Sposes

Pulang sekolah adalah hal yang paling menyenangkan, untungnya sistem full day school tidak berlaku di sini. Semua muridnya bisa menikmati waktu istirahat lebih lama dari sekolah yang lainnya.

Naya, Bila, Dara dan Kanya pun sedang berjalan ke luar gerbang. Mereka tampak asik dengan topik yang mereka bahas saat ini, apa lagi kalau bukan tentang cowok ganteng.

"Eh serius dong kakak kakak PMR tuh keren banget, gue kayanya fix sih bakalan masuk sana," Ucap Dara bersemangat.

"Gue sihh mau ikut taekwondo, biar bisa modus sama kak Devan gitu, hahahaha," timpal Bila.

"Bisa bisanya ya lo modus. Terus-terus misalnya dia gak suka sama lo. Lo bakalan keluar ekskul gitu?" tanya Naya.

"Coba dulu aja, urusan nanti belakangan. Bener gak, Bil? Kan ada kanya yang temenin masuk taekwondo," sahut Kanya sambil merangkul pundak Bila.

"Iyalahh, seorang Bila gak akan nyerah gitu aja. Sat set sat set, harus dapet," kata Bila dengan pede.

"Ya kita cuma bisa dukung lo deh, btw lo mau ikut apa? Udah lo putusin?" tanya Dara pada Naya.

"Gue mu buat ekskul broadcasting," jawab Naya kegirangan.

"Buat? Gak salah denger tuh?" tanya Dara keheranan.

"Engga, tadi gue liat ada ruangan broadcast gitu. Kalian tau lah gue suka banget nulis, dengerin podcast, kayanya menarik aja gitu kalau di sekolah kita ada podcast," tutur Naya.

"Menarik sih, tapi emang boleh ya anak baru buat ekskul sendiri?" tanya Kanya.

"Tadi kebetulan ada pak Yayan, yaudah sekalian aja gue izin dan diizinin deh. Sekarang tinggal gue buat rancangannya aja, mau ngapain di ekskul ini."

"Ihh gak jadi ikut taekwondo ah, gue mau ikut Naya aja. Kayanya seru bisa jadi pengisi radio-radio gitu terus didenger sama satu sekolah," ucap Kanya.

"Ih lo mah labil! Katanya mau taekwondo bareng gue, sekarang ikut Naya," kesal Bila.

"Gak mau ah berat ekskulnya. Gue boleh ikut ya?" tanya Kanya lagi.

"Bolehh, dengan senang hati. Justru gue seneng karena gue bisa sharing buat bikin konsepnya sama lo."

"Yayyy asikk oke oke." Kanya memeluk Naya kegirangan.

"Sebenernya gue juga mau ikut, tapi lo tau sendiri gue gak puitis anaknya. Tapi, kalau lo butuh bantuan gue bilang aja. Pasti gue bantuin," tutur Dara.

"Iyaa dong gue juga siap bantu kalau lo butuh," ucap Bila tak mau kalah.

"Ih manis banget bestie-bestiekuu, thanks yaa." Naya pun memeluk mereka bertiga. Naya sangat beruntung mempunyai sahabat seperti mereka.

Brumm brumm ....

Sebuah motor menginstruksi mereka untuk berjalan ke pinggir, Naya sontak melihat ke arah si pemilik motor. Sialnya, lagi-lagi Naya harus bertemu dengan kakak kelasnya yang aneh itu. Juna, cowok yang selu mengejarnya sejak dia masuk ke sekolah ini.

"Hai Naya, mau pulang bareng?" tanya Juna.

"Gak usah, Kak. Ini mau dijemput kok." Naya mencoba menolak dengan lembut.

"Yakin? Nanti lama loh nunggunya, mending bareng aja," tawar Juna sekali lagi.

Ingin rasanya Naya mencakar muka kakak kelasnya ini, kalau dia tidak ingat statusnya sebagai murid baru, pasti Naya sudah melakukannya dari tadi.

"Engga. Makasih tawarannya, Kak," tolak Naya sebisa mungkin.

"Mending kak Juna anterin Kanya lagi." tiba-tiba Kanya buka suara.

"Gak dulu deh males, yaudah duluan ya Naya. Hati-hati." Juna pun melajukan motornya tanpa melihat Kanya yang sudah cemberut di tempatnya.

"Yahh gagal dapet tumpangan gratis deh," gumam Kanya sambil menghembuskan napasnya pelan.

"Loh, kapan lo balik bareng kak Juna?" tanya Naya.

"Itu waktu pulang camp kemarin, tadinya mau anterin Naya kan? tapi katanya lo gak mau. Jadinya anterin gue."

"Terus-terus?" tanya Bila penasaran.

"Terus sebagai gantinya gue bilang bakalan deketin kak Juna sama Naya," jawab Kanya polos.

Naya hanya bisa menepuk jidatnya melihat kepolosan sekaligus menyebalkan nya Kanya.

"Terus gimana lagi?" tanya Dara yang mulai kepo dengan pembicaraan ini.

"Terus dia bilang, beneran? Yaudah dijawab iya. Tapi gue bilang Naya gak suka cowok. Eh dia malah ngiranya lo suka sesama jenis dong! Dodol banget kak Juna."

"Yaampun Kanya. Astagfirullah, masih sabar gue ya ini. Kenapa lo polos banget tapi nyebelin." Naya berbicara sambil memaksakan senyumnya.

"Terus gimana lagi?" tanya Bila.

"Ih Naya kenapa tuh senyumnya serem? Ya terus gue bilang maksudnya Naya lagi gak suka cowok, gak mau pacar-pacaran. Dianya nanya kenapa, terus gue jawab gini : kepo kaya dora. Eh dianya ngambek dong langsung cabut. Kan udah bagus ya gue mau bantuin, malah marah." Kanya bercerita tanpa rasa bersalah sekali pun yang otomatis membuat ketiga temannya geram kepada gadis lemot di hadapan mereka ini.

"Kenapa lo bilang gitu sih Kanya. Ah au ahhh cape gue sama lo," kata Naya melangkahkan kakinya meninggalkan Kanya dan di susul oleh Dara dan Bila.

"Yahhh kok ngambek, ihhh gue salah apa?? Tungguuuuu!!" Kanya pun berlari menyusul ketiga temannya.

.

.

.

Malam ini hujan turun, tidak begitu deras dan tampak malu-malu. Naya sedang fokus dengan plan yang dia buat. Ditemani dengan aroma petrikor dari balik jendela sebelah meja belajarnya dan alunan musik Day 6 yang selalu bisa mewakili perasaannya.

Naya mengkoreksi lagi setiap detail point yang sudah dia tuliskan, takut-takut terjadi kesalahan. Naya adalah seseorang yang perfeksionis, jadi semuanya harus tertata dan sempurna. Dia akan merasa gagal jika membuat perencanaan yang tidak matang.

Saat sedang menikmati alunan musik, tiba-tiba saja musiknya berhenti. Naya melirik ponselnya sekilas, tertera nomor yang belum dia simpan sedang memanggil, Naya tau itu Raga. Tapi Naya terlalu malas jika harus meladeni kakak kelasnya yang tidak jelas itu.

1 panggilan tak terjawab

Naya melirik kembali ponselnya, tidak ada panggilan lagi. Baguslah, jadi dia tidak perlu mengeluarkan emosi. Lagi pula ada apa Raga meneleponnya malam-malam begini, menyebalkan.

Ping!!

Satu pesan masuk ke ponsel Naya dan dia langsung memeriksanya. Sepertinya emosinya ini memang harus keluar.

...0821xxxxxxxx...

Rumah lo masih yang kemarin kan?

Gua gabut, karena lo gak bisa angkat telfon

Gua ke rumah lo ya?

^^^Ngapain??!!^^^

Gabut

^^^Jangan ke rumah! Lo ngapain sih, Kak?!^^^

Angkat dong, temenin gua lagi gabut

^^^Emang lo gak punya temen, Kak? Jangan ganggu gue please.^^^

Yaudah gua ke rumah lo ya

^^^YAUDAH IYA GUE ANGKAT^^^

Satu panggilan kembali masuk, Naya membenarkan airpods nya dan langsung mengangkat panggilan dari Raga.

"Jadi?" Naya spontan bicara dengan nada ketus.

"Jadian? Baru juga telfon, Nay. Udah nanya jadian aja," kekeh Raga dari seberang sana.

"Ck apasih, Kak. Garing banget tau gak?" Naya menaruh ponselnya dan kembali membuat catatannya.

"Galak banget. Gua gabut jadi kepikiran telfon lo," ucap Raga jujur.

"Kenapa gue? Temen lo kan banyak, gue kan cuma adik kelas lo. Gak ada yang bisa kita bahas," ucap Naya dengan santai dan masih terfokus pada bukunya.

"Loh gua punya bahasan, bahas musik misalnya?"

"Gak suka musik," ucap Naya tak acuh.

"Bohong, twitter lo aja isinya link spotify Day 6 semua." Raga tertawa singkat.

Naya menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Twitter? Lo stalk gue ya, Kak?" Selidik Naya penasaran.

"Maunya?" Raga menjawab dengan sedikit menggoda Naya.

"Dih gue nanya malah ditanya balik. Ck," decak Naya.

"Iya, gua stalk lo." Raga terkekeh, membayangkan wajah kesal Naya saat ini yang sudah kesal dibuatnya.

"Ngapain? Akun gue bukan akun artis. Gak ada yang menarik juga." Naya berjalan ke kasurnya, perlahan Naya menyandarkan punggungnya di kepala kasurnya.

"Emang bukan akun artis, tapi menarik. Isinya semua tentang lo. Tulisan-tulisan yang lahir dari hati lo," ucap Raga.

"Terus?"

"Ya gua mau cari tau tentang lo lah, tipe cowok lo misalnya."

"Dih buat apaan?"

"Buat memaksakan diri jadi cowok impian lo," Raga tertawa saat mengucapkannya, dia pun bingung kenapa bisa se-picisan ini di depan Naya.

"Ck." Naya hanya berdecak mendengar penuturan Raga.

"Ahahaha galak banget, lagi apa?"

"Lagi bikin plan," singkat Naya sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Plan apa?"

"Kepo kaya dora."

"Bukan kepo, cuma pingin tau."

"Sama aja"

"Btw kok kalau di sekolah lo gak pernah nanya gua?"

"Ngapain? Kan ospeknya udah selesai."

"Dih emang kalau nanya harus pas ospek doang?"

"Ya engga, cuma males ngomong aja."

"Nay, sposes yuk?"

"Hmm oke deh ayok. Tapi kalau gue ketiduran maaf ya, Kak."

"Iyaa santai."

Naya pun menerima tawaran Raga, lagi pula semua pekerjaannya sudah selesai. Naya menerima link invite dari Raga. Lagu yang pertama terputar adalah lagu I Like You - Day 6. Entah kenapa Raga memutar lagu ini. Menurut Naya, mungkin Raga hanya mengikuti selera musiknya agar Naya bisa menikmati.

Beberapa jam hanya mereka habiskan untuk mendengarkan lagu Day 6 bersama. Sampai akhirnya mereka sama-sama ketiduran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!