Berhenti berjuang

"Sudah, jangan jadikan itu beban. Tetap kuat dan istirahat lah, karena nanti sore kamu harus melewati sesuatu yang menyakitkan. Baik baik ya."

Abas meninggalkan Risma di ruangan kusus dan kembali menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter.

Risma mencoba memejamkan matanya, meskipun sulit untuk tertidur, berusaha menguatkan hati dan dirinya sendiri, juga karena pengaruh obat, akhirnya Risma bisa tertidur dengan lelap. Sehingga telepon dari Pandu, terabaikan begitu saja. Yang membuat Pandu semakin gelisah dan cemas. Apalagi perasaan bersalah mulai mengusik diri Pandu.

Pukul empat sore namun Risma juga belum kunjung pulang ke rumah, Pandu yang sudah sejak pukul dua siang dirumah, merasa khawatir.

Apalagi Risma tidak bisa dihubungi.

Saat Pandu menelpon salah satu teman Risma dirumah sakit, temannya bilang Risma sedang sibuk dan akan ada jam lembur hari ini. Tapi entah kenapa Pandu merasakan perasaan yang tak enak sedari tadi, gelisah dan cemas yang tak biasa.

"Ada apa denganku? kenapa dari tadi pagi perasaan ini rasanya gak enak banget, seperti mencemaskan sesuatu tapi tidak tau itu apa.

Ya Tuhan! Semoga ini bukan firasat yang buruk, Astagfirullah."

Pandu mengusap wajahnya kasar, kemelut di hatinya kian tak bisa dikendalikan. Tiba tiba pikirannya dipenuhi dengan wajah teduh sang istri, padahal selama ini, sedikitpun Pandu tidak pernah memikirkan sosok Risma sedalam hari ini.

"Apa yang kamu sembunyikan, RIS? Aku merasa kamu sedang menyimpan hal besar dariku, tapi apa itu aku tidak bisa menebaknya, hanya firasat ku yang berkata demikian."

Pandu menatap kosong ke depan, pikirannya berkelana entah kemana, hingga ponselnya berdering saja dia tidak menyadarinya.

"Papa, ada telepon tuh, dari mama!"

tiba tiba suara Cinta membuyarkan lamunannya Pandu.

Pandu menatap putrinya penuh sayang dan mengusap kepalanya.

"Makasih ya sayang, papa tadi gak dengar." sahut Pandu lembut dan meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja.

"Cinta temani adik main gih, habis itu mandi. Sudah sore."

Kembali Pandu meneruskan kalimatnya dan langsung di iyakan oleh anak perempuannya.

"Asalamualaikum." suara lembut diseberang sana menyapa kecemasan Pandu.

Entahlah, setelah mendengarnya Pandu menemukan ketenangan dan merasa lega.

"Waalaikumsallm. Alhamdulillah, akhirnya kamu kasih kabar juga. Aku sempat cemas kamu kenapa kenapa-kenapa." Balas Pandu jujur yang mengutarakan kecemasannya.

"Alhamdulillah, terimakasih Mas! Insyaallah aku baik baik saja. Tadi masih sibuk, sedang bertugas menemani dokter di ruang operasi." Sahut Risma lirih dengan kesedihan yang membuncah, namun sekuat tenaga ditahannya agar terlihat tetap baik baik saja. Membohongi suami dan tetap untuk tetap terlihat tegar, itu tidaklah mudah.

"Pulang jam berapa?

apa perlu aku jemput?"

balas Pandu memberi sedikit perhatian, namun secepat kilat Risma menggeleng yang tentu tak bisa dilihat oleh Pandu.

"Gak mas, aku kan bawa motor. Insyaallah jam delapan sudah sampai rumah." Sahut Risma pada akhirnya.

"Yasudah, hati hati ya, kami menunggu mu dirumah. Jangan lupa makan." Balas Pandu dengan lancar, perhatian yang jarang ia tunjukkan pada Risma selama ini, tapi hari ini dia mengatakan semua itu dengan sangat lancar, yang membuat Risma tak kuasa menahan tetesan bening untuk tidak turun dari kedua matanya.

"Iya, Mas!"

sahut Risma singkat, dan membuat Pandu mengerutkan wajahnya, yang Pandu tau Risma sosok yang periang saat dengannya, pasti dia akan banyak bicara, tapi kali ini seolah dia seperti menjaga jarak dengannya.

"Asalamualaikum." akhirnya hanya kata salam yang keluar dari mulut Pandu dengan bermacam pertanyaan yang berkeliaran di kepalanya, tentang perubahan sikap istrinya yang tak biasa. Pandu menarik nafasnya panjang, dan memejamkan matanya beberapa saat. Belum pernah dia merasa insecure seperti ini sebelumnya.

