obat di dalam kamar

"Apa aku coba untuk menghubungi Mas Pandu duluan ya, agar aku tidak cemas dan berpikiran buruk seperti ini. Semoga aku salah dengan prasangka buruk ku pada suamiku, ampuni aku ya Tuhan." Risma terus bergumam sendiri, pikirannya benar benar kacau, bahkan hari ini dia meminta ganti ship dengan temannya, beralasan kalau sedang tidak enak badan, padahal pikirannya benar benar kacau oleh kemelut prasangka perselingkuhan sang suami.

Malam terlewati begitu saja, tak bisa memejamkan mata, perasaan mendadak tidak karuan, belum lagi pikiran sedang kacau akan prasangka perubahan sikap suaminya.

Risma bangkit dari kasur empuknya, kamar yang menjadi saksi bisu hubungannya dengan sang suami, kamar yang sangat jarang sekali di sambangi oleh Pandu. Bahkan satu bulan sekali itupun tidak pasti.

Pandu lebih memilih tidur di kasur depan televisi bersama anak anaknya.

Namun karena baktinya, karena taat nya dan karena cintanya yang begitu besar terhadap Pandu, Risma rela bertahan meskipun hatinya penuh dengan luka dengan sikap dingin pandu dalam hubungan ranjang.

"Ah, kenapa kepalaku akhir akhir ini suka sekali tiba tiba pusing, dan tubuh mendadak lemas. Apa mungkin karena aku terlalu banyak pikiran." Risma tiba tiba merasakan pusing yang menghujam di kepalanya, dan tengkuknya terasa berat dan kaku, bahkan tubuhnya juga terasa lemas dengan keringat dingin yang membuat tubuhnya merasakan sensasi luar biasa tidak nyaman. Namun dengan sekuat tenaga Risma memaksakan untuk tetap bangun dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin, lalu melakukan kewajiban dua rakaat nya.

Setelah selesai melaksanakan kewajiban sholat subuh, Risma berjalan pelan menuju dapur, mengambil satu buah roti tawar yang diolesi selai kacang, memakannya sedikit demi sedikit. Meskipun rasanya hambar di dalam mulutnya, Risma tetap memaksanya agar perutnya terisi sebelum meminum obat pereda sakit kepala yang biasa dia minum.

"Bu Risma sakit? wajahnya pucat, dan kelihatan lemas begitu!" tiba tiba mbak Romlah muncul dan membawa keranjang sampah dari arah luar, mungkin tadi habis buang sampah.

"Agak pusing saja mbak, habis di minumi obat juga sembuh lagi, makanya ini lagi ganjal perut dengan roti. Anak anak sudah bangun mbak?" Sahut Risma tenang dan mencoba bersikap biasa saja, menyembunyikan segala gundah dan resah di hatinya.

"Sudah Bu, mereka ada di depan televisi lihat kartun, masih jam lima, katanya mau mandi jam enam saja. Ini saya mau buatkan sarapan. Bu Risma mau dibikinin sarapan apa?" balas Romlah dan sedikit merasa cemas melihat majikannya terlihat pucat dan seperti sedang banyak beban pikiran.

"Bikin buat anak anak saja mbak, mereka minta dibuatkan sarapan apa?

Kalau aku sih gampang, nanti mau pingin beli pecel sambil berangkat kerja." sahut Risma yakin dan masih terlihat tenang dan tegar.

Romlah langsung menoleh dan menatap ragu pada Risma, dihatinya merasa cemas melihat Risma yang terlihat pucat dan lemas tapi masih memaksa untuk masuk kerja.

"Mereka cuma minta di buatkan telur goreng sama dikasih kecap Bu, apa Bu Risma mau saya belikan nasi pecel yang di depan itu? biar saya belikan." Romlah menawarkan diri untuk membelikan nasi pecel yang ada di gang depan komplek yang terkenal enak dan jadi langganan Pandu.

