Satu buah unit kendaraan roda empat baru saja berhenti tepat di depan pintu masuk sebuah rumah mewah dua lantai bergaya Mediterania, yaitu konsep rumah modern nan elegan tetapi klasik. Bagian depan rumah tersebut tampak menarik sekali, terlihat atap bagian depan berbentuk segitiga sama kaki yang ditopang oleh delapan buah pilar berukuran besar, menjulang tinggi ke atas. Desain pintu dan jendela diberi hiasan atau ornamen sebagai salah satu ciri khas rumah bergaya Mediterania. Selain itu, terdapat satu buah lampu kristal menjuntai ke bawah berwarna keemasan sehingga memberikan kesan mewah bagi siapa saja yang melihatnya.
Setelah mobil itu berhenti sempurna, Burhan bergegas turun dan membukakan pintu untuk kedua majikannya yang duduk di kursi penumpang. "Silakan, Tuan," ucapnya pada pria bertubuh jangkung dengan tinggi badan 180 cm.
"Terima kasih," ujar pria tampan yang duduk di kursi belakang sembari turun dari mobil.
Sean Anderson. Begitulah kedua orang tuanya memberikan nama itu kepada sang anak. