"Maafin Mama, baru bisa jenguk kamu sekarang. Apa kamu baik-baik saja nak? lihatlah badanmu sekarang terlihat lebih kurus."
"Aku baik-baik saja Ma, aku kira Mama sudah melupakan aku sebagai anak."
"Bagiamana mama bisa melupakanmu, kamu itu darah dagingnya Mama, sampai kapanpun kamu tetap anak Mama. Sebenarnya Mama kesini ingin menyampaikan pesan dari papa."
Diah menggiring Mica untuk duduk disampingnya dan menggenggam tangan Mica
"Sebenarnya papa ingin kamu kembali ke rumah." Mica segera menarik tangannya dari genggaman Diah. Firasat Mica mulai tidak enak.
"Memintaku pulang?! Apa Papa mau menerima anakku? Atau papa hanya menginginkan aku?" tanya Mica.
"Kita bisa bicarakan nanti pelan-pelan sama papa ya Mica, yang penting kamu ikut mama pulang."
"Maksud mama?"
"Sebenarnya Papa memintamu pulang untuk di jodohkan dengan anaknya teman papa. Dengan perjodohan kalian akan membantu papa memulihkan perusahaannya yang saat ini mengalami masalah."
"Lalu bagaimana dengan anakku?" tanya Mica yang membuat Diah terdiam.
"Tidak perlu di jawab ma, aku sudah tau jawabannya. Katakan pada papa, jika menginginkan aku kembali dia juga harus mengakui Ray adalah cucunya, jika tidak. Maaf Mica tidak akan kembali. Mica hanya mau menikah dengan pria yang mau menerima Mica dan juga Ray." Jawab Mica dengan tegas.
"Mica kita bisa cari jalan keluarnya nanti. Papamu saat ini membutuhkan kamu, kita pulang ya sayang." Bujuk Diah lagi.
"Pergi Ma, aku tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun. Aku kira Mama datang kesini dengan tulus ingin menjengukku dan anakku, tapi ternyata salah. Lebih baik mama pergi dan jangan pernah temui Aku lagi jika mama dan papa lebih mementingkan harta ketimbang Aku darah dagingnya." Mica pun mendorong Diah keluar dan segera menutup pintunya dari dalam dengan kasar.
"Mica dengarkan mama sayang." Diah berusaha menjelaskan namun Mica sudah tidak mau mendengarkan. Ia memilih membawa Ray masuk ke kamarnya dan membiarkan Diah terus menggedor pintu mengharap Mica mau membukanya.
"Ma, jangan memaksakan kehendak, kasian Mica, Dia juga punya hak untuk menolak keinginan Mama dan Papa, apalagi selama setahun ini kalian mengabaikannya. Mungkin jika saat ini Aku ada di posisi Mica, Aku kan melakukan hal yang sama. Lebih baik kita pulang Ma, kita cari jalan tengahnya nanti." Bujuk Bayu dan segera membawanya pergi meninggalkan rumah Mica.
Di kamar Mica terus menangis, sambil menggendong Ray yang belum tidur. Mica sangat marah kepada kedua orang tuanya, ternyata mereka tidak merindukan atau mencemaskan dirinya dan mereka datang hanya karena ada maunya saja.
"Kamu jangan sedih Ray, sampai kapanpun Mama tidak akan pernah meninggalkan kamu. Bahkan jika kelak Mama menikah, Mama akan mencari sosok pria yang mau menerima Mama dan kamu. Mama takut jika Mama menikah dengan sembarang pria, takut dia akan memperlakukan kamu dengan buruk," ucap Mica sambil terisak.
Tok... tok...
"Mica apa kamu tidak papa?" tanya Sekar dari luar pintu kamar Mica. Segera saja Mica menghentikan tangisnya untuk menjawab pertanyaan ibu angkatnya agar tidak mencemaskan dirinya.
"Aku tidak papa. Ibu jangan kuatir, Aku baik-baik saja. Ray sudah tidur dan Aku juga ingin istirahat. Ibu istirahat juga ya." Jawab Mica setenang mungkin.
"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Kalau kamu butuh ibu, cari ibu di kamar ya. Ibu istirahat dulu. " Jawab Sekar dan kembali ke kamar, walaupun sebenarnya dia juga tidak bisa tidur, memikirkan Mica yang mungkin saja berbohong untuk menenangkan dirinya.
***** Mansion Morganion ****
Seluruh keluarga sedang berkumpul bersama untuk menikmati makan malam yang tersedia.
Gion dan Zen duduk bersebelahan dan menikmati makan malam yang tersedia.
"Oya Ma, gadis tadi pagi yang Zen tabrak itu siapa? Aku gak terlalu memperhatikan soal Buru-buru." Tanya Zen saat ingat dengan pertemuannya yang tak sengaja. Manik matanya meningkatkan Zen akan sesuatu.
