Setelah selesai mereka pun mengikuti acara hari kedua, seperti games, adu bakat, pengenalan guru serta kakak senior. Mereka menikmati acaranya dengan baik dan tidak terasa malam sudah datang.
Setelah sholat isya berjama'ah mereka pun berkumpul di lapangan untuk mengikuti acara api unggun. Terlihat beberapa kakak senior OSIS bersama guru sedang mempersiapkan kayu dan apinya. Naya bersama ketiga temannya duduk sambil menunggu api dinyalakan.
Cuacanya sangat dingin, terlebih tadi sore sempat hujan kecil, membuat kayu sulit terbakar karena kondisi tanah yang lembab. Raga memperhatikan Naya yang tengah fokus melihat ke arah kayu yang sedang ditumpuk di antara teman-temannya yang ribut karena kedinginan. Raga tidak cemas jika menyukai wanita seperti Naya. Tidak ribet dan membuat orang lain repot.
Setelah beberapa lama api pun menyala, Naya mengulurkan tangannya ke depan, menikmati sensasi hangat dari api unggun yang besar. Naya suka posisi seperti ini, sambil merenungkan isi kepala. Entah apa yang dia pikirkan, tapi rasanya banyak hal yang mengantri di kepalanya untuk dipikirkan.
"Tes ... tes. Selamat malam adik-adik," suara Caca dan Tiara kini terdengar dari sebuah pengeras suara.
"Malam ini kita ada games, nih. Game-nya adalah, estafet bantal," seru Tiara.
"Iya bener banget, Ti. Jadi permainannya gini, nanti kita nyalain lagu dan kalian estafet-in bantal kecilnya secara mengeliling yaa. Kalau lagunya berhenti, yang pegang bantal terakhir harus maju ke depan. Gimana, setuju?" tanya Caca.
"Setujuuuu," teriak mereka bersamaan.
Naya melihat ke sekelilingnya, cukup adil karena panitia kali ini juga turut serta dalam permainan.
"Oke kita mulai dariiiiii, pak Ketos kita." Tiara pun memberikan bantal kepada Dava.
"Mulai ya mulaiii, musikk," seru Caca.
Musik pun mengalun dan bantal pun mulai diputar. Semua peserta dengan cepat melemparkan bantal kepada teman sebelahnya, pasalnya pasti akan malu jika harus terkena hukuman.
"Stoppp!" teriak pembawa acara.
Dan bantal pun berhenti di salah satu peserta. Tiara pun menarik orang tersebut dan langsung menanyakan namanya.
"Iya, oke nama kamu siapa?" tanya Tiara.
"Govin dari gugus 5, oyy mana suaranya barudakkk!!!" Teriaknya kepada teman satu gugusnya dan langsung dihadiahi tepukan dan sorakan yang meriah.
Sudah bisa ditebak, dia adalah pelawak di gugusnya. Sehingga banyak yang mengenalnya, dalam satu kelas pasti ada badut yang membuat ketegangan menjadi hangat.
"Jadi di sini ada kocokan, nah kamu pilih salah satu. Terus laksanain dare-nya," kata Caca.
"Aduh teh, bentar. Grogi eung cantik si teteh," katanya bercanda dan lagi-lagi semua orang tertawa dan bersorak.
Govin mengambil salah satu kertas dan mulai membacanya. Dan dia mendapatkan ....
"Dance, ah teh dance teh kumahaaa? Jaipongan?" tanya Govin yang terlihat frustrasi.
"Apa ajaa, kamu bisanya apa gapapa. Ayokk keluarin bakat kamu," ucap Tiara.
"Oke siap lah, musiikkkk!!" Teriak Govin kepada operator di belakang sana.
Tiba-tiba terdengar lagu Agnes Monica — Tak ada logika, sontak saja Govin bersemangat, sementara yang lain hanya sibuk menertawakan gerakan-gerakan yang dibuat Govin dengan heboh.
Sesekali dia berteriak sambil menyanyi yang semakin mengundang gelak tawa, begitupun dengan Naya yang sekarang tak bisa berhenti tertawa karena tingkah orang yang berada di depan sana.
"Udah ah teh cape," kata Govin sambil menghentikan gerakannya.