Risma tercekat, pikirannya langsung tertuju pada Pandu yang sampai sekarang belum juga menghubungi dirinya.

"Iya mbak, gak papa kalau tidak merepotkan. Tapi buatkan dulu sarapan untuk anak anak ya, dan nanti sekalian belikan sambal tumpang nya, siapa tau mas pandu pulang, itu kan makanan kesukaannya." sahut Risma menahan perih di hatinya namun mencoba untuk tetap kuat dan baik baik saja.

Setelah menghabiskan rotinya, Risma meminum obat sakit kepala dan menemui anak anaknya diruang keluarga dengan membawa piring yang sudah diisi nasi dan juga telur goreng yang ditaburi dengan kecap manis di atasnya.

"Wah, lagi nonton apa ini anak anaknya mama?" sapa Risma pada kedua anaknya yang langsung menoleh setelah mendengar suaranya.

"Pagi mama." sambut kedua anak Risma dengan wajah riangnya.

"Lagi nonton apa nak?" sambung Risma mengulang kembali pertanyaan yang tadi belum dijawab oleh kedua buah hatinya.

"Upin Ipin, Ma. Lagi seru!" jawab Galang antusias dan di iyakan oleh kakaknya.

"Sambil makan ya, sini mama suapin!" Risma kembali mengalihkan perhatian anaknya dari layar datar yang ada di depannya.

Tidak butuh lama, nasi di piringnya sudah tandas tak bersisa. Cinta dan Galang memang anak anak yang doyan makan dan tidak pernah rewel dengan apapun makanan yang disajikan. Itulah yang membuat mereka memiliki tubuh gendut dan sehat.

"Mama gak kerja?" Cinta bertanya dengan wajah polosnya.

"Kerja, nanti berangkatnya sekalian bareng cinta sekolah, mama yang antar." balas Risma lembut penuh kasih sayang dan langsung membuat Cinta menjerit kesenangan.

"Yasudah Cinta mandi dulu gih, terus siap siap, mama juga akan ganti baju. Galang nanti saja sama mbk Romlah ya, sekolahnya, kan masuknya agak siang." sambung Risma memberi pengertian pada anaknya yang kecil, yang masih berada di paud, sekolahnya tak jauh dari rumah juga.

"Iya, mama!" sahut Galang menggemaskan.

Pukul tujuh lewat sepuluh menit, Pandu baru sampai dirumah. Dan rumah sudah kelihatan sepi, hanya ada mbak Romlah dan Galang yang sedang bersiap siap mau berangkat ke sekolah.

"Yes, papa pulang!" Galang berteriak senang saat melihat mobil papanya memasuki halaman.

Pandu turun dari mobil dengan membawa kantong kresek berisi oleh oleh dan menyerahkannya pada Romlah untuk disimpannya ke dalam rumah.

"Kok sepi, mbak. Sudah pada berangkat? Ibu, masuk pagi ya?" Pandu bertanya pada ART nya dengan membawa Galang dalam gendongannya.

"Iya, pak! Bu Risma berangkat kerja sama sekalian mengantar mbak Cinta ke sekolah. Tapi tadi sepertinya ibu kurang sehat, wajahnya terlihat pucat, seperti orang sakit." Romlah mengatakan apa yang sebenarnya pada Pandu, dan membuat pandu mengerutkan wajahnya.

"Sakit? kok masuk kerja?" sahut pandu dengan ekspresi tak bisa di tebak.

"Iya, tadi pas saya tanya, ibu bilang kalau cuma pusing saja, minum obat pasti sembuh. Tapi kok saya melihat ibu lemas dan pucat gitu ya pak, takut ibu kenapa kenapa." balas Romlah dengan wajah cemas, kepikiran dengan Risma yang tadi terlihat menahan sakit tapi berusaha baik baik saja.

"Yasudah, biar nanti saya telpon Bu Risma nya. Makasih ya mbak, sudah memberitahu." balas pandu tenang dan menurunkan Galang dari gendongannya.

"Galang sekolah nya sama mbak Romlah ya, papa mau siap siap berangkat ke kantor. Tapi nanti siang papa sudah kembali ke rumah kok, Papa janji akan pulang siang dan kita akan main bareng, oke?"

Pandu memberi pengertian pada jagoan kecilnya, dan Galang mengangguk paham tanpa banyak protes dari bibir mungilnya.

"Apa Risma sakit? kenapa tetap memaksa masuk kerja. Biar aku telpon dan menanyakan langsung keadaannya." Pandu bergumam lirih dan kembali melangkah menuju kamarnya dan melihat ada beberapa obat yang berserak di atas meja rias istrinya.

"Obat apa ini? Sejak kapan Risma minum obat beginian?

Ya Tuhan kenapa aku tidak pernah tau." Pandu tercekat dan merasa bersalah, karena satu rumah tapi tidak tau apa yang terjadi dengan istrinya.

Dengan perasaan cemas Pandu meraih ponselnya dan menekan nomor kontak Risma dengan dada berdebar yang di iringi perasaan bersalah.

Terpopuler

Comments

sri wahyuni

sri wahyuni

jgn" risma sakit kangker 🙈

2025-01-12

0

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

kamu jahatttt masss 🥺

2023-01-22

2

Neneng cinta

Neneng cinta

aku anti poligami 😁 drpada sakit hati mending dilepas...hati itu cm 1 kl.qt fokus sm 1 hati..lebih bahagia rasanya...ga terbagi2...😁😁😁

