Di kamar, Karin duduk di tepian ranjang lalu memanggil nama Serena. Dalam sekedipan mata, Serena telah muncul di hadapannya. Karin terdiam cukup lama, memandangi sahabat dari dimensi lain tersebut.
"Ada apa Karin?" tanya Serena dengan nada khasnya yang lembut menyapa indra pendengaran.
"Serena.."
"Iya."
"Kamu memanglah bukan manusia."
Mendengar ucapan Karin, Serena tak bergeming.
"Entah apa yang kupikirkan hingga dapat berteman denganmu untuk sekian tahun usiaku. Semenjak aku bisa mengingat, aku sudah mengenalmu. Siapa kamu? untuk apa mengikutiku?"
Serena mengulas senyum segaris sebelum menjawab pertanyaan Karin.
"Aku temanmu," jawabnya singkat.
Karin lantas mengamati Serena lekat-lekat. Rasanya, baru kali ini Karin memperhatikan penampilan Serena. Serena begitu pucat, bagaimana pun ia menebar senyuman, tetap tak mengindahkan ekpresi wajahnya.
"Kamu hantu, hantu dan manusia tidak semestinya bersama."
"Kita berdampingan Karin, semua makhluk saling berdampingan."
"Tapi tidak berhubungan seperti yang kita lakukan."
"Ada banyak yang seperti kita. Hanya saja, kamu tidak mengetahuinya saja."
Karin mengerutkan dahi lalu menggelengkan kepalanya.
"Sudahlah, aku ingin mengatakan sesuatu."
"Katakan!"
"Setelah aku benar-benar menyadari perbedaan kita, aku ingin kamu tidak sembarangan muncul kecuali saat, kita hanya berdua!"
"Setuju," jawab Serena dengan cepat.
Karin melengkungkan alisnya lalu mundur ke tengah kasur seraya menarik selimut.
"Kita sudah sepakat, sekarang aku mau beristirahat, kamu pergilah!"
"Baik," jawab Serena lalu menghilang.
Sepersekian detik kemudian, Karin mulai menyadari. Selama bertahun-tahun, ia berinteraksi dengan sosok yang tak seharusnya ia jadikan teman. Muncul dan menghilang di depan mata tapi tak ada rasa takut dalam batinnya. Karin merasa sangat biasa meski kini, ia mengerti kalau yang ia lakukan, tidak wajar.
"Apa Aku dan Serena harus berhenti berteman?" tanya Karin di dalam hati.
🍁🍁🍁
Hari-hari berikutnya berjalan seperti yang Karin harapkan. Sesekali matanya memandang ke segala penjuru arah. Namun, tak ada Serena di mana pun ia memandang. Karin senang sebab Serena menepati ucapannya.
Semua hal turut membaik juga. Agam tak lagi ketakutan. Begitu pun dengan Zio yang kembali dekat dengan Karin. Hubungan keduanya pun kian intens dan sepertinya, status keduanya akan segera berubah menjadi pasangan.
Zio mempersiapkan sebuah kejutan manis untuk Karin yang tak lain adalah sebagai simbol pernyataan perasaan. Sebuah kado berisikan kue bertuliskan I LOVE YOU, Zio berikan. Karin tersenyum tapi sanyangnya, ia menolak. Karin mengatakan kalau ia enggan berpacaran sebelum duduk di bangku perkuliahan. Meski kecewa, Zio menghormatinya.
"Maaf ya Zio!"
"Iya Rin gak apa-apa. Kalau sekedar nganterin kamu pulang, boleh kan?"
"Iya boleh," jawab Karin seraya mengulas senyuman.
Zio membalas senyuman Karin lalu mengajaknya berjalan ke parkiran. Tolakan Karin sama sekali tidak mempengaruhi hubungan keduanya. Zio dan Karin tetap dekat dan tetap baik. Saling memberikan perhatian dalam batas yang wajar serta saling mendukung dalam meraih masing-masing harapan.
🍁🍁🍁
Di tempat lain, ndoro Retno tengah menyiram tanaman di kebun rumahnya. Ya, dia adalah nyonya yang dulu berada di depan ruang bersalin ketika Karin dilahirkan. Setelah bertahun-tahun lamanya, ia masih terlihat bugar. Asisten rumah tangganya pun sama, bik Irah namanya. Ia telah mengikuti ndoro Retno selama kurang lebih dua puluh tahun lamanya. Bisa dibilang ia betah dan ndoro Retno sangat menyukainya karena bik Irah tergolong setia.
"Teh melatinya sudah siap ndoro," ucap bik Irah sembari meletakkan baki berisi teh ke atas meja taman.
"Melatinya tiga kuntum kan bik?"
"Iya ndoro."
Ndoro Retno pun meletakkan semprotan airnya lalu mengelap tangan seraya beranjak duduk di kursi taman.
"Benar-benar tidak ada yang bisa mengalahkan teh buatanmu bik."
Bik Irah tersenyum.
"Ndoro saja yang sudah terlanjur terbiasa. Asisten yang lain juga pasti bisa membuat teh seperti buatan saya."
Ndoro Retno menghirup perlahan aroma teh yang telah bercampur dengan wangi bunga melati.
"Wangi sekali," gumamnya sebelum kemudian menyesap teh di cangkir favoritnya.
🍁🍁🍁
Siang hari pada jam pulang sekolah, ndoro Retno meminta sopirnya berhenti di sebrang gerbang sekolah Karin. Ndoro Retno mengamati dari dalam mobil hingga Karin keluar menggendarai motor matiknya. Setelah melihat Karin, ndoro Retno lantas tersenyum lalu bergumam:
"Kurang beberapa tahun lagi, dia akan siap dan aku, akan menemuinya."
"Dia siapa ndoro?" tanya bik Irah.
"Bayi yang waktu itu."
"Bayi?"
Bik Irah mengerutkan dahi sembari berpikir.
"Jalan pak!" perintah ndoro Retno kepada sopirnya.
"Baik ndoro."
🍁🍁🍁
Karin merebahkan diri di ranjang seraya memainkan ponselnya. Tiba-tiba Serena datang dengan tampilan yang tak biasa. Serena mengenakan kebaya tradisional dipadu dengan kain jarik dan rambutnya pun disanggul ke belakang. Karin lekas meletakkan ponselnya seraya bertanya, hendak ke manakah Serena?
"Ada undangan nikahan," jawabnya.
"Nikahan? siapa?"
"Seorang teman lama sedang menikahkan anaknya."
"Siapa temanmu? usiamu saja kurang lebih sama sepertiku. Mana mungkin temanmu sudah punya menantu."
"Yang kamu lihat tentulah tidak sama."
"Maksud kamu apa? kondangannya di mana?"
"Apa kamu mau ikut?"
"Untuk apa? anak SMA, mana ada yang sudah datang ke acara kondangan temannya? teman-temanku masih sibuk mengerjakan tugas sekolah."
"Kalau kamu mau ikut, tentu akan kuajak."
"Hemm.."
"Bagaimana?"
"Tidak mau, seperti orang tua saja. Aku di rumah saja, kamu pergilah!"
"Baik, kalau kamu berubah pikiran, segera panggil aku!"
"Gak akan, udah sana!"
Serena mengangguk lalu menghilang. Setelah Serena pergi, mulai muncul rasa penasaran di benak Karin.
"Kira-kira, seperti apa sih acara nikahannya hantu?"
"Lain kali, boleh deh aku ikut. Kalau sekarang, aku mau tidur, ngantuk."
Karin terkekeh lalu beranjak untuk tidur.
🍁🍁🍁
Dalam tidurnya, Karin bermimpi melihat seorang perempuan mengenakan kebaya tradisional dan jarik seperti yang Serena kenakan tapi dengan corak yang berbeda. Karin tidak bisa melihat wajahnya sebab, sosok itu membelakangi Karin sembari terus berjalan menjauh. Tanpa dikomando, Karin mengikuti. Anehnya, langkahnya sama pelannya dengan sosok tersebut. Tiap kali Karin mempercepat langkahnya, seolah ada yang menahannya.
"Sial! padahal kan aku ingin melihat wajahnya," gerutu Karin.
Sosok tersebut berperawakan tinggi dengan tubuh yang berisi, bisa dibilang gemuk. Namun, tampilannya dalam balutan kebaya dan kain jarik sungguh sempurna. Rambutnya disanggul ke belakang dengan beberapa mawar terselip di sanggulnya. Karin merasa sangat penasaran tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Hendak memanggil pun, tidak ada suara yang keluar.
"Siapa sih dia? kenapa rasanya penasaran sekali? seharusnya kan tidak ada urusannya denganku."
Karin terus mengikuti hingga pada suatu titik, sosok itu berhenti. Tubuh Karin pun ikut berhenti seolah ada rem otomatis. Sekuat apa pun, Karin coba menggerakkan, tubuhnya tetap diam. Alhasil, Karin membiarkannya seraya fokus memandang tubuh bagian belakang sosok si perempuan paruh baya. Sekitar sepuluh menit kemudian, sosok itu memalingkan wajahnya perlahan. Karin sungguh menantikan tapi ketika wajah si perempuan paruh bawa menghadap belakang, Karin terbangun dari tidurnya. Sontak ia merasa sangat kesal.
"Dikit lagi kelihatan mukanya loh. Ah sialan! bikin penasaran kan?"
Karin menghela napas panjang seraya melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Terbangun di waktu yang tidak tepat pikirnya. Disusul perut yang keroncongan. Mau tidak mau, Karin berjalan menuju ruang makan dan membuka kulkas, andai masih ada makanan yang tersisa.
"Alhamdulillah masih ada," serunya.
Karin pun mengambil nasi di piring, mengambil sayur dan lauknya lalu makan dengan lahap.
...🍁 Bersambung... 🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Berdo'a saja
mungkin ndoro Retno
2023-07-19
0
Putrii Marfuah
hmm
2022-09-21
1
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
yg di mimpinya Karin,,itu Ndoro Retno yaa,,Karin ditunggu untuk apa? sbg penerusnya si Ndoro mungkin..😁😁
2022-09-09
3