Naya membuka matanya perlahan, sambil setengah sadar dia terdiam sejenak melihat ke arah Raga yang sedang olahraga ringan. Pertanyaan di benak Naya adalah, apa semalaman pria itu tidak tidur? Setelah nyawanya sudah terkumpul dia berdiri sambil membawa jaket Raga yang semalam dia pakai untuk tidur.
"Kak," panggil Naya.
"Wah putri tidur kita sudah bangun," sahut Raga sambil bersorak.
"Apasih, Kak. Lo kenapa gak bangunin gue coba? Udah jam segini."
"Kasian, lelap banget tidurnya."
"Tapi kan kita harus cari jalan lagi buat balik ke tempat kemah," gerutu Naya sambil mengeluarkan pout-nya.
"Gampang, ini udah terang. Jadi bisa mudah cari jalan keluarnya."
"Yaudah ayok kita cari sekarang," ajak Naya.
"Lo gak mau cari makan dulu? Kuat jalan?"
"Kuat, ayok kak. Gue gak mau di sini lama-lama."
"Yaudah ayok."
Mereka berdua pun kembali mencari jalan, untung saja semalam tidak hujan, karena jika hujan jalanan yang sudah licin ini akan bertambah licin.
"Ini tega banget guru-guru gak ada yang nyariin kita," gerutu Naya.
"Nyariin cuma emang gak ketemu aja, mana mungkin engga. Sekolah juga yang kena nanti," ucap Raga bijak.
"Iya sih. Lagian kenapa bisa coba kita nyasar. Perasan udah ikutin petunjuk."
"Gapapa sih kita nyasar, jadi gua bisa liat sisi lo yang kaya gini."
"Dih, emang modus aja kan pingin berdua sama gue."
"Engga, kalau gua modus udah gua apa-apain semalem."
"Lo macem macem gue kejar sampe dapet."
"Mau dong dikejar."
"Ihhh kakk, ah lo nyebelin." Naya berjalan mendahului Raga. Sementara si pelaku hanya tertawa melihat tingkah Naya yang menggemaskan.
Beberapa jam pun berlalu mereka bingung harus kemana lagi, seisi hutan sepertinya sudah mereka pijak tapi masih belum bertemu dengan perkemahan.
Tiba tiba ....
"NAYAAA, RAGAAA," teriak beberapa orang entah dari mana. Naya dan Raga mencari sumber suara.
"Kakkk, ada yang cariii. Tapi mereka di mana ya."
"GUA SAMA NAYA DI SINI," teriak Raga.
"GA, LO DI MANA. RAGAAAA," teriak orang orang itu lagi.
Raga dan Naya pun mencari dan mencoba menghampiri sumber suara. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan Pak Yayan, Dava dan Juna.
"Akhirnya kalian ketemu juga, kalian semalam mencari jalan pulang?" tanya pak Yayan.
"Engga pak, semaleman kita diem di tengah hutan untung bisa buat api unggun."
"Bagus, untunglah kalian baik-baik saja."
"Naya ada yang luka? Apa yang sakit? Baik-baik aja kan? Ada yang jahatin? Gak diapa-apain Raga kan?" tanya Juna bertubi-tubi.
"Yeuu emangnya gua elu, yang suka ngambil kesempatan dalam kesempitan." Raga yang tak terima pun menoyor kepala Juna.
"Udah mending sekarang kita balik ke tenda karena acaranya masih berlangsung," ucap Dava menginstruksi.
"Yaudah ayok." Raga pun mengiyakan ucapan Dava dan menggenggam tangan Naya.
Naya tanpa protes pun mengikuti Raga sambil menggenggam tangan Raga balik.
"Bentar-bentar, apa ini main gandeng anak orang," kata Juna sambil melepaskan genggaman Raga pada Naya.
Mereka bertiga pun berhenti sejenak, sementara Dava dan pak Yayan sudah berjalan jauh di depan.
"Ini anak ajaib, kalau dilepasin nanti hilang," ucap Raga datar.
"Yaudah gua aja yang jagain." Juna pun menggenggam tangan Naya sambil kembali berjalan.
"Gak bisa, dia dari kemarin sama gua," ucap Raga tak mau kalah sambil menggenggam tangan Naya satu lagi.