2023-01-21

0

lihat semua
Episodes
1 perempuan masa lalu
2 menyatunya dua hati
3 Menjadi yang kedua
4 POV Pandu
5 sah
6 uang nafkah
7 pulang
8 POV Risma
9 kecurigaan Risma
10 Mahar rumah mewah
11 Lupa keluarga
12 obat di dalam kamar
13 Sakitnya Risma
14 Berhenti berjuang
15 perubahan sikap
16 Cemburu nya Pandu.
17 Cinta itu buta, ketika cinta tidak menggunakan logika
18 Pertemuan tak terduga antara Clara dan Risma.
19 memilih tak perduli
20 Abai
21 Pembalasan Risma
22 power istri sah sang perwira
23 Penyesalan yang terlambat
24 Penolakan Risma
25 Sama sama pilihan yang sulit
26 Munafik
27 Risma tak sadarkan diri
28 Cemburunya Pandu pada dokter Abas
29 Lepaskan dia Pandu
30 penyesalan Pandu
31 dugaan yang menyiksa
32 ungkapan cemburu yang menghadirkan luka
33 Lagi lagi Pandu cemburu
34 Menghubungi Clara
35 Risma dan rencananya
36 cerita mbak Romlah
37 Kamu tega, aku akan jauh lebih tega
38 Kedatangan Risma kerumah ibu mertua
39 Dukungan keluarga Pandu
40 Pandu tak berkutik
41 pertengkaran Clara dan Pandu
42 keputusan Pandu
43 Menuntut
44 Kamu akan hancur oleh penyesalan kamu Mas!
45 Kekecewaan Clara
46 Mengulur Waktu
47 Semua sudah berbeda, Mas!
48 uang hasil panen
49 Beli bibit ikan apa buat perempuan itu, mas?
50 Story watshap
51 permainan baru dimulai
52 POV Clara
53 tangisan Clara
54 Perubahan sikap Pandu
55 Sikap tegas Pandu untuk Clara
56 Kemunculan Clara di Madiun
57 sulit di atur
58 kecewa yang berujung sesal
59 pilihan yang sulit
60 ditolak petugas
61 kedatangan mertua
62 peringatan Pandu untuk Clara
63 kembalikan pada ayah
64 kesempatan
65 kepergian Risma juga Clara
66 tetap menunggu
67 tentukan pilihanmu
68 menemui Clara
69 Talaq aku, Mas. Dengan saksi ibuku
70 tersiksa lahir batin
71 pergi menjauh
72 Bertahan
73 aku sudah bercerai dengannya
74 butuh pelepasan hormon
75 Hamil
76 istri seutuhnya
77 Sandi
78 penolakan
79 Cintanya Pandu
80 Bertemu Sandi
81 kebahagian Risma
82 pernikahan Clara dengan Sandi
83 kejujuran
84 Sikap dingin Sandi
85 berbenah dan memberi waktu
86 insting seorang ibu
87 model majalah dewasa
88 Menjaga hati
89 usaha Erna mendapatkan nomor Ponsel Pandu
90 keinginan Sandi
91 melemaskan otot-otot yang tegang dengan air
92 menunggu
93 Kepulangan Pandu
94 kejujuran Pandu
95 kebersamaan di pagi hari
96 kenekatan Erna
97 luka pengabaian
98 Keteguhan cinta Pandu
99 kegelisahan Risma
100 Cemas
101 kedatangan Erna
102 Terusir
103 Pengakuan Sandi
104 Hanya luka masa lalu
105 kelucuan Galang
106 kecurigaan Pandu
107 teman sekolah