"Sudah sore. Mbak cinta! dek Galang!

sudah dulu mainnya, mandi dulu, Nak!" Pandu memanggil anak anaknya untuk segera mandi, karena kari sudah mulai sore. Dengan lucu Cinta maupun Galang berlarian ke arah Pandu dengan keringat yang membanjiri tubuh mereka, mereka habis bermain kejar kejaran dengan sepedanya.

"Wah, tuh pada bau keringat. Duduk dulu biar keringatnya hilang lalu mandi. Bentar papa ambilkan air minum dulu. Mau minum air putih atau gimana ini?"

Sambung Pandu mencium pucuk kepala anak anaknya dengan gemas.

"Galang mau susu, Pa!

"Cinta, mau air dingin saja." mereka mengutarakan keinginan masing masing dan disambut kekehan oleh Pandu, merasa gemas dengan tingkah kedua anaknya.

"Yasudah, tunggu sebentar ya, Papa mau ambilin dulu sebentar." sahut Pandu tenang dan beranjak pergi ke dapur, mengambilkan minuman untuk anak anaknya.

Mbak Romlah sudah dimintanya pulang saat tadi Pandu baru pulang dari kantor, setelah menyiapkan makan buat anak anaknya.

Pandu ingin menjaga anaknya sendiri, lagian Cinta dan Galang bukan tipe anak yang suka rewel, justru mereka anak yang pintar dan mandiri. Jadi bukan sesuatu hal yang sulit untuk menjaga mereka.

"Pa, tadi Cinta lihat mama nangis sambil pegangin kepalanya."

tiba tiba Cinta mengutarakan apa yang tadi dilihatnya. Saat bangun tidur Cinta berniat ingin menemui mamanya di kamar, tapi sebelum masuk ke dalam kamar mamanya, Cinta mendengar suara isakan dan rintihan dari dalam kamar mamanya. Dengan pelan pelan Cinta membuka pintu kamar mamanya dan Cinta melihat, Risma sedang memegangi kepalanya meringkuk di atas kasur menangis menahan sakit.

Dan Cinta melihat itu sendiri lalu berniat ingin memanggil mbak Romlah dan mau minta tolong untuk melihat dan membantu mamanya. Tapi saat Cinta kembali ke kamar dengan mbak Romlah, Risma sudah tidak ada di kamarnya dan terdengar suara gemericik air dari arah kamar mandi.

"Mama nangis? kapan itu nak?" sahut Pandu penasaran.

"Tadi pagi pas aku bangun tidur dan mau ke kamar mama, tapi pas mau masuk, lihat mama nangis sambil pegangin kepalanya. Waktu aku tanya, katanya cuma pusing, minum obat terus sehat lagi." Cinta menjawab jujur apa yang tadi ia tahu.

"Yasudah, nanti biar papa tanya ke mama ya!" balas Pandu merasa semakin gelisah.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Pukul delapan malam, Risma baru pulang dan langsung masuk kedalam kamarnya setelah melihat anak anaknya sudah tidur semua di tempat biasa. Kasur depan televisi yang jadi tempat favorit mereka.

Risma menatap punggung Pandu dari balik pintu, Biasanya dia akan datang menghampiri Pandu tapi untuk kali ini tidak ia lakukan, Risma memilih langsung masuk ke dalam kamarnya, mengganti pakaiannya setelah membersihkan diri.

Duduk termenung menatap ke arah luar jendela, entahlah ada rasa perih dan kecewa akan sikap Pandu yang sudah mengabaikannya kemarin. Risma tak lagi ingin berniat menarik perhatian Pandu seperti niat awalnya. Harapannya ia kubur dalam dalam, sekuat apapun dia berusaha, Pandu tak akan bisa menerima kehadirannya. Risma tak ingin lagi mengejar sesuatu yang hanya membuatnya semakin terluka.

Terpopuler

Comments

Dwi Setyaningrum

Dwi Setyaningrum

cintailah dirimu sndr ris sblm km mencintai org lain..jgn menyiksa diri sndr ris penyakitmu itu ada Krn km ga bisa mencintai dirimu sndr..

