Arka mengehela napas sambil memegangi sudut bibirnya yang terasa perih akibat pukulan dari Juna. "Sst ... berani beraninya dia membuat ku memar seperti ini dan mengancam ku. Kali ini aku tidak akan membiarkanmu merebut wanita milikku."
Tanpa memperdulikan lukanya Arka kembali duduk di kursi kebesarannya lalu mengambil ponselnya untuk memeriksa CCTV villa yang terhubung ke ponselnya, moodnya benar benar berantakan karna kedatangan Juna dan ia butuh sesuatu untuk meredakan kekesalannya itu.
"Kenapa dia bisa semenggemaskan itu," gumam Arka, entah apa yang ia lihat di layar ponselnya itu sampai membuatnya tersenyum, hal yang selama beberapa bulan ini tidak pernah ia lakukan.
Rey yang baru saja masuk ke ruangan sang CEO di buat melongo melihat tingkah Arka yang sedang senyum senyum sendiri seperti ABG yang baru merasakan jatuh cinta.
"Ada apa dengan tuan? Itu bukan karna pukulan dari pria tadi kan?" gumam Rey, pemandangan yang ia lihat saat ini benar benar pemandangan yang sangat langka. Bahkan tuannya itu sampai tertawa sambil menatap ponselnya.
Sementara Arka yang tidak menyadari keberadaan Rey, tetap fokus memantau kegiatan Mita yang sedang menari sambil bernyanyi di dalam kamar dengan suara falsnya, istrinya itu juga terus mengumpat tentang dirinya, bahkan ia mengatakan ingin menendang bokongnya.
"Astaga ... sepertinya aku terlalu mengkhawatirkan wanita itu, aku lupa kalau dia adalah Mita si wanita gila, tolong hentikan nyanyian mu itu, kamu memang lebih cocok menjadi seorang petarung dari pada seorang penyanyi."
"Wah berani sekali dia ingin menendang bokongku yang berharga, dasar wanita bar bar awas saja aku pasti akan memberikanmu hukuman yang setimpal setelah ini," Arka terus bergumam tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari ponselnya.
Rey yang khawatir mendekat ke meja kerja Arka. "Tu–tuan, apa anda baik baik saja?" tanya Rey.
Arka pun menghentikan kegiatannya memantau sang istri saat mendengar suara sekretarisnya, ia tetap terlihat tenang dan kembali memasang wajah datarnya.
"Sejak kapan kamu berdiri di sana?" tanya Arka dingin.
"Sejak tuan senyum senyum sendiri seperti orang gila," ingin sekali Rey menjawab seperti itu, tapi ia tidak berani dan hanya mengucapkannya dalam hati.
"Baru saja tuan," jawab Rey.
"Oh ... ada apa?" tanya Arka kembali.
"Maaf tuan di depan ada nona Clarisa, dia ingin bertemu dengan Tuan," ucap sekretaris Rey.
"Ck, mengganggu saja," gumam Arka lalu mematikan ponselnya.
"Biarkan dia masuk," perintahnya pada sekretaris Rey.
Rey pun keluar dan mempersilahkan Clarisa untuk masuk.
Dengan gaya yang terlihat anggun Clarisa masuk ke ruangan Arka sambil menenteng sebuah paper bag yang berisi bekal makan siang untuk Arka.
Clarisa sangat terkejut saat melihat luka lebam di wajah Arka. "Wajah Kakak kenapa? Kakak habis berantem?" tanya Clarisa hendak menyentuh wajah Arka yang terluka, dengan gerakan cepat Arka menepis tangan Clarisa.
"Duduklah," ucap Arka.
"Tapi luka kakak harus di obati."
"Tidak perlu ini hanya luka kecil," tolak Arka.
"Tapi–"
"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Arka memotong ucapan Clarisa tanpa melihat orang yang ada di hadapannya.
"Aku sengaja datang ke sini untuk membawakan makan siang untuk kak Arka, kata Tante kakak suka melupakan makan siang kalau sudah fokus dengan berkas berkas itu. Walaupun sibuk Kakak juga harus tetap makan, jangan sampai kakak sakit," ucap Clarisa tanpa memperdulikan sikap dingin Arka, ia tetap menunjukkan senyum termanisnya, walaupun Arka tidak melihatnya.
"Aku masih banyak pekerjaan, dan aku belum lapar," ucap Arka tetap dingin.
"Kak," Clarisa mengehela napas melihat sikap acuh Arka. "Sampai kapan Kakak akan bersikap seperti ini, biar bagaimana pun aku ini adalah tunangan kakak jadi cobalah untuk bersikap baik padaku. Apa kakak masih belum bisa melupakan wanita itu?" ucap Clarisa, ia sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya karna sikap Arka.
Arka yang tidak ingin berdebat akhirnya mau tidak mau beranjak ke arah sofa, dan memakan makanan yang di bawa Clarisa.
"Aku sudah selesai makan, sekarang kamu sudah bisa pergi," ucap Arka langsung.
"Apa kakak mengusirku?"
"Pekerjaanku masih banyak, aku tidak ingin di ganggu," jawab Arka lalu ia pun kembali ke meja kerjanya.
"Sabar Clarisa, kamu harus bisa mengambil hati Arka, jika ingin menjadi nyonya muda Dinata." batin Clarisa.