108 Erna vs Clara
109 selayaknya Pasangan suami istri
110 Kerumah nenek
111 pertemuan dua sahabat
112 Erna dengan masa lalunya
113 terimakasih
114 pertemuan sandi dengan Erna
115 jatuh cinta kembali
116 Sikap Sandi
117 kembali dingin
118 Surabaya
119 penyatuan
120 Cinta seorang ayah
121 perubahan
122 penampilan baru
123 luka masa lalu
124 baik baik saja
125 meneguhkan niatnya
126 tobatnya Erna
127 Dokter Abas
128 pamit
129 Pandu vs Sandi
130 kepergian Clara
131 penyesalan Sandi
132 jodoh takdir illahi
133 kehangatan keluarga
134 ke pondok Abah Faisal
135 kehamilan Clara yg kedua
136 Kecewa
137 Pandu ketemu lawannya
138 Meminta maaf
139 menyelesaikan luka masa lalu
140 perjodohan
141 tak dapat di bantah
142 bertemu Risma
143 menerima
144 Menikah
145 kritis
146 Temui Pandu
147 Pesan dari Sandi
148 gelisah
149 terungkap
150 Pandu bertemu dengan Dania
151 Ending
152 Cinta Suamiku untuk Wanita Lain Part 2
153 bukan ranahnya
154 Tak ada lagi air mata
155 rencana
156 Pemindahan aset
157 Tak tau malu
158 Silahkan bersenang senang, mas. Tapi saat kamu pulang, siapkan mentalmu.....
159 Kejujuran pak Roni
160 Kejutan untuk gundik suamiku
161 Jangan mengakui apa yang bukan milikmu
162 Modal lah sedikit
163 aku hanya mengambil apa yang menjadi hakku
164 Ancaman Risma
165 mengganti kunci
166 Nikmati masa sulitmu itu dengan gundikmu, mas. Aku tidak perduli!
167 Cinta itu masih ada
168 Ikut campur ibu mertua
169 perasaan seorang ibu
170 Senjata yang makan tuanya
171 Maafkan anak mama
172 Salah tetaplah salah
173 Terserah
174 jangan mengkambing hitamkan istrimu
175 Tidak ada kesempatan lagi
176 guna guna
177 Sakitnya sebuah pengkhianatan
178 Panik
179 mempermalukan gundik anakku
180 kebodohan Farid
181 ketegasan Risma
182 apa kamu masih mencintai istrimu, mas?
183 Ambil saja, mas
184 Surat cerai
185 Cinta tanpa syarat
186 penyesalan
187 tuan putri di hati Pandu
188 anak istimewa
189 Menyesal
190 Lia vs ibunya
191 Pergilah
192 Kebahagiaan Risma bersama anak anak
193 Pamit
194 meminta restu
195 Seperti orang kesurupan
196 aksi Galang dan Hamzah
197 Aksi Cinta
198 kompor
199 tak ingin terjebak
200 buat perhitungan
201 mendengar semuanya
202 Main cantik dan halus
203 cara terakhir
204 meminta mahar untuk kontrak rumah
205 ondel ondel
206 orang berkelas dan orang rendahan
207 kamu punya apa?
208 tak diundang
209 istri pertama ayah mu
210 kalian tidak sedarah
211 dendam yang tak terkatakan
212 kopi dengan sedikit gula
213 tidak dianggap
214 apapun caranya
Episodes