2023-12-26

0

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

lepaskan Lanangan seperti itu Riss...
kamu berhak bahagia

2023-01-22

3

Neneng cinta

Neneng cinta

ok ris lepas az kamu jg berhak bahagia...walau bkn dg org yg mencintai kamu....lbh baik kamu d cintai dokter abas drpada sm suami yg kamu cintai tp hatinya milik cwe lain💪💪💪😍😍😍

2023-01-21

0

lihat semua
Episodes
1 perempuan masa lalu
2 menyatunya dua hati
3 Menjadi yang kedua
4 POV Pandu
5 sah
6 uang nafkah
7 pulang
8 POV Risma
9 kecurigaan Risma
10 Mahar rumah mewah
11 Lupa keluarga
12 obat di dalam kamar
13 Sakitnya Risma
14 Berhenti berjuang
15 perubahan sikap
16 Cemburu nya Pandu.
17 Cinta itu buta, ketika cinta tidak menggunakan logika
18 Pertemuan tak terduga antara Clara dan Risma.
19 memilih tak perduli
20 Abai
21 Pembalasan Risma
22 power istri sah sang perwira
23 Penyesalan yang terlambat
24 Penolakan Risma
25 Sama sama pilihan yang sulit
26 Munafik
27 Risma tak sadarkan diri
28 Cemburunya Pandu pada dokter Abas
29 Lepaskan dia Pandu
30 penyesalan Pandu
31 dugaan yang menyiksa
32 ungkapan cemburu yang menghadirkan luka
33 Lagi lagi Pandu cemburu
34 Menghubungi Clara
35 Risma dan rencananya
36 cerita mbak Romlah
37 Kamu tega, aku akan jauh lebih tega
38 Kedatangan Risma kerumah ibu mertua
39 Dukungan keluarga Pandu
40 Pandu tak berkutik
41 pertengkaran Clara dan Pandu
42 keputusan Pandu
43 Menuntut
44 Kamu akan hancur oleh penyesalan kamu Mas!
45 Kekecewaan Clara
46 Mengulur Waktu
47 Semua sudah berbeda, Mas!
48 uang hasil panen
49 Beli bibit ikan apa buat perempuan itu, mas?
50 Story watshap
51 permainan baru dimulai
52 POV Clara
53 tangisan Clara
54 Perubahan sikap Pandu
55 Sikap tegas Pandu untuk Clara
56 Kemunculan Clara di Madiun
57 sulit di atur
58 kecewa yang berujung sesal
59 pilihan yang sulit
60 ditolak petugas
61 kedatangan mertua
62 peringatan Pandu untuk Clara
63 kembalikan pada ayah
64 kesempatan
65 kepergian Risma juga Clara
66 tetap menunggu
67 tentukan pilihanmu
68 menemui Clara
69 Talaq aku, Mas. Dengan saksi ibuku
70 tersiksa lahir batin
71 pergi menjauh
72 Bertahan
73 aku sudah bercerai dengannya
74 butuh pelepasan hormon
75 Hamil
76 istri seutuhnya
77 Sandi
78 penolakan
79 Cintanya Pandu
80 Bertemu Sandi
81 kebahagian Risma
82 pernikahan Clara dengan Sandi
83 kejujuran
84 Sikap dingin Sandi
85 berbenah dan memberi waktu
86 insting seorang ibu
87 model majalah dewasa
88 Menjaga hati
89 usaha Erna mendapatkan nomor Ponsel Pandu
90 keinginan Sandi
91 melemaskan otot-otot yang tegang dengan air
92 menunggu
93 Kepulangan Pandu
94 kejujuran Pandu
95 kebersamaan di pagi hari
96 kenekatan Erna
97 luka pengabaian
98 Keteguhan cinta Pandu
99 kegelisahan Risma
100 Cemas
101 kedatangan Erna
102 Terusir
103 Pengakuan Sandi
104 Hanya luka masa lalu
105 kelucuan Galang
106 kecurigaan Pandu
107 teman sekolah
108 Erna vs Clara
109 selayaknya Pasangan suami istri
110 Kerumah nenek
111 pertemuan dua sahabat
112 Erna dengan masa lalunya
113 terimakasih
114 pertemuan sandi dengan Erna
115 jatuh cinta kembali
116 Sikap Sandi
117 kembali dingin
118 Surabaya
119 penyatuan
120 Cinta seorang ayah
121 perubahan
122 penampilan baru
123 luka masa lalu
124 baik baik saja
125 meneguhkan niatnya
126 tobatnya Erna
127 Dokter Abas
128 pamit
129 Pandu vs Sandi
130 kepergian Clara
131 penyesalan Sandi
132 jodoh takdir illahi
133 kehangatan keluarga
134 ke pondok Abah Faisal
135 kehamilan Clara yg kedua
136 Kecewa
137 Pandu ketemu lawannya
138 Meminta maaf
139 menyelesaikan luka masa lalu
140 perjodohan
141 tak dapat di bantah
142 bertemu Risma
143 menerima
144 Menikah
145 kritis
146 Temui Pandu
147 Pesan dari Sandi
148 gelisah
149 terungkap
150 Pandu bertemu dengan Dania
151 Ending
152 Cinta Suamiku untuk Wanita Lain Part 2
153 bukan ranahnya
154 Tak ada lagi air mata
155 rencana
156 Pemindahan aset
157 Tak tau malu
158 Silahkan bersenang senang, mas. Tapi saat kamu pulang, siapkan mentalmu.....
159 Kejujuran pak Roni
160 Kejutan untuk gundik suamiku
161 Jangan mengakui apa yang bukan milikmu
162 Modal lah sedikit
163 aku hanya mengambil apa yang menjadi hakku
164 Ancaman Risma
165 mengganti kunci
166 Nikmati masa sulitmu itu dengan gundikmu, mas. Aku tidak perduli!
167 Cinta itu masih ada
168 Ikut campur ibu mertua
169 perasaan seorang ibu
170 Senjata yang makan tuanya
171 Maafkan anak mama
172 Salah tetaplah salah
173 Terserah
174 jangan mengkambing hitamkan istrimu
175 Tidak ada kesempatan lagi
176 guna guna
177 Sakitnya sebuah pengkhianatan
178 Panik
179 mempermalukan gundik anakku
180 kebodohan Farid
181 ketegasan Risma
182 apa kamu masih mencintai istrimu, mas?
183 Ambil saja, mas
184 Surat cerai
185 Cinta tanpa syarat
186 penyesalan
187 tuan putri di hati Pandu
188 anak istimewa
189 Menyesal
190 Lia vs ibunya
191 Pergilah
192 Kebahagiaan Risma bersama anak anak
193 Pamit
194 meminta restu
195 Seperti orang kesurupan
196 aksi Galang dan Hamzah
197 Aksi Cinta
198 kompor
199 tak ingin terjebak
200 buat perhitungan
201 mendengar semuanya
202 Main cantik dan halus
203 cara terakhir
204 meminta mahar untuk kontrak rumah
205 ondel ondel
206 orang berkelas dan orang rendahan
207 kamu punya apa?
208 tak diundang
209 istri pertama ayah mu
210 kalian tidak sedarah
211 dendam yang tak terkatakan
212 kopi dengan sedikit gula
213 tidak dianggap
214 apapun caranya
Episodes

