Naya menuruni anak tangga, mama sudah menyuruhnya untuk makan malam. Terlihat di sana sudah lengkap, mama, papa, dan juga Hana. Naya pun duduk di kursinya dan mengalasi makanannya sendiri.
"Liat deh ma, photo yang tadi bagus," ucap Hana sembari memperlihatkan ponselnya pada kedua orang tuanya.
"Iya bagus, itu papa sama Hananya lucu," sambung Rena.
"Iya sayang bagus, bagus," jawab Adi.
Naya yang melihat itu sedikit teriris, mengetahui kalau bundanya berusaha menutupi luka perselingkuhan sekaligus sakit karena merasa tersisihkan.
"Gimana kemahnya lancar, Kak?" tanya Rena kepada anaknya.
"Lancar," jawab Naya singkat. Naya berusaha tidak peduli dengan mereka sambil melanjutkan makanannya, yang dia pikirkan sekarang adalah, dia ingin meninggalkan meja ini secepatnya.
"Besok udah mulai sekolah?" tanya Rena lagi.
Naya hanya mengangguk sambil menghabiskan makanannya. Rena sebenarnya paham dengan apa yang terjadi pada Naya tapi dia tidak bertanya lagi, dia sudah sangat hafal jika putri sulungnya sedang sensitif makan tidak bisa diajak bicara.
Naya berdiri dan melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil segelas susu, masih bisa terlihat keakraban Hana dengan Ayah dan Bundanya. Naya memutuskan untuk mengambil satu kotak besar susu di kulkas dan menghabiskannya di kamar.
"Naya ke kamar dulu, besok mulai sekolah." Naya pun meminta izin dan langsung menaiki tangga.
Naya tidak tahu respon apa yang mereka berikan yang pasti Naya sudah muak berada di sana. Sesampainya di kamar, Naya langsung mengunci pintu dan menuangkan susu ke gelas. Susu selain bisa menetralkan apapun di dalam tubuh juga mampu menetralkan emosi Naya dan membuatnya jauh lebih baik.
Naya melihat ke arah seragam sekolahnya, lalu dia tersenyum karena tak sabar untuk memakainya esok hari. Dengan semangat dia mengambil tas, memasukan beberapa buku dan buku berjudul healing yang harus selalu dia bawa ke mana pun.
.
.
.
.
Upacara adalah hal yang paling membosankan, ditambah kepala sekolah memberikan amanat yang begitu panjang sambil menceritakan anak cucunya. Naya memperhatikan sekelilingnya, baju yang seragam dan entah kenapa Naya begitu senang dengan seragam barunya.
"Jadi, setiap siswa dan siswi SMA Nusa Bangsa wajib mengambil minimal 1 ekstrakulikuler sebagai nilai tambahan." Begitulah ucapan Kepala Sekolah.
"Naya, lo mau ikut apa?" Bisik Dara yang berada di sebelah Naya.
"Belum tau, Ra. Gue bingung mau ikut apa, belum ada yang clop banget gitu," balas Naya.
"Ikut PMR gimana? Lumayan bisa jaga di belakang, biar bebas keluar masuk UKS gak upacara," timpal Bila dari belakang Naya.
"Gak deh, kayanya gak PMR." Naya kini mulai pusing memikirkannya.
"Atau kita ikut paskibra? Ih ganteng-ganteng tau cowoknya." Kini giliran Kanya bersuara.
"Gak ada bakat di sana, gue pernah ikut paskib-"
"Sstt, jangan ngobrol." tiba-tiba anak OSIS menegur mereka dari belakang sana.
Mereka pun hanya menghembuskan napas kasar lalu mengikuti kembali upacara sampai selesai.
Setelah selesai semua murid masuk ke kelas. Naya kini resmi menjadi murid kelas 10 IPA 1 bersama ketiga temannya. Untung saja mereka satu kelas, kalau tidak bisa berabe. Pasalnya Naya malas untuk mengulang perkenalan lagi dan mencari teman baru.
Naya duduk di bangku paling depan di barisan pojok kiri bersama Bila, sementara Dara dan Kanya berada di belakangnya. Menurut Naya, tempatnya sangat nyaman, jauh dari pintu. Sehingga dia bisa konsentrasi belajar. Ditambah wali kelasnya adalah pak Andri, selain ramah dan menyenangkan, pak Andri adalah guru yang bisa diajak berbagi. Pak Andri juga guru Bahasa Indonesia, pelajaran kesukaan Naya.
"Karena kalian sudah saling mengenal, sekarang bapak kasih tugas untuk kalian berkeliling sekolah dan tuliskan dalam bentuk apapun, baik cerita ataupun laporan apa saja yang kalian lewati. Tugas dikumpulkan setelah jam istirahat pertama, bisa di kumpulkan di ketua murid," ucap pak Andri.
"Siap pakkk," sahut semua murid.
.
.
.
.
Naya, Bila, Dara, dan Kanya pun mulai menelusuri sekolah. Pertama mereka ke perpustakaan, setelah itu ruang guru, kantor tata usaha, beberapa kelas dan sekarang mereka sedang berada di depan kelas 11 IPA 2.
"Nay, ini kelas apa namanya?" Tanya Bila dengan nada yang dibuat tinggi.