"Siapa ma? Tanya Morgan kepala keluarga.
"Oh, si Mica. Dia pelayannya Gion. Dia itu anaknya Bi Sekar. Karena Bi Sekar sudah berhenti, makanya di gantikan dengan Mica." Jelas Vika.
"Bagaimana pekerjaannya Gion? apa dia bisa bekerja dengan baik?" tanya Vika sambil menatap wajah Gion yang nampak datar.
"Terlalu ceroboh, dan mengulang kesalahan yang sama," jawab Gion Asal.
"Gion, papa akan menjodohkan kamu dengan anak teman papa, Lusa kita akan bertemu dengannya agar kalian bisa saling kenal." Ucap Morgan.
Setelah mendengar ucapan Morgan, Gion langsung meninggalkan meja makan tanpa bicara sepatah katapun. Tak perduli berapa kali Morgan dan Vika memanggil, Gion tetap tidak mau menoleh, ia segera menuju left, akses menuju kamarnya.
"Eeemmm, aku sudah kenyang. Aku akan kembali ke kamar. " Zen bangkit berdiri dan Ingin menghindar dari kedua orangtuanya.
"Tunggu Zen! Kembali duduk." Titah Morgan.
"I-iya pa." Zen pun kembali duduk.
"Setelah Gion menikah, kamu juga harus segera menikah. Papa ingin kamu juga segera berkeluarga. Biar hidupmu lebih teratur dan tidak selalu foya-foya."
"Iya Pa, nanti Zen cari sendiri."
"Cari?! Kamu akan cari dimana? di club malam, atau di tempat yang gak jelas. Papa tidak mau kamu menikah dengan wanita sembarangan, papa harus tau bibit, bebet dan bobotnya paham."
Zen pun hanya bisa mengangguk dan segera pergi menjauh.
****
Di kamar, Gion mengamuk seorang diri. Menghancurkan apa yang ada, tak perduli seberapa mahal benda itu di beli, Gion segera membantingnya ke lantai untuk melampiaskan kemarahannya pada keluarganya yang selalu mengatur kehidupannya. Bahkan di saat dirinya lumpuh, orang tuanya masih terus memaksakan ke hendaknya.
"Aku tidak mau perjodohan ini. Aku tidak ingin di jodohkan. Aku tidak ingin menjadi bahan tertawaan karena aku lumpuh." Gion pun kembali membuang semuanya hingga dia puas.
Dalam kemarahan, Vika maupun yang lain tak berani mendekat, Walaupun mendengar apa yang terjadi. Jika Gion sedang marah, apapun bisa dilakukan termasuk melempar apapun ke arah orang yang menghampiri.
Dan akhirnya mereka memilih membiarkan, dan akan membersikan menunggu Gion tenang.
****Mansion Alexander ****
"Bagaimana? Apa kalian bisa membujuknya? tanya Alexander. Diah dan Bayu hanya menggeleng.
"Bodoh kalian, membujuk Mica begitu saja tidak becus. Apa kalian tidak punya cara untuk memaksanya pulang?"
" Pa, bagaimana Mica bisa setuju, setelah sekian lama kita mengabaikannya dan sekarang tiba-tiba kita meminta untuk kembali dan menjadikannya tumbal untuk mempertahankan perusahaan kira, tentu saja dia akan menolaknya."
"Baiklah, jika kalian menyerah untuk membujuk Mica pulang, maka papa sendiri yang akan bertindak bagaimanapun caranya mica tidak boleh merusak acara yang sudah papa siapkan."
"A-apa yang ingin papa lakukan? Aku mohon jangan sakiti Mica, jangan buat mentalnya terganggu pa, dia baru saja melahirkan."
"Aku tidak peduli, anak tidak tau berbakti seperti dia harus mendapatkan sedikit pelajaran agar kembali menurut." Alexander pun segera merogoh saku celananya dan mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang. Tak perduli beberapa kali Diah memohon untuk tidak melakukan apapun pada Mica.
to be continued ☺️ ☺️☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
uyhull01
kurasa yng ambil kesucian Mica itu Zen ,
beuhhh orang tua egois smua yaaa,
2024-11-30
0
Alexandra Juliana
Org tua yg sama² egois..
2024-10-28
0
mawar hitam
jengkel bgtt aku liat kelakuan bpaknya si mica itu, gk ada syank²nya ke anknya. yg ada mlh bikin susah ank ajah.pas hamil diusir, giliran perusahaan mau colaps mica mau dijadiin tumbal..sebenrnya dimana hati nuranimu si bapak?? kejam kali kamu sama anak sendiri.
2024-09-05
0