Pertolongan

Saat di perjalanan Naya membuka ponselnya, melihat notifikasi mengikuti pada akun instagramnya. Cukup berisik dan membuat dia penasaran.

Arxjuna mengikuti anda

Tama Anggara mengikuti anda

Jasmine Diana mengikuti anda

Naya sedikit mengerutkan keningnya, 3 notifikasi mengikuti teratasnya ternyata kakak seniornya di sekolah. Naya sedikit overthinking kalau dirinya menjadi bahan pembicaraan mereka. Sedikit menghela napas, Naya pun mengkonfirmasi permintaan mengikutinya, karena akun Naya diprivate.

Sesampainya di minimarket, Naya memasukan apa yang dia butuhkan ke dalam keranjang. Tidak lupa dengan pesanan Hana, jika lupa tentunya sudah pasti Hana akan memusuhinya 2 abad. Berbeda 2 tahun dengan Hana, jadi Naya harus lebih ekstra sabar menghadapi anak baru gede tersebut.

Setelah selesai membayar, Naya memutuskan untuk cepat pulang. Jalanan sudah semakin sepi, namun Naya bukanlah orang yang penakut, di emanin dengan earphone dan lagu kesukaannya Naya berjalan menelusuri sepinya malam.

Tiba-tiba segerombol pria menghampiri Naya, dengan pakaian yang urakan membuat Naya sedikit cemas saat ini.

"Neng cantik mau kemana malem-malem gini?" tanya salah satunya, sambil mencolek dagu Naya.

"Apasih, gak usah sokap." Naya mencoba menepis tangan pria itu dan menerobos mereka untuk segera pergi.

Namun tangan Naya dicekal oleh dua orang. Tenaga mereka jauh lebih kuat dibandingkan Naya. Ditambah bau alkohol dari mulut mereka, Naya menyadari kalu mereka sedang mabuk.

"Sombong banget, ayok di sini dulu aja. Temenin kita-kita iya gak, Bree?" kata si rambut gondrong yang disambut gelak tawa dari yang lainnya.

"Lepasin atau teriak nih, tolonggg!!" teriak Naya yang masih mencoba melepaskan cengkraman mereka.

Karena sepi, tidak ada satu orang pun yang mendengar teriakan Naya. Naya mulai merasa ketakutan, bagaimana bisa dia menghadapi segerombolan pria mabuk sekarang ini?

"Berani kok sama cewek, lawan gua."

Tiba-tiba seseorang memberhentikan motor sport-nya di depan mereka sambil berteriak. Dia mencoba membantu Naya dan menghajar para pemabuk itu, Naya tidak bisa melihat adegan baku hantam itu, dia terlalu takut.

"Gak usah ikut campur, mending ente pergi kelonan sama emak." Mereka tertawa meremehkan.

Satu pukulan tepat di wajah pria itu, namun dia tidak menyerah dan langsung menghabisi mereka hingga membuat mereka kewalahan.

"Pergi lo semua, jangan gangguin dia lagi atau gua habisin!" Ancamnya.

Mereka pun pergi dari tempat itu dan meninggalkan Naya. Naya yang masih ketakutan hanya mematung di tempatnya.

"Gapapa, 'kan?" tanya pria itu.

"Gak, gapapa. Makasih yaa." Naya menatap pria itu, dia merasa mengenali seseorang yang ada di hadapannya. Dia terus menatap orang itu dengan tatapan bingung.

"Raga, yang kemarin di sekolah." Raga kembali mengulurkan tangan kepada Naya.

Merasa tak ada jawaban, Raga meraih tangan Naya dan berjabat tangan.

"Raga Putra Pratama, kelas 11 Ipa 2." Raga menegaskan kalimatnya.

"Naya," Naya langsung melepaskan tangannya dari Raga.

"Lo anti banget sama gua ya?"

"Hah? E-enggak kok. Btw makasih ya kak, udah nolongin saya."

"Formal banget pake saya-saya. Santai aja kali."

"Takut dibilang gak sopan aja sih." Naya bicara realistis.

"Gak, santai aja gua gak gila hormat. Mau pulang?"

"Iya, ini mau pulang. Rumah say- eh gue gak jauh dari sini kok, Kak."

"Gua anter ya?" tawar Raga.

"Ehh, gak usah. Bentar lagi nyampe kok. Gue bisa pulang sendiri."