"Ahahaha, penampilan yang sangat spektakuler. Tepuk tangan dong buat Govin dari gugus 5," seru Caca dan semua pun bertepuk tangan.
"Lagi yaaa??" tanya Tiara kepada peserta.
"Lagiiiiii," teriak mereka bersamaan dengan antusias.
"Lanjut aja dari Govin yaa, musiiikkkk," teriak Caca dengan lantang.
Musik pun mengalun dan bantal pun kembali berputar, kali ini musiknya cukup lama dan membuat jantung semua orang berdetak hebat. Tidak semua orang memiliki keberanian seperti Govin, apalagi anak perempuan.
Bantal pun sampai di tangan Naya dan seketika ....
"Stoppp!" teriakan itu sontak membuat Naya kaget.
Naya tidak ingin maju ke depan apalagi kalau dia nanti harus menari seperti peserta sebelumnya, meskipun Naya cuek tapi dia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti itu.
Caca pun menarik Naya ke depan, sementara Naya seperti terlihat pasrah dengan ini. Raga pun tak lepas pandangan dari Naya, dia ingin melihat apa yang didapatkan Naya sebagai dare.
"Asikk dapet cewek, namanya siapa cantik?"
"Saya Nayara dari gugus 1," singkatnya namun mendapat tepuk tangan dan sorakan begitu banyak dari teman-temannya, dia tidak mengerti padahal dirinya jarang berinteraksi kecuali dengan ketiga sahabatnya.
"Ohh kamu yang hilang tadi ya?" tanya Tiara sambil membawa kocokan ke hadapan Naya.
"Hhee i-iya, Kak," jawab Naya sambil tertawa singkat, Raga yang melihat itu gemas sendiri dibuatnya.
"Raga macem-macem gak? Atau dicuekin? Ditinggalin? Kulkas ya?" tanya Caca sambil melirik kepada Raga.
Raga membalas tatapan Caca seolah kaget dan tak terima dengan ucapan Caca.
"E-enggak kak, Kak Raga baik kok," jawab Naya lagi dan Raga tersenyum menang.
"Ohhh baikk, gak biasanya yaa Raga baik ke cewek. Ada apa nih Raga," goda Tiara dan semua peserta pun meng-cie-ciekan Raga dan Naya.
Naya terlihat sangat gugup, dia tidak suka posisi seperti ini. Sementara Juna terlihat kesal melihat Naya di-Shipper dengan Raga.
"Ayok ambil, kira-kira apa ya dare-nya," kata Caca.
Naya pun mengambil gulungan kertas dan membaca tulisan yang tertera di sana.
"Nyanyi," cicit Naya.
"Yayyy nyanyii, mau nyanyi apa nih Naya?" tanya Tiara.
"Aduhh saya gak bisa nyanyi, Kak. Maluu," ucap Naya agar terbebas dari dare ini.
"Ett gak bisaa, mau bagus atau jelek harus dilaksanain. Setuju kalau Naya nyanyi?" tanya Caca kepada yang lainnya.
"Setujuuuuu," teriak semua orang bersamaan.
"Emm oke, tunggu, Kak."
Naya pun menghampiri Dava untuk meminjam kursi dan gitarnya.
"Kak Dava, saya pinjem boleh?" tanya Naya sopan.
"Boleh, nih. Biar kursinya saya bawain," ucap Dava sambil memberikan gitar dan membawa kursinya ke tengah lapangan.
"Makasih, Kak," ucap Naya sambil duduk dan memposisikan gitarnya.
"Bebas kan?" tanya Naya pada Tiara.
"Iya, bebas kok bebas," jawab Tiara sambil memposisikan mic di depan bibir Naya, sementara Caca mengambil mic kecil untuk di masukan ke lubang gitar.
Naya berdeham, sesekali dia mengecek gitarnya.
'Lo bisa Naya, lo pasti bisa,' batinnya.
Naya menarik napas dan mulai memetik gitarnya untuk nada intro.
🎶 Feby Putri ft Fiersa Besari - Runtuh
Kuterbangun lagi
Di antara sepi
Hanya pikiran yang ramai
Suara Naya mengalun indah, musik yang pas untuk diputar saat api unggun seperti ini. Raga menikmati alunan musik dan suara Naya. Selain cantik, menurut Raga suara Naya juga indah.