Updated 214 Episodes

1
perempuan masa lalu
2
menyatunya dua hati
3
Menjadi yang kedua
4
POV Pandu
5
sah
6
uang nafkah
7
pulang
8
POV Risma
9
kecurigaan Risma
10
Mahar rumah mewah
11
Lupa keluarga
12
obat di dalam kamar
13
Sakitnya Risma
14
Berhenti berjuang
15
perubahan sikap
16
Cemburu nya Pandu.
17
Cinta itu buta, ketika cinta tidak menggunakan logika
18
Pertemuan tak terduga antara Clara dan Risma.
19
memilih tak perduli
20
Abai
21
Pembalasan Risma
22
power istri sah sang perwira
23
Penyesalan yang terlambat
24
Penolakan Risma
25
Sama sama pilihan yang sulit
26
Munafik
27
Risma tak sadarkan diri
28
Cemburunya Pandu pada dokter Abas
29
Lepaskan dia Pandu
30
penyesalan Pandu
31
dugaan yang menyiksa
32
ungkapan cemburu yang menghadirkan luka
33
Lagi lagi Pandu cemburu
34
Menghubungi Clara
35
Risma dan rencananya
36
cerita mbak Romlah
37
Kamu tega, aku akan jauh lebih tega
38
Kedatangan Risma kerumah ibu mertua
39
Dukungan keluarga Pandu
40
Pandu tak berkutik
41
pertengkaran Clara dan Pandu
42
keputusan Pandu
43
Menuntut
44
Kamu akan hancur oleh penyesalan kamu Mas!
45
Kekecewaan Clara
46
Mengulur Waktu
47
Semua sudah berbeda, Mas!
48
uang hasil panen
49
Beli bibit ikan apa buat perempuan itu, mas?
50
Story watshap
51
permainan baru dimulai
52
POV Clara
53
tangisan Clara
54
Perubahan sikap Pandu
55
Sikap tegas Pandu untuk Clara
56
Kemunculan Clara di Madiun
57
sulit di atur
58
kecewa yang berujung sesal
59
pilihan yang sulit
60
ditolak petugas
61
kedatangan mertua
62
peringatan Pandu untuk Clara
63
kembalikan pada ayah
64
kesempatan
65
kepergian Risma juga Clara
66
tetap menunggu
67
tentukan pilihanmu
68
menemui Clara
69
Talaq aku, Mas. Dengan saksi ibuku
70
tersiksa lahir batin
71
pergi menjauh
72
Bertahan
73
aku sudah bercerai dengannya
74
butuh pelepasan hormon
75
Hamil
76
istri seutuhnya
77
Sandi
78
penolakan
79
Cintanya Pandu
80
Bertemu Sandi
81
kebahagian Risma
82
pernikahan Clara dengan Sandi
83
kejujuran
84
Sikap dingin Sandi
85
berbenah dan memberi waktu
86
insting seorang ibu
87
model majalah dewasa
88
Menjaga hati
89
usaha Erna mendapatkan nomor Ponsel Pandu
90
keinginan Sandi
91
melemaskan otot-otot yang tegang dengan air
92
menunggu
93
Kepulangan Pandu
94
kejujuran Pandu
95
kebersamaan di pagi hari
96
kenekatan Erna
97
luka pengabaian
98
Keteguhan cinta Pandu
99
kegelisahan Risma
100
Cemas
101
kedatangan Erna
102
Terusir
103
Pengakuan Sandi
104
Hanya luka masa lalu
105
kelucuan Galang
106
kecurigaan Pandu
107
teman sekolah
108
Erna vs Clara
109
selayaknya Pasangan suami istri
110
Kerumah nenek
111
pertemuan dua sahabat
112
Erna dengan masa lalunya
113
terimakasih
114
pertemuan sandi dengan Erna
115
jatuh cinta kembali
116
Sikap Sandi
117
kembali dingin
118
Surabaya
119
penyatuan
120
Cinta seorang ayah
121
perubahan
122
penampilan baru
123
luka masa lalu
124
baik baik saja
125
meneguhkan niatnya
126
tobatnya Erna
127
Dokter Abas
128
pamit
129
Pandu vs Sandi
130
kepergian Clara
131
penyesalan Sandi
132
jodoh takdir illahi
133
kehangatan keluarga
134
ke pondok Abah Faisal
135
kehamilan Clara yg kedua
136
Kecewa
137
Pandu ketemu lawannya
138
Meminta maaf
139
menyelesaikan luka masa lalu
140
perjodohan
141
tak dapat di bantah
142
bertemu Risma
143
menerima
144
Menikah
145
kritis
146
Temui Pandu
147
Pesan dari Sandi
148
gelisah
149
terungkap
150
Pandu bertemu dengan Dania
151
Ending
152
Cinta Suamiku untuk Wanita Lain Part 2
153
bukan ranahnya
154
Tak ada lagi air mata
155
rencana
156
Pemindahan aset
157
Tak tau malu
158
Silahkan bersenang senang, mas. Tapi saat kamu pulang, siapkan mentalmu.....
159
Kejujuran pak Roni
160
Kejutan untuk gundik suamiku
161
Jangan mengakui apa yang bukan milikmu
162
Modal lah sedikit
163
aku hanya mengambil apa yang menjadi hakku
164
Ancaman Risma
165
mengganti kunci
166
Nikmati masa sulitmu itu dengan gundikmu, mas. Aku tidak perduli!
167
Cinta itu masih ada
168
Ikut campur ibu mertua
169
perasaan seorang ibu
170
Senjata yang makan tuanya
171
Maafkan anak mama
172
Salah tetaplah salah
173
Terserah
174
jangan mengkambing hitamkan istrimu
175
Tidak ada kesempatan lagi
176
guna guna
177
Sakitnya sebuah pengkhianatan
178
Panik
179
mempermalukan gundik anakku
180
kebodohan Farid
181
ketegasan Risma
182
apa kamu masih mencintai istrimu, mas?
183
Ambil saja, mas
184
Surat cerai
185
Cinta tanpa syarat
186
penyesalan
187
tuan putri di hati Pandu
188
anak istimewa
189
Menyesal
190
Lia vs ibunya
191
Pergilah
192
Kebahagiaan Risma bersama anak anak
193
Pamit
194
meminta restu
195
Seperti orang kesurupan
196
aksi Galang dan Hamzah
197
Aksi Cinta
198
kompor
199
tak ingin terjebak
200
buat perhitungan
201
mendengar semuanya
202
Main cantik dan halus
203
cara terakhir
204
meminta mahar untuk kontrak rumah
205
ondel ondel
206
orang berkelas dan orang rendahan
207
kamu punya apa?
208
tak diundang
209
istri pertama ayah mu
210
kalian tidak sedarah
211
dendam yang tak terkatakan
212
kopi dengan sedikit gula
213
tidak dianggap
214
apapun caranya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!