Updated 214 Episodes

1
perempuan masa lalu
2
menyatunya dua hati
3
Menjadi yang kedua
4
POV Pandu
5
sah
6
uang nafkah
7
pulang
8
POV Risma
9
kecurigaan Risma
10
Mahar rumah mewah
11
Lupa keluarga
12
obat di dalam kamar
13
Sakitnya Risma
14
Berhenti berjuang
15
perubahan sikap
16
Cemburu nya Pandu.
17
Cinta itu buta, ketika cinta tidak menggunakan logika
18
Pertemuan tak terduga antara Clara dan Risma.
19
memilih tak perduli
20
Abai
21
Pembalasan Risma
22
power istri sah sang perwira
23
Penyesalan yang terlambat
24
Penolakan Risma
25
Sama sama pilihan yang sulit
26
Munafik
27
Risma tak sadarkan diri
28
Cemburunya Pandu pada dokter Abas
29
Lepaskan dia Pandu
30
penyesalan Pandu
31
dugaan yang menyiksa
32
ungkapan cemburu yang menghadirkan luka
33
Lagi lagi Pandu cemburu
34
Menghubungi Clara
35
Risma dan rencananya
36
cerita mbak Romlah
37
Kamu tega, aku akan jauh lebih tega
38
Kedatangan Risma kerumah ibu mertua
39
Dukungan keluarga Pandu
40
Pandu tak berkutik
41
pertengkaran Clara dan Pandu
42
keputusan Pandu
43
Menuntut
44
Kamu akan hancur oleh penyesalan kamu Mas!
45
Kekecewaan Clara
46
Mengulur Waktu
47
Semua sudah berbeda, Mas!
48
uang hasil panen
49
Beli bibit ikan apa buat perempuan itu, mas?
50
Story watshap
51
permainan baru dimulai
52
POV Clara
53
tangisan Clara
54
Perubahan sikap Pandu
55
Sikap tegas Pandu untuk Clara
56
Kemunculan Clara di Madiun
57
sulit di atur
58
kecewa yang berujung sesal
59
pilihan yang sulit
60
ditolak petugas
61
kedatangan mertua
62
peringatan Pandu untuk Clara
63
kembalikan pada ayah
64
kesempatan
65
kepergian Risma juga Clara
66
tetap menunggu
67
tentukan pilihanmu
68
menemui Clara
69
Talaq aku, Mas. Dengan saksi ibuku
70
tersiksa lahir batin
71
pergi menjauh
72
Bertahan
73
aku sudah bercerai dengannya
74
butuh pelepasan hormon
75
Hamil
76
istri seutuhnya
77
Sandi
78
penolakan
79
Cintanya Pandu
80
Bertemu Sandi
81
kebahagian Risma
82
pernikahan Clara dengan Sandi
83
kejujuran
84
Sikap dingin Sandi
85
berbenah dan memberi waktu
86
insting seorang ibu
87
model majalah dewasa
88
Menjaga hati
89
usaha Erna mendapatkan nomor Ponsel Pandu
90
keinginan Sandi
91
melemaskan otot-otot yang tegang dengan air
92
menunggu
93
Kepulangan Pandu
94
kejujuran Pandu
95
kebersamaan di pagi hari
96
kenekatan Erna
97
luka pengabaian
98
Keteguhan cinta Pandu
99
kegelisahan Risma
100
Cemas
101
kedatangan Erna
102
Terusir
103
Pengakuan Sandi
104
Hanya luka masa lalu
105
kelucuan Galang
106
kecurigaan Pandu
107
teman sekolah
108
Erna vs Clara
109
selayaknya Pasangan suami istri
110
Kerumah nenek
111
pertemuan dua sahabat
112
Erna dengan masa lalunya
113
terimakasih
114
pertemuan sandi dengan Erna
115
jatuh cinta kembali
116
Sikap Sandi
117
kembali dingin
118
Surabaya
119
penyatuan
120
Cinta seorang ayah
121
perubahan
122
penampilan baru
123
luka masa lalu
124
baik baik saja
125
meneguhkan niatnya
126
tobatnya Erna
127
Dokter Abas
128
pamit
129
Pandu vs Sandi
130
kepergian Clara
131
penyesalan Sandi
132
jodoh takdir illahi
133
kehangatan keluarga
134
ke pondok Abah Faisal
135
kehamilan Clara yg kedua
136
Kecewa
137
Pandu ketemu lawannya
138
Meminta maaf
139
menyelesaikan luka masa lalu
140
perjodohan
141
tak dapat di bantah
142
bertemu Risma
143
menerima
144
Menikah
145
kritis
146
Temui Pandu
147
Pesan dari Sandi
148
gelisah
149
terungkap
150
Pandu bertemu dengan Dania
151
Ending
152
Cinta Suamiku untuk Wanita Lain Part 2
153
bukan ranahnya
154
Tak ada lagi air mata
155
rencana
156
Pemindahan aset
157
Tak tau malu
158
Silahkan bersenang senang, mas. Tapi saat kamu pulang, siapkan mentalmu.....
159
Kejujuran pak Roni
160
Kejutan untuk gundik suamiku
161
Jangan mengakui apa yang bukan milikmu
162
Modal lah sedikit
163
aku hanya mengambil apa yang menjadi hakku
164
Ancaman Risma
165
mengganti kunci
166
Nikmati masa sulitmu itu dengan gundikmu, mas. Aku tidak perduli!
167
Cinta itu masih ada
168
Ikut campur ibu mertua
169
perasaan seorang ibu
170
Senjata yang makan tuanya
171
Maafkan anak mama
172
Salah tetaplah salah
173
Terserah
174
jangan mengkambing hitamkan istrimu
175
Tidak ada kesempatan lagi
176
guna guna
177
Sakitnya sebuah pengkhianatan
178
Panik
179
mempermalukan gundik anakku
180
kebodohan Farid
181
ketegasan Risma
182
apa kamu masih mencintai istrimu, mas?
183
Ambil saja, mas
184
Surat cerai
185
Cinta tanpa syarat
186
penyesalan
187
tuan putri di hati Pandu
188
anak istimewa
189
Menyesal
190
Lia vs ibunya
191
Pergilah
192
Kebahagiaan Risma bersama anak anak
193
Pamit
194
meminta restu
195
Seperti orang kesurupan
196
aksi Galang dan Hamzah
197
Aksi Cinta
198
kompor
199
tak ingin terjebak
200
buat perhitungan
201
mendengar semuanya
202
Main cantik dan halus
203
cara terakhir
204
meminta mahar untuk kontrak rumah
205
ondel ondel
206
orang berkelas dan orang rendahan
207
kamu punya apa?
208
tak diundang
209
istri pertama ayah mu
210
kalian tidak sedarah
211
dendam yang tak terkatakan
212
kopi dengan sedikit gula
213
tidak dianggap
214
apapun caranya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!