Mengutuki diri
Tak bisa kembali
Tuk mengubah alur kisah
Naya terus benyanyi sambil memejamkan mata menikmati lagu yang sedang iya nyanyikan. Raga tersenyum melihatnya, Naya jauh lebih manis sekarang di matanya.
Ketika mereka meminta tawa
Ternyata rela tak semudah kata
Jari Naya yang lentik sangat pandai bermain dengan senar gitar, membuat alunan dari benda itu terdengar indah.
Tak perlu khawatir kuhanya terluka
Terbiasa tuk pura-pura tertawa
Semua orang nampak menikmati lagu yang Naya nyanyikan.
Namun bolehkan sekali saja kumenangis
Sebelum kembali membohongi diri
Naya pun menyudahi penampilannya dan bernapas lega, semua orang bertepuk tangan karena suar Naya yang indah sangat menghibur mereka.
"Ihhh sedihhh, kamu gak bisa nyanyi aja suaranya bagus. Coba aku, ngomong aja fals," kata Caca yang langsung dihadiahi gelak tawa dari semua orang.
Naya hanya tersenyum sambil memberikan gitar kepada Tiara dan kembali duduk di tempatnya. Raga mengacungkan jempol kepada Naya, sementara Naya hanya tersenyum tipis. Dia hanya lega karena sudah berhasil tampil seperti tadi.
"Ihhhhh multitalent banget cabatkuu," kata Bila sambil memeluk Naya dari belakang.
"Berlebihan, Bila," kata Naya sambil tertawa dan mengelus tangan Bilaa.
Permainan pun berlanjut sampai jam 10 malam, setelah itu banyak dari mereka yang masuk ke tenda untuk menginstirahatkan matanya karena sudah mendapatkan instruksi dari panitia.
.
.
.
.
Naya terbangun dari tidurnya, lebih tepatnya dia memang tidak bisa tidur. Hanya memejamkan matanya sambil memeluk Dara. Naya melihat teman-temannya yang sudah terlelap. Karena bosan dia memutuskan untuk keluar tenda, sepertinya masih ada guru yang dia di depan api unggun sambil meminum kopi.
Kebiasaan Naya dari SMP selalu sokap terhadap guru. Menurutnya itu seru. Naya pun menghampiri pak Andri, pak Yayan dan bu Rida. Yang dia ketahui adalah pak Andri adalah pembina OSIS dan bu Rida adalah pembina pramuka.
"Eehhh gugus mana kamu kenapa belum tidur?" tanya bu Rida.
"Gak bisa tidur, boleh di sini aja gak bu? Deket api unggun?" tanya Naya perlahan.
"Boleh, tapi besok apa gak ngantuk?" tanya bu Rida balik.
"Gak kok buu," jawab Naya.
"Yaudah sini deket ibu," kata bu Rida sambil menepuk sebelahnya.
Naya pun tersenyum dan duduk di sebelah bu Rida sambil memegang susu kotaknya.
Pak Andri melemparkan beberapa ubi dan singkong ke api unggun. Memang tidak afdol kalau di depan api unggun tidak membakar ubi atau singkong. Naya juga sering melakukannya.
"Pak ini kayunya," ucap seseorang sambil meletakkan beberapa balok kayu di pinggiran api unggun.
"Rajin banget, Ga," kata pak Yayan sambil menepuk bahu Raga.
Naya mendengar nama Raga langsung menatap ke sumber suara, seketika mata mereka bertemu. Raga tersenyum melihat Naya, sekarang jika bertemu Naya perutnya terasa seperti banyak kupu-kupu, namun itu bisa dinetralkan dengan wajah cool-nya.
'Kenapa ketemu dia terus sih?' Batin Naya.
Naya mencoba mengabaikan kehadiran Raga dan Raga pun duduk di sebelah Naya, lalu disusul pak Yayan yang duduk di sebelah Raga.
"Kamu yang hilang bareng Raga kemarin kan?" tanya pak Yayan yang seketika memecahkan lamunan Raga dan Naya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments