Kepentok Cinta Ustadz Gaul
Pesta malam ini seakan tak mampu memuaskan setiap orang yang terus saja menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama musik DJ. Sitara menghabiskan minumannya entah yang ke berapa gelas, teman-temannya memberikan gelar si Ratu Pesta, walaupun teman-teman Sitara tergolong anak orang kaya, tapi mereka jarang sekali ikut membayar tagihan diskotik. Musik terus menghentak-hentak hingga memekakkan telinga, kepala Sitara mulai terasa berat, itu artinya dia harus segera pulang. "Guys aku pulang dulu ya, kalian lanjutkan saja pestanya, urusan bayar aku yang akan selesaikan." Ayu yang berdiri dekat dengan Sitara pun langsung menjawab, "Tara, thank you ya traktirannya, hati-hati di jalan!". Suara Ayu yang berlomba dengan musik tidak terlalu ditanggapi oleh Sitara dan tanpa menunggu jawaban dari para sahabat yang lainnya, Sitara pun keluar sambil sempoyongan, sesekali tubuhnya yang berbalut pakaian khas pesta tampak kurang bahan itu membentur dinding.
Sampai di parkiran, walau kepalanya terasa berat tapi seperti biasa Sitara selalu berhasil sampai di rumah, makanya dia tidak pernah menyuruh supir mengantar ke pesta. Dengan mata yang sudah berat gadis itu berusaha mencari kunci mobil di tas kecilnya, "Hah.. akhirnya dapat juga, sekarang saat nya kembali ke rumah, ayo Kuda hitam, bawa aku kembali pulang."
Tara begitulah biasa dia dipanggil, jari-jari lentiknya mulai memutar kunci untuk menyalakan mesin si Kuda hitam. Berawal dengan kecepatan sedang, Tara berusaha stabil membelah sepinya jalan. Merasa bosan, Tara mulai menaikkan kecepatan mobilnya dan tanpa disadari, kendaraan yang melaju bak anak panah itu pun, mulai kehilangan keseimbangan. Di tikungan jalan menuju arah rumahnya Tara terlambat menginjak rem dan
Brakk..!!
tak bisa lagi menghindar, si Kuda hitam pun menabrak pagar beton hingga menimbulkan suara benturan besar.
Jalanan sepi karena memang ini sudah lepas tengah malam, tidak ada yang mendengarkan benturan hebat itu, semua orang seakan larut dalam pelukan malam. Dari arah berlawanan tampak mobil fortuner hitam melintas dan berhenti tepat di seberang jalan mobil Tara yang sudah berantakan bagian depan nya. Musa yang mengendarai mobil fortuner itupun turun tergesa-gesa. Pria tampan dengan jubah berwarna coklat dan kopiah putih, tampak semakin membuat ketampanan nya bercahaya. Dia sudah melihat jalanan di sekitarnya sepi, handle pintu coba dia buka, dan "Alhamdulillah tidak terkunci, Ya Allah, darah sudah banyak yang keluar, sepertinya dia pingsan".
Pintu yang sudah terbuka sangat membantu Musa untuk lebih mudah meng evakuasi gadis korban kecelakaan tunggal itu. Musa bergegas menggendong tubuh ramping Sitara menuju mobilnya, dengan sedikit kesulitan, dia menempatkan Sitara di jok belakang, setelah memastikan posisi nya aman, Musa kembali ke mobil gadis itu dan mengambil tas, serta tidak lupa mengambil kunci yang ternyata memiliki gantungan kunci berupa dompet yang berisikan STNK. Setelah memastikan semua beres, mobil pun tidak lupa di kunci nya. Musa segera membawa Sitara ke rumah sakit terdekat, dengan kecepatan tinggi Musa membelah jalan protokol di Surabaya yang lengang.
Selama di perjalanan, Musa tidak lepas melantunkan dzikir demi menenangkan hati nya. Gelisah, takut dan berbagai macam pikiran terus saja berseliweran di dalam pikirannya. "Ya Allah, dari mana gadis ini, kenapa malam-malam seperti ini jalan sendirian, dengan pakaian yang.. Astaghfirullah .. aku tidak boleh melihat nya !!". Tanpa terasa Musa sampai di rumah sakit dan langsung memarkirkan mobil nya di depan pintu UGD. Rumah sakit besar di surabaya dengan pelayanan yang baik, itulah yang terdekat. Musa keluar dari mobilnya yang terparkir secara asal. "Suster tolong ini ada korban kecelakaan di dalam mobil saya"!!, Tanpa menunggu lama para suster pun datang dengan membawa tempat tidur dorong, dengan cekatan mereka memindahkan tubuh Sitara yang masih belum sadar. Sebelum dibawa masuk, tiba-tiba Musa teringat sesuatu, "Tunggu suster!", Musa mengambil sorban nya di bangku depan sebelah kemudi, dia langsung menyelimuti kaki Sitara yang tampak terbuka dari bagian paha kebawah.
Suster yang memperhatikan pergerakan Musa tampak tersenyum sekilas. Tidak menunggu lama Sitara dibawa masuk oleh para perawat. Musa melangkahkan kakinya menuju administrasi untuk menyelesaikan pembayaran. Tas Sitara yang sengaja dia bawa pun tidak lepas dari tangannya, dia mengambil langkah untuk duduk di depan ruang UGD. Mencari handphone di dalam tas milik Sitara sekilas menjadi pemikirannya, "Sebaiknya aku mencoba menghubungi orang tua gadis ini! semoga handphone nya tidak terkunci!". Doa musa terkabul, saat itu juga handphone Sitara berbunyi,
Riing.. riinng,
Papa, itu yang tertera di layar. Langsung saja tangan kokoh Musa menggeser tombol hijau. "Assalamualaikum bapak, maaf, saya yang mengangkat telpon nya, sekarang anak bapak ada di rumah sakit Siloam, karena kecelakaan tunggal, saya Musa yang membawa putri bapak kesini, bisa tolong bapak kesini?" Tanpa memberi kesempatan kepada si penelepon, Musa langsung memberikan penjelasan lengkap dan padat. Tampak jelas suara Musa yang sedikit bergetar. "Baik pak, terima kasih informasi nya, saya segera kesana". Sambungan telepon pun terputus.
Musa tampak gelisah dan mulai lelah, dia melihat benda bulat yang melingkar di pergelangan tangan kanan nya yang tampak kokoh dan bersih. Waktu menunjukkan pukul Dua dini hari.
Tap..tap..tap..
terdengar suara langkah kaki yang tergesa menuju ruang UGD, seorang pria paruh baya dengan wajah tegang dan langkah yang masih tegap terus berjalan cepat. Mata tajam dengan alis tebal, hidung tinggi khas wajah orang India memandang tajam pada pemuda yang sedang duduk bersandar di sebuah kursi tepat di samping pintu UGD. "Selamat malam, apakah anda yang membawa putri saya kesini?", Suara berat Satish membangunkan Musa yang sempat terlelap karena lelah. Sesaat Musa melihat kearah suara yang bertanya padanya, lalu dia berdiri dan mengangguk santun, senyum ramah tidak lupa dia sungging kan "benar pak, saya Musa", musa memajukan tangannya untuk bersalaman sebagai perkenalan dengan satish, "Satish, papa nya Sitara, saya berterimakasih kepada pak musa karena sudah menolong anak saya". Satish berkata ramah dengan wajah yang tidak bisa lepas dari khawatir, tetapi matanya terus memperhatikan Musa penuh selidik, ada rasa khawatir menyelusup dalam hati nya, 'apakah Musa pria yang baik, tapi kenapa dia bisa menolong Sitara yang pulang lepas tengah malam, dari mana dia? Dan kenapa hanya dia yang membantu?' pertanyaan demi pertanyaan terus mengisi kepala nya. "Saya ingin melihat Sitara." Musa yang melihat Satish ingin berlalu, dia langsung mencegah nya, "maaf pak, dokter yang menangani putri bapak belum keluar ruangan, sebaiknya kita menunggu disini saja".
Satish paham, dia menuruti langkah Musa untuk duduk di bangku yang tersedia. "Pak musa dari mana tadi, kok bisa bertemu dengan Sitara yang sedang kecelakaan?". Satish mencoba mencairkan suasana dengan membuka pembicaraan, hal ini juga demi memenuhi rasa penasarannya. "Panggil saya Musa saja pak, saya baru saja selesai mengisi pengajian dan pada saat pulang saya melewati jalan di mana anak bapak mengalami kecelakaan tunggal, mobil yang putri bapak kendarai membentur tembok dengan keras, dan jalan sepi, jadi saya yang melihat, langsung saja menolong nya." cerita singkat Musa. Tidak lupa dia memberikan senyum tampan nya. Satish nampak serius menyimak, dia mengerutkan dahi, tampak sedang memikirkan sesuatu yang berat. Sesaat dia memperhatikan jari tangan musa, jari yang kokoh dan tangan yang tampak berotot walau tertutup baju jubah lengan panjang, satish memahami profesi Musa yang seorang ustad. "Musa apakah kamu sudah menikah?",
Deg..
Musa tampak sedikit kaget dengan pertanyaan Satish yang sedikit lari dari pertanyaan awal. Dengan malu-malu Musa menjawab, "Belum pak". Wajah Satis yang tegang, tampak sedikit mengendur, ada secercah harapan yang hadir di hatinya. "Karena kamu sudah menyentuh putri saya, maka kamu harus bertanggung jawab menikahi nya!". Satish bersuara dengan tegas seperti memberikan perintah kepada karyawannya.
Musa yang sama sekali tidak menyangka dan tidak mengerti apa yang dimaksud Satish langsung terlonjak kaget, wajah bersih nya tampak memerah menahan semua rasa yang tiba-tiba membuat dia kacau dalam sesaat. "Apa yang bapak maksud?!".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
JIAAHHH,, MUSA LAGSUNG DILAMAR SATISH UNTUK NIKAHI PUTRINYA
2023-08-24
0
Asphia fia
nyimak
2023-05-01
1
Sinho
Bagus kak, hindari paragraf terlalu panjang ya, biar readers tidak merasa bosan.
2023-03-28
3