"Udah, gua anter. Ntar kaya tadi lagi emang lo gak takut? Ayok."

Raga kembali memakai helm dan menaiki motornya. Sementara wanita yang dia ajak malah masih mematung di tempatnya.

"Gak usah kak, gue pulang sendiri aja. Sekali lagi makasih."

Naya pun tersenyum lalu meninggalkan Raga. Bukan jual mahal, tapi dia tidak mau terlalu dekat dengan makhluk Adam mana pun. Namun, bukan Raga namanya jika menyerah begitu saja, bukan apa-apa tapi dia khawatir jika kejadian tadi terulang kepada Naya.

"Dasar cewek, apa-apa harus dibujuk. Oke, jangan panggil gua Raga kalau gak bisa buat dia bareng gua," gumam Raga pelan.

Raga pun mengikuti Naya menggunakan motornya. Hingga dia kini berdampingan dengan langkah Naya. Naya yang melihat itu pun sedikit terkejut, kenap seharian ini dia bertemu dengan orang-orang aneh?

"Lo ngapain deh kak, ngikutin gue?" tegur Naya tanpa menghentikan langkahnya.

"Biar lo aman sampai rumah, gua kakak kelas lo. Mana mungkin biarin adek kelasnya dalam bahaya."

"Rumah gue deket, gue juga gak akan kenapa-kenapa kak."

"Di mana rumah lo?"

Naya menghentikan langkahnya dan menghadap ke Raga.

"Pondok Raya Regency, udah kan? Mending lo pulang kak. Udah malem," tegas Naya.

"Jauh dodol, cepet naik gua anterin sampai depan rumah lo."

Naya menghembuskan napasnya kasar. Pria di depannya ini sungguh keras kepala.

"Keras kepala banget," gerutu Naya pelan.

"Gua denger loh. Lo juga keras kepala."

Naya hanya bisa mendengus mendengar ucapannya. Tentu, Naya adalah si batu paling keras menurut survey teman-temannya.

"Ayok naik, gua gak gigit elah. Bukan tukang modus juga," lanjut Raga meyakinkan.

"Yaudah iyaa," kesal Naya, sementara Raga hanya bisa tersenyum penuh kemenangan.

Setelah dirasa nyaman, Raga pun melajukan motornya. Tidak ada percakapan di antara mereka. Mereka berdua hanyut dengan pikiran masing-masing.

"Pagar hitam, rumah gue di situ, Kak," interupsi Naya kepada si pengemudi.

"Oke." Raga pun menghentikan motornya di depan pagar, lalu satpam membukakan gerbang.

Raga kembali melajukan motornya ke dalam dan menghentikannya di teras depan rumah Naya.

Raga memperhatikan sekelilingnya, rumah yang cukup mewah dengar desain modern, ditambah ada taman kecil di depan rumah yang membuat rumah ini terlihat nyaman. Naya pun turun dan berdiri di samping Raga.

"Makasih kak, udah anterin gue," ucap Naya.

"Makasih terus, udah kebanyakan nanti gue susah kembaliinnya."

"Yaudah iyaa maaf."

"Lo gak nyuruh gua masuk gitu?" ,

"Gak, udah malam."

"Tapi gua mau ditawarin, bm nih gua."

"Ck, mau masuk dulu?" tanya Naya sambil berdecak pelan.

"Gak, udah malam." Raga menjawab sambil nyengir.

Naya hanya bisa mengeluarkan roleeyes-nya, untuk apa dia minta ditanya kalau sedari awal Naya sudah bisa menebak jawabannya. Menyebalkan.

"Yaudah, pulang gih kak. Keburu malem."

Raga sangat gemas melihat wajah kesal Naya. Hingga dia tertawa kecil melihatnya.

"Yaudah, gua pulang dulu ya. Nite, Naya."

"Too."

Raga pun menyalakan motor dan melajukan motornya keluar dari pekarangan rumah Naya. Sementara Naya terus memandangi kepergian Raga.

"Cowok nyebelin." Naya pun bergegas masuk ke dalam rumah, pasalnya Hana terus memenuhi notifikasi whatsapp karena meminta coklatnya yang belum datang juga.

Naya memasuki rumahnya, setelah memberikan coklat pada Hana dia kembali ke kamarnya untuk mempersiapkan kembali barang bawaan yang besok harus dia bawa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!