"Gua aja," bantah Juna tanpa menghentikan langkahnya.
"Gua!"
Naya mulai pusing melihat pertengkaran keduanya. Bagaimana bisa dia berada di antara orang-orang tidak waras ini?!
"Udah! Lepasin! Bisa jalan sendiri, berisik banget kalian," kesal Naya sambil berlari menyusul Dava dan pak Yayan.
"Gara-gara lo sih," kata Juna sambil menatap Raga tak suka.
"Lo kali, modus mulu kerjaan. Gangguin orang aja." Raga pun mengejar Naya dan meninggalkan Juna yang sedang badmood tak karuan.
.
.
.
Setelah perjalanan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di depan perkemahan. Naya menarik napasnya karena habis memanjat tebing. Untung saja ada Raga yang membantunya. Tebing itu curam sekali, bahkan hampir 90 derajat. Naya sedikit takut saat di tengah jalan karena saat melihat ke bawah tinggi sekali. Ditambah dengan tanah licin yang habis diguyur gerimis membuat jalur semakin susah saja di lewati.
Raga menatap Naya sesaat, wajahnya begitu pucat. Apa dia memiliki phobia ketinggian? Saat tadi membantunya, Raga bisa merasakan kalau tangan Naya gemetar dan berkeringat, namun lagi-lagi saat ditanya kenapa Naya tidak menjawab apapun.
Setelah selesai mengatur napas, Naya memilih untuk kembali masuk ke perkemahan di temani oleh Raga dan Juna dari belakang. Mereka berdua saling bertatapan tidak suka, apalagi Juna yang tidak suka kalau Raga dekat dengan incarannya.
"Lo gak apa-apain Naya kan?"
"Gak lah, mesum banget otak lo. Tanya aja anaknya," kesal Raga yang langsung pergi meninggalkan Juna ke tenda panitia.
Naya langsung berlari ke tendanya, melihat teman-temannya sedang sibuk dalam pikiran mereka masing-masing. Bagaimana tidak? Naya sampai sekarang belum ditemukan, mereka sangat khawatir dan takut jika Naya kenapa-kenapa, apalagi hutan di sini cukup rimba.
"DORR." Naya pun mengagetkan ketiga temannya sambil tertawa karena mereka spontan kaget.
"Nayaaaaa, lo kemana aja anjirr." Bila, Dara, dan Kanya pun langsung memeluk Naya.
"Aishhh lepas-lepas, gue sesak napas ini," kata Naya ambil mencoba melepaskan pelukan mereka.
"Gue nyasar tau, untung gak sendirian. Kalau sendirian gue gak tau deh nasibnya gimana," lanjut Naya
"Kak Raga baik-baik aja?" tanya Dara.
"Lo mah bukan nanyain temen malah nanyain kak Raga," kata Kanya sambil menoyor kepala Dara.
"Yeuu, kan Naya udah ada di depan mata. Baik-baik aja, lemot banget lo, Nya," kesal Dara.
"Oiya juga ya, hehe." Kanya pun hanya cengengesan dibuatnya.
"Kenapa bisa nyasar sih? Lagian sih lo, sibuk sama kamera. Jadi aja ketinggalan." Bila terus memeluk Naya seperti sangat takut kehilangan.
"Gak tau, pita merahnya gak ada. Jadi aja kita nyasar ke hutan. Terus gelap banget, yaudah kita buat kemah di tengah hutan. Untung aja gue gak di apa-apain."
"Untung lo sama kak Raga, kalau sama kak Juna yang ada lo di modusin." Dara pun mengusap punggung Naya sambil memberikan Naya segelas susu hangat.
"Aaa perhatian banget sih Dara, makasihh." Naya pun menerima susunya lalu meminumnya perlahan.
"Kok lo gak buatin gue sih?" Kanya melirik sinis ke arah Dara.
"Nyasar dulu, baru gue buatin," ucap Dara santai.
Mereka pun lalu tertawa bersama melihat kelakuan Dara dan Kanya. Naya sangat beruntung memiliki teman seperti mereka sekarang. Selain perhatian, mereka juga sangat peduli pada Naya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments