Setelah seharian bekerja dengan penuh semangat, akhirnya Clarissa pulang ke rumah dengan sisa tenaga yang ada. Bekerja di kota besar yang terkenal dengan kemacetan lalu lintas membuat wanita itu harus rela terjebak macet selama hampir satu jam lamanya. Padahal, jarak antara kantor dengan apartemen miliknya tidak terlalu jauh hanya memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit mengendarai kendaraan roda dua.
"Selamat malam, Nona Clarissa. Mau saya buatkan jus mangga atau matcha hangat?" Seorang pelayan menyambut kedatangan Clarissa dengan ramah.
Di apartemen itu Clarissa tidak tinggal sendiri. Ia ditemani dua orang pelayan wanita untuk mengurusi segala kebutuhannya.
Clarissa memutuskan tinggal di apartemen demi memuluskan misi balas dendam. Ia tak mau jikalau Sean ataupun orang lain curiga kalau ternyata nona muda itu adalah putri dari seorang pengusaha sukses di bidang kontruksi. Kendati begitu, Alvin tetap mengawasi putrinya dari kejauhan, mengunjunginya satu minggu dua kali untuk sekadar melihat keadaan anak bungsunya tersebut.
Dengan wajah letih serta tenaga yang tersisa, Clarissa tersenyum samar dan membalas sapaan pelayan itu. "Selamat malam, Isma. Ehm ... tolong kamu buatkan aku matcha hangat tanpa ditambah gula. Setelah itu letakkan di atas nakas kamarku!"
Isma tersenyum sambil membungkuk hormat. "Baik, Nona."
Berendam di dalam bath tub dengan air hangat dicampur sabun dan essential oil aroma lavender, salah satu bunga yang diyakini dapat mengurangi stres dengan cara menurunkan darah tinggi dan denyut jantung serta meregangkan otot yang tegang.
Clarissa menghirup aroma harum bersumber dari sabun yang dipadukan dengan minyak esensial sambil memejamkan mata. Sungguh, ini merupakan hari terberat dalam hidupnya selama ia bekerja sebagai seorang sekretaris. Mengikuti ritme kerja Sean membuat wanita itu sedikit kewalahan. Akan tetapi, karena tekadnya sudah bulat ia belajar 'tuk mengerti apa yang diinginkan oleh bos-nya itu.
Seorang anak kecil bermain di tengah hamparan taman bunga beraneka ragam warna. Ia berlarian seorang diri mengelilingi luasnya kebun bunga dengan warna warni indah. Tawa riang terdengar dari bibirnya yang mungil. Wajahnya tampak begitu bahagia.
"Yeah, aku bisa menangkap capung ini!" Gadis mungil bersorak gembira ketika ia berhasil menangkap satu ekor capung yang kebetulan hinggap di dahan daun. "Mommy, lihat! Aku dapat menangkap capung ini!" serunya pada seorang wanita cantik bermata almond.
Wanita cantik itu menoleh. Binar matanya berbinar terang laksana sinar matahari yang bersinar di siang hari, ia tersenyum ketika melihat gadis kecil berambut panjang dikepang dua menunjukan hasil kerjakerasnya selama beberapa menit lalu.
Dengan lemah lembut, wanita itu berkata. "Wah, kamu hebat sekali, Sayang!" serunya sambil mengacungkan dua ibu jari tangan ke udara. Angin kencang berembus membuat helaian rambut wanita itu menutupi sebagian wajahnya yang cantik bagai Dewi Aphrodite.
Gadis kecil itu berlari menghampiri mommy-nya, tanpa melepaskan hewan yang ia tangkap barusan. "Lihatlah, Mommy! Capung ini, indah sekali ya?" Bergelayut manja di pangkuan sang mommy. Bibirnya yang mungil terus berucap. Meskipun wajah gadis kecil itu tidak terlalu jelas karena terhalangi sinar terang yang menyilaukan pandangan, tetapi si wanita sama sekali tak merasa terganggu sedikit pun.
Jemari lentik mengusap rambut harum aroma khas anak-anak. Mengecup puncak kepala dengan penuh cinta. "Benar, Sayang. Tapi, kamu tidak boleh membawanya pulang ke rumah. Kasihan dia jika harus berpisah dengan keluarganya. Dia ... pasti bersedih karena terpisah dari Papa dan Mama-nya."
"Coba kamu bayangkan, bagaimana perasaan capung ini berpisah dengan kedua orang tuanya. Pasti sedih sekali, 'kan?" Gadis kecil itu menganggukan kepala sebagai jawaban.
"Jadi, aku tidak boleh membawa pulang capung ini, Mommy?" Tampak jelas raut kekecewaan terlukis di wajah. Ia menunjukan capung itu sambil duduk manis di pangkuan mommy-nya.
"Benar, Sayang. Biarkan capung ini terbang bebas di alam luas, bermain bersama teman-temannya, bertemu dengan keluarganya sama seperti kamu."
"Ya sudah, kalau begitu aku lepaskan dia lagi di tempat semula agar dapat berkumpul lagi bersama keluarganya." Meskipun bersedih karena diminta melepaskan hewan tangkapannya, tetapi gadis kecil itu menuruti perintah si wanita bermata almond.
"Anak pintar!" ucap wanita itu.
Lantas, gadis kecil berambut panjang dikepang dua bangkit dan berlari kecil menuju tempatnya semula. Ia melepaskan hewan tangkapannya sambil berteriak. "Dadah, capung! Hati-hati di jalan. Maafkan aku karena telah menangkapmu!" Jemari mungil itu melambai ke arah capung yang entah terbang ke mana. Mengulum senyum hingga memperlihatkan deretan gigi putih dan tersusun rapi.
"Mommy, aku sudah melepaskannya. Hebat 'kan, aku?" teriaknya dari arah depan sana.
Berkata sedikit berteriak, "Kamu memang hebat, Nak. Mommy bangga kepadamu, Sayang!"
Setelah merasa puas bermain, gadis kecil itu hendak berlari menghampiri sang mommy. Namun, tiba-tiba saja tangan seseorang menarik lengannya.
"Lepaskan, aku! Mommy, help me!" teriaknya. Tubuh mungil gadis kecil itu meronta, berusaha melepaskan diri dari cekalan orang asing yang datang secara tiba-tiba.
Mendengar suara teriakan anaknya, wanita cantik dalam balutan dress berwarna putih dengan hairpiece bunga warna warni menoleh. Ia tampak terkejut saat melihat tubuh putrinya berada dalam dekapan seorang wanita yang wajahnya tak begitu asing.
Cukup keras berpikir, hingga akhirnya ia tahu siapa wanita itu. Bola mata almond terbelalak sempurna dengan rahang terbuka lebar.
"Kamu ...." ucapnya lirih.
"Benar, ini aku! Do you miss me, Baby?" tanya wanita jahat itu. Menyeringai sinis sambil terus mencekal lengan gadis kecil berusia tiga tahun.
Belum sempat si pemilik mata almond menjawab, suara gadis kecil menginterupsi percakapan mereka. "Mommy, help me! Lepaskan aku dari Tante jahat ini!" teriaknya.
Merasa nyawa anaknya terancam, wanita cantik itu begitu panik. Air muka kecemasan tergambar jelas di wajahnya yang putih mulus bagai porselen. "Lepaskan anakku! Jangan pernah kamu sakiti dia! Jika tidak, aku akan melenyapkan nyawamu!" ancamnya dengan meninggikan nada suara.
Namun, wanita jahat itu sama sekali tak terprovokasi. Terus tersenyum licik karena berhasil merebut kembali apa yang dimiliki oleh rivalnya. "Aku tidak akan pernah melepaskan anak ini! Selamanya, kamu tidak dapat bertemu lagi dengannya!" Tertawa jahat sambil menatap tajam ke arah si pemilik mata almond.
Kemudian, ia mengeluarkan suatu benda dari balik blazer yang digunakan. Benda itu begitu mengkilat saat terkena pantulan sinar matahari.
"Tidak! Jangan sentuh anakku!" teriaknya seraya berlari ke depan.
Akan tetapi, dia terlambat. Benda tajam terbuat dari stainless itu telah mengenai bagian perut si kecil. Dress putih yang dikenakan berubah warna menjadi merah. Darah segar terus mengalir. Gadis kecil itu terkulai di atas rerumputan hijau dengan wajah yang berubah pucat pasi.
"Say good bye to your Mommy, Sweetheart!"
"Tidak! Anakku!" teriaknya histeris.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
Clarissa .... si anak kecil dgn rambut di kepang itu ? 🤔
2023-02-11
0
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😊👍🏻
2022-09-15
1