra, bahkan mereka juga pernah menyewa seorang detektif untuk mencari ibu dari Meyra. Sayangnya tidak berhasil, tidak ada jejak sedikit pun atau petunjuk yang didapatkan.

"Oh Tuhan, semoga suatu saat nanti kami bisa bertemu kembali. Aku sangat merindukan ibu, semoga ibu selalu sehat di mana pun dia berada," kata Meyra.

Setelah mengatakan hal itu, Meyra terlihat merebahkan tubuhnya. Dia juga memejamkan matanya, lalu dia tertidur dengan lelap seraya memeluk foto ibunya.

***

Keesokan paginya Meyra bangun dengan sangat bersemangat, wajahnya terlihat riang. Dia bahkan menyiapkan beberapa makanan dan juga camilan kesukaan sang ibu, lalu dimasukkan ke dalam keranjang piknik.

Dia sengaja melakukan hal itu untuk mengenang ibunya ketika dia berada di bukit bunga bersama dengan sang ayah, Alexander yang melihat semangat yang begitu menggelora di wajah putrinya begitu merasa senang.

Dia tersenyum lalu memeluk putrinya dan mengecup puncak kepalanya, dia merasa senang kala melihat wajah ceria putrinya mulai kembali.

"Sepertinya kamu terlihat bersemangat sekali, Sayang," kata Alexander.

"Ya, Ayah. Aku sangat bersemangat, setidaknya aku akan datang ke bukit bunga untuk mengenang ibu di sana," jawab Meyra.

"Ya, sekarang kita sarapan dulu. Setelah itu kita pergi ke bukit bunga," kata Alexander.

"Ya, Ayah," jawab Meyra.

Akhirnya Meyra dan juga Alexander terlihat sarapan bersama, setelah itu mereka pun langsung melangkahkan kaki mereka untuk pergi ke bukit bunga.

Namun, baru saja mereka akan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti tepat di samping mobil milik Alexander.

Dari dalam mobil tersebut keluarlah seorang wanita berparas cantik walaupun usianya tidak lagi muda, dia datang bersama dengan seorang remaja pria sekitar berusia tujuh belas tahun.

"Oh, ya ampun Meyra, Sayang. Kemarin malam Tante mendengar kepulangamu, Tante ke sini ingin mengajakmu untuk memakan kue yang sudah Tante buatkan untukmu," kata wanita itu. "Benarkan Roy?" tanya perempuan itu seraya melirik ke arah putranya yang bernama Roy.

"Ya, tentu saja. Kak Meyra pasti akan sangat senang karena kue yang dibuatkan oleh ibu sangat enak," kata remaja pria tersebut.

"Maaf, Tante. Maaf banget loh, Tante. Aku mau pergi ke bukit bunga," kata

Meyra tidak enak hati.

"Oh, ini hanya sebentar saja, Sayang. Ini sebagai acara penyambutan karena kamu baru saja datang, ayo," ajak wanita tersebut.

"Ya ampun Lolita, kamu itu selalu saja memaksa," kata Alexander.

"Oh, ayolah Alex. Hanya sebentar saja," kata Lolita seraya tersenyum.

Walaupun Alexander terlihat kesal karena acaranya harus diundur, tapi dia menurut. Dia mengikuti langkah Lolita yang menggandeng tangan putrinya untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri.

Tiba di dalam rumahnya, Lolita langsung masuk ke dapur dan mengambil piring untuk menempatkan kue yang sudah dia bawa. Kue tersebut dia tempatkan di atas piring lalu diberikan kepada Meyra dan juga Alexander untuk mereka cicipi.

"Makanlah kuenya, ini buatanku sendiri," kata Lolita.

"Ya, aku tahu kamu suka membuat kue," kata Alexander seraya terkekeh.

"Jangan lupakan satu hal, kue buatanku selalu enak," kata Lolita lagi.

"Ya," jawab Alexander.

Alexander dan juga Meyra akhirnya memakan kue tersebut, walaupun hanya sepotong kecil. Karena mereka tidak mau Lolita akan tersinggung, karena walau bagaimanapun juga Lolita adalah teman dari ibunda Meyra.

"Oh kalian sangat baik, kalian begitu menghargaiku, terima kasih sudah memakan kue buatanku," kata Lolita dengan berlebihan.

"Sama-sama, aku yang terima kasih karena kamu sudah repot-repot membuatkan kue untuk kami, kalau begitu aku akan pergi. Apa kamu mau ikut?" tanya Alexander.

"Oh, tidak usah. Kalian pergilah, kalian pasti merindukan Bianca. Nanti aku kapan-kapan akan mengunjungi tempat tersebut jika aku rindu dengan sahabatku itu," kata Lolita.

"Baiklah, kalau begitu kami pergi dulu," kata Alexander.

Alexander dan juga Meyra terlihat melangkahkan kakinya menuju halaman rumah. Mereka sempat berpapasan dengan

Roy ketika hendak masuk kedalam mobilnya.

"Kamu tidak mau ikut?" tanya Meyra.

"Tidak," jawab Roy.

"Baiklah, kalau begitu kami pergi," kata Meyra.

Setelah mengatakan hal itu Meyra dan juga Alexander terlihat pergi dari rumahnya, mereka ingin sekali segera sampai di bukit bunga.

Saat di pertengahan jalan Meyra merasa sangat haus, tapi ternyata dia lupa membawa air minumnya.

"Ya ampun, Ayah. Aku lupa membawa air minum, berhentilah sebentar di swalayan. Aku ingin membeli air," ucap Meyra.

Alexander tersenyum, dia sangat hapal jika kebiasaan Meyra dan juga istrinya, Bianca sangatlah sama, yaitu mereka pelupa.

"Ya, Sayang," kata Alexander.

Tidak lama kemudian Alexander terlihat menepikan mobilnya, karena dia melihat sebuah swalayan tepat di seberang jalan.

"Tunggulah sebentar, Ayah. Aku akan segera kembali, hanya membeli beberapa minuman saja," kata Meyra seraya terkekeh. Kemudian dia memeluk Alexander dan mengecup keningnya

"Kamu itu kaya mau pergi jauh saja, cuma mau membeli minuman saja seperti akan pergi kemana," kata Alexander.

"Aku masih rindu dengan ayah, jangan protes!" kata Meyra.

"Ya ya ya, terserah kamu saja," jawab Alexander.

Setelah berpamitan kepada sang ayah, Meyra terlihat menyebrangi jalan dan masuk ke dalam swalayan tersebut.

Dia memilih beberapa minuman lalu segera membawanya ke kasir untuk dibayar, tapi, baru saja dia merogoh tasnya untuk mengambil dompet, dia dikagetkan dengan suara ledakan yang begitu dahsyat dari seberang jalan.

Duaar!

Mobil milik Alexander yang berada di sebrang jalan terlihat meledak, apinya terlihat sangat besar. Asap hitam terlihat mengepul dan membumbung tinggi ke angkasa.

***

Selamat datang di dunia romance fantasi karya Othor Cucu Suliani, semoga kalian suka. Jangan lupa untuk tinggalkan jejak like dan komentnya, sayang kalian selalu.

Terpopuler

Comments

🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄

🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄

Semoga mendapat jawabab di balik hilangnya sang ibu

2022-10-25

2

🎤K_Fris🎧

🎤K_Fris🎧

astaghfirullah
hmm dah kecium siapa yg lakuin itu😑😑😑😑

2022-10-24

0

🎤K_Fris🎧

🎤K_Fris🎧

mamak jualan bawang yaaa😭😭😭

2022-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!