"Kalau gitu aku pamit," ucap Clarisa lalu ia pun beranjak dari ruangan Arka.
"Sial jika bukan karna kamu seorang pewaris dari keluarga Dinata aku tidak akan sudi melakukan hal hal seperti ini," gumam Clarisa setelah masuk ke dalam mobil sambil melempar kotak bekal yang di bawanya. Ia sebenarnya sangat kesal dengan sikap Arka yang selalu acuh dan terkesan tidak peduli padanya.
-
-
Malam harinya di villa.
Seharian ini Mita hanya melakukan hal hal yang tidak penting untuk menghilangkan rasa bosan dan kesepian yang ia rasakan, bahkan pelayan pribadinya yang katanya akan menemaninya menghabiskan waktu tiba tiba saja pulang setelah mendapatkan telpon dari seorang dan ia pun kembali menyendiri di tempat asing ini.
Mita berdiri di balkon kamarnya, entah kenapa ia sangat suka melihat langit di malam hari, bahkan ia lebih suka jika malam tiba, karna ia dapat merasakan ketenangan saat malam.
Mita memejamkan matanya, ia merentangkan tangannya sambil menarik napas dan membuangnya perlahan.
Tiba tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya
"Maaf Nona menggangu anda," ucap seorang pelayan tiba tiba masuk ke kamar Mita.
"Ada apa bik?" tanya Mita pada pelayan tersebut.
"Ini ada telpon dari tuan Arka," pelayan tersebut menyodorkan ponsel miliknya pada Mita yang mengerutkan keningnya bingung.
Meskipun bingung Mita tetap mengambil ponsel tersebut.
"Hallo," ucap Mita menempelkan ponsel tersebut di telinganya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Arka.
"Tidak ada," jawab Mita seadanya.
"Ingat jangan coba coba untuk kabur," ucap Arka.
"Bukankah aku sudah bilang selama keselamatan keluargaku terjamin, aku tidak akan pernah pergi dari tempat ini," ucap Mita.
"Lalu apa yang sedang kamu pikirkan barusan, kamu terlihat seperti sedang merencanakan sesuatu," tanya Arka.
"Kamu terlalu sok tahu tuan ... ."
"Bahkan aku juga melihat kamu menangis sambil menatap langit," ucap Arka kembali.
"Bagaimana kamu bisa tau? Jangan bilang kamu juga memasang CCTV di kamar ini," dengan ekspresi terkejut Mita memeriksa setiap sudut ruangan tersebut.
"Hem," ucap Arka.
"Arka Kurniawan! jangan diam saja cepat jawab! Apa kamu memasang CCTV di kamar ini juga?" tanya Mita yang tanpa sadar meneriaki Arka.
"Iya," jawab Arka. "Tapi kamu jangan berpikiran yang macam macam, aku melakukan hal itu agar bisa mengawasi mu," ucap Arka tetap terdengar santai.
Mata Mita membulat sempurna mendengar ucapan mantan kekasih yang kini telah menjadi suaminya.
"Apa kamu juga dapat melihat saat aku berganti ba–" Mita tidak melanjutkan ucapannya saking malunya, ia tidak bisa bayangkan jika Arka benar benar melihatnya.
"Tentu saja, tapi tenang saja aku sama sekali tidak bernafsu melihat dada rata mu itu, benar benar tidak ada yang menarik," jawab Arka dengan santainya.
"Kau benar benar mesum Ar ..." ucap Mita yang sudah memerah karna malu bercampur rasa kesal karna Arka mengatainya rata, jika itu dulu ia pasti akan menendang bokong pria itu.
"Kau semakin berani ya ... sepertinya aku harus memberikan mu hukuman," ucap Arka tiba tiba.
Mita yang menyadari kesalahannya langsung menutup mulutnya rapat, karna kesal ia kelepasan menyebut Akra mesum.
"Maaf aku tidak bermaksud mengatakannya," ucap Mita. Minta maaf adalah jalan ninjanya di saat ia mulai merasa terancam.
"Buatkan aku tiga menu makan malam," ucap Arka.
"Makan malam?" tanya Mita bingung, bagaimana tidak, jarum jam telah menunjukkan pukul setengah dua belas dan Arka memintanya untuk memasak.
"Iya aku ingin kamu memasak tiga menu untukku dan harus jadi sebelum aku sampai di rumah, dan jika kamu menolak aku akan menambahkan hukumannya."
"Baik tuan muda yang terhormat, perintah anda akan segera saya laksanakan." ucap Mita langsung saja mematikan sambungan telponnya dan mengembalikannya pada pelayan yang sejak tadi dibuat melongo melihat Mita yang begitu berani pada tuannya itu.
"Dasar pria kejam!" ucap Mita kesal sambil mengayunkan kakinya ke depan membayangkan kalau ia sedang menendang bokong Arka.
Bersambung . . . . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Dehan
arka,, arka,, dicari tahu dulu juna itu siapa.. jangan asal marah2 aja
2022-10-29
0
mom mimu
mesumnya juga sama istri sendiri Mit 😁😁semangat kak Fitt 💪🏻💪🏻💪🏻🌹🌹
2022-10-06
1
Sri Mulyati
nanti kalau ketemu tendang aja Mitha bilang Ndak sengaja 🤭🤭🤭
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-10-06
3