Naya yang sedang fokus menulis, kini beralih menatap Bila.
"Itu tulisannya ada di papan," jawab Naya cuek.
"OH IYA AHAHA 11 IPA 2 YA," kata Bila semakin menaikannya suaranya dan menabok lengan Dara.
"Awwww lo kenapa sih, Bil?" Dara melihat Bila dengan keheranan, pasalnya dia juga yang terkena tabokan dari tangan Bila.
Tanpa sadar anak-anak dari kelas 11 IPA 2 memperhatikan mereka karena suara Bila yang cukup keras. Raga menatap Naya yang sedang fokus menulis di papan dadanya.
"Kita diliatin tauu," cicit Kanya pelan.
Naya yang lagi-lagi sedang fokus menulis mengalihkan pandangannya, yapp tepat sasaran. Pandangan Naya dan Raga bertemu. Tanpa basa-basi Naya langsung meninggalkan teman-temannya, karena malu. Dara dan Kanya yang tak kalah malunya pun segera mengikuti Naya dan meninggalkan Bila yanh masih senyum-senyum di depan kelas 11 IPA 2.
"NAYAAAA TUNGGUU," teriak Bila yang sadar kalau dirinya ditinggalkan.
"Malu maluin banget temen lo, Nay," kata Dara.
"Gatau tuh lagian dia lagi caper sama siapa coba," timpal Kanya.
"Ihhhhhhh kalian kenapa ninggalin gue sih," kesal Bila yang berusaha menghentikan langkah teman-temannya.
"Lo sih malu-maluin," balas Dara.
"Lo kenapa sih, Bil? Emang lagi caper sama siapa?" tanya Naya.
"Hehehe, lo tau temen sebangkunya kak Raga? Yang anak taekwondo jugaa si kak Devan, kayanya gue suka sama dia deh." Bila pun hanya cengegesan di depan teman-temannya dan mereka pun hanya bisa menghembuskan napas kasar melihat kelakuan Bila.
"Ihhh padahal gue udah ada rencana suka sama kak Devan, PHO," ucap Kanya.
"Lahh lo gak bilang, gak bisa udah gue duluan. Lo gebet yang lain gitu kek," timpal Bila.
"Yaudah deh gajadi suka-sukaan, batal rencananya."
"Nah gitu, pinter Kanya." Bila pun menepuk nepuk kepala Kanya dan mereka berdua tertawa.
"Kapan ya gue punya temen waras." Dara pun hanya bisa mengembuskan napasnya perlahan.
"Dahlah lanjut nugas lagi, sama gak warasnya ntar," sambung Naya sambil kembali fokus kepada bukunya.
.
.
.
.
Jam istirahat pun sudah berbunyi, semua murid langsung menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Tapi tidak dengan Naya, dia penasaran dengan salah satu ruangan yang tadi dia lewati saat menelusuri sekolah, jadi dia menolak ajakan ketiga temannya untuk pergi ke kantin.
Ruangannya cukup terpencil, berada di lorong belakang dan tidak ada ruangan lainnya selain ruang tersebut. Saat Naya sampai di depan ruangan tersebut Naya melihat sepertinya ruangan ini tidak terpakai. Ini adalah ruangan radio sekolah, sudah beberapa hari berada di sekolah ini, namun Naya belum pernah mendengar atau tanda-tanda keaktifan dari ekstrakulikuler ini, bahkan pada saat demo ekskul pun tidak ada pengenalannya.
"Ini libur kali ya, atau belum mulai aktif lagi kegiatannya?" gumam Naya.
Naya mencoba mengintip kembali dari luar jendela, ruangannya cukup bersih, dengan peralatan lengkap untuk podcast. Ya, Naya tertarik untuk mengikuti ekskul itu
Tiba-tiba pak Yayan menghampiri Naya yang sedari tadi sedang sibuk memperhatikan ruangan radio tersebut.
"Sedang apa di sini, Nay?" tanya pak Yayan kepada Naya.
"Eh bapak, ini saya mau tanya. Ketua ekskul radio kira-kira siapa ya, Pak? Soalnya saya tertarik buat ikut," jawab Naya.
"Ohh begitu rupanya. Jadi begini, setelah angkatan 3 tahun kebelakang, minat siswa sekolah kita jarang ada yang minat dengan ekskul tersebut, sehingga saat ini tidak ada yang menjalankannya."
"Yah sayang banget, Pak. Kalau ekskulnya diaktifkan kembali apa bisa, Pak? Apa harus ada izin dari kepala sekolah dulu?"
"Boleh, boleh sekali. Silahkan saja kalau ada yang berminat, nanti tinggal lapor ke bapak dan bisa langsung dipakai ruangannya."
"Bener pak? Kalau gitu kalau boleh saya ingin mengaktifkan kembali ekskulnya, Pak. Mungkin nanti saya akan meminta bantuan beberapa teman saya untuk promosi."
"Bolehh, tentu boleh. Nanti setelah pulang sekolah bisa diambil saja kuncinya ke penjaga sekolah. Bilang saja disuruh bapak ya."
"Oh oke siap pakk, terima kasih ya pak sudah diizinkan. Kalau gitu saya pamit ke kelas ya, Pak. Assalamualaikum," ucap Naya.
"Waalaikumsalam."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments