Apa yang harus aku lakukan dengannya? Baiklah ini hal yang mudah, buatkan rumah dan beri dia serta keluarganya dana perwalian yang cukup buat dia dan keluarganya, agar tidak menyusahkan. Bara tidak sekejam ayahnya yang mengusir dia dan ibunya tanpa uang sepeserpun. Bara meyakinkan diri, bahwa wanita itu, janda saudaranya adalah wanita penurut dan akan menerima saran dari Bara.
Bara mengingat kembali masa dia dan ibunya diusir dengan kejam. Mereka tidak diizinkan tinggal disekitar Maidstone. Ibunya membawa Bara ke London, berharap dia bisa menjadi artis kembali, namun namanya telah dilupakan, tidak seorangpun mau memperkerjakannya. Akhirnya ibunya menjadi pelacur. Itulah sebabnya Bara sangat membenci ayahnya, bahkan Edward yang saat itu berusia enam belas tahun tidak menolong mereka. Edward hanya berdiam diri melihat mereka diusir.
Bara tahu bahwa saudaranya itu tidak pernah peduli kepadanya maupun ibunya. Ibu Bara selalu mencoba mendekati Edward dan menyayanginya, namun Edward tetap saja tidak menyukai ibu Bara.
Bara bertekad akan memperlakukan janda Edward dengan lebih baik, andai saja peraturan ini lebih mudah, mungkin Bara akan memberikan warisan kepada janda Edward. Semoga saja wanita itu menurut dan tidak membuat masalah, pikir Bara.
"Jadi, apa yang harus aku lakukan?" Pasrah Bara, dia tidak mungkin merubah identitas dirinya hanya karena tidak menginginkan kekayaan maupun hubungan apapun dengan ayahnya, Bara sangat membenci pria itu. Itu akan sangat merepotkannya, bahkan bisa membuat saham perusahaannya turun.
Tentu saja itu akan merugikan Bara, hanya karena keegoisannya, dia mengorbankan jerih payah selama ini. Belum lagi karyawan yang bergantung hidup dengannya.
"Mungkin, kita bisa mulai dengan memperkenalkan anda kepada semua orang penting yang terkait dengan warisan yang anda terima. Tentu saja dimulai dengan memperkenalkan anda kepada saudari ipar anda." Jelas Dayton kepada Bara.
"Apakah itu diperlukan? Tidak bisakah semua berjalan seperti biasa, tanpa aku harus kesana, apalagi untuk tinggal disana?" Bara mencoba untuk bernegoisasi. Siapa tahu ada kemudahan untuknya.
"Sebaiknya jangan, sir. Bagaimanapun anda harus ke sana melihat semuanya. Selanjutnya terserah anda bagaimana anda mengatur warisan anda. Semua saya kembalikan kepada anda, selaku ahli waris yang sah." Dayton tidak bisa ditawar.
"Baiklah, kapan saya harus kesana?" Tanya Bara tidak sabaran.
"Itu terserah anda, sir, secepatnya lebih baik." Dayton ingin segera semua ini selesai, waktunya telah cukup banyak terbuang karena urusan mencari ahli waris keluarga Horisson ini. Namun Dayton tahu Bara juga memiliki kesibukan sendiri. Apa lagi dengan semua usahanya. Tentu dia tidak bisa memaksa Bara. Setidaknya Bara telah setuju menerima warisan ini. Sehingga hanya urusan administrasi yang akan dikerjakan oleh Dayton.
"Mungkin dua minggu dari sekarang saya ke sana. Saya harus ke Indonesia, untuk mengurus izin games." Beritahu Bara.
"Baiklah, sir. Saya akan menunggu informasi dari anda. Ini kartu nama saya, sir, silahkan hubungi saya jika anda akan ke sana, sehingga kami bisa mempersiapkan kedatangan anda. Bolehkah saya minta kartu nama anda juga, sir?" Dayton menyerahkan kartu namanya. Bara juga mengambil kartu namanya dan menyerahkannya kepada Dayton. Setelah menerima kartu nama, Dayton pamit, meninggalkan ruangan Bara, jerih payahnya selama ini terbayarkan.
Bara terdiam memikirkan kejadian yang baru dialaminya. Dayton telah keluar dari ruangan Bara. Menyisakan Bara dengan hal apa yang harus dilakukannya terhadap kakak iparnya ini?
"Ada baiknya, kau menerima warisan itu, setidaknya, kau bisa merubah property ayahmu menjadi hotel atau kalau perlu menjadi kasino. Pasti ayahmu di akhirat sana tidak akan tenang melihat hartanya menjadi kasino" Delvin tertawa mengejek. Menyadarkan Bara dari lamunannya.
"Ide yang bagus, itu akan membuatku sedikit lega." Balas Bara. Mungkin bisa jadi sedikit balas dendamnya kepada ayahnya karena dengan tega mengusir dia dan ibunya.
"Apakah kau, telah mempersiapkan semua yang diperlukan untuk ke Indonesia?" Tanya Bara, mengalihkan pembicaraan dari topik warisan ayahnya.
"Tenang saja, semua akan berjalan lancar, kau hanya perlu memikat mereka, agar tertarik dengan bisnis yang kita tawarkan." Delvin berdiri dari sofa, melihat keluar jendela yang menampilkan pemandangan kota London.
"Jika dipikir-pikir, aku tidak menyangka kau akan sesukses ini." Delvin menerawang kembali kepada kejadian dua puluh tahun yang lalu, saat pertama kali dia bertemu Bara.
Bara berusia dua belas tahun, sejak ibunya sering sakit-sakitan Bara mulai menjadi pencuri untuk biaya hidup dan membeli obat ibunya. Dia mencuri dari Delvin yang saat itu telah menjadi ketua gank. Namun Delvin berhasil menangkapnya. Mata Bara yang menyiratkan kesedihan membuat Delvin tidak tega, Delvin teringat dengan saudaranya. Delvin hanya bertanya kenapa Bara mencuri, Bara menjelaskan bahwa ibunya sakit dan mereka membutuhkan biaya sehari-hari.
Bara mengajak Delvin untuk melihat ibunya yang tengah terbaring sakit. Ibu Bara terbaring di sebuah dipan kecil yang hanya muat untuk tubuhnya. Dipan yang hanya dialasi busa tipis yang pastikanya akan membuat badan orang yang tidur di sana akan sakit. Ruangan sempit yang hanya satu ruangan menyatu, di dalamnya ada satu kamar mandi kecil dan dapur. Atap yang bocor dan ditampung dengan ember agar tidak membasahi lantai. Kamar yang benar-benar tidak layak untuk di huni.
Delvin sendiri juga anak yatim piatu, tinggal di panti asuhan bersama saudara laki-lakinya. Ibu dan ayahnya meninggal akibat bencana alam di desa mereka. Keluarga dari pihak ayah maupun ibu mereka tidak ada yang mau merawat mereka.
Adiknya meninggal di usia sepuluh tahun karena sakit tipus. Usia tujuh belas tahun dia keluar dari panti dan mulai bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya. Delvin kasihan melihat kondisi ibu Bara yang tidak terawat. Ibu Bara memanggil Bara untuk mendekat dan membisikan sesuatu, setelahnya ibu Bara meninggal. Delvin semakin kasihan dengan Bara. Delvin melihat Bara sebagai saudara laki-lakinya yang telah tiada.
Delvin membantu pemakaman ibu Bara. Kemudian merawat Bara, menyekolahkannya, mengajarkan Bara bermain kartu. Bara anak yang cerdas dan pintar, tidak butuh waktu lama untuk mengajarkan Bara. Bara juga sangat suka bermain di warnet. Otaknya yang encer mencoba segala jenis permainan dan mencoba membuat permainan sendiri.
"Akupun tidak pernah berpikir, dulu aku hanya berharap untuk dapat makan dan mengobati ibu yang sakit. Satu hal yang aku sayangkan, beliau tidak menikmati ini semua." Bara mengikuti Delvin memandang keluar.
"Bukankah itu lebih baik, daripada dia semakin lama menderita?" Delvin menenangkan Bara
"Ya, kau benar. Ini lebih baik dari pada dia menderita lebih lama lagi." Balas Bara.
"Sebaiknya malam ini, kita ke Royal untuk bersenang-senang." Sebutan untuk Royal Horisson Clubs and Casino. Delvin mengalihkan pembicaraan dari topik sensitif yang bisa membuka luka lama Bara.
"Yah, mungkin itu akan sangat menyenangkan dan mengalihkan sedikit pikiran dari keruwetan ini." Bara membenarkan ajakan Delvin.
Mereka menghabiskan malam di Royal Horisson Clubs and Casino. Mereka pulang dengan keadaan mabuk berat.
🍒🍒🍒
Hi mampir ke karya teman author juga ya, gak kalah seru loh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
baguuuuuuuuuuusssssssss
2023-01-03
1
Mommy Dalsyi
ceritanya bagus loh, kok sedikit ya yg komen n like
2022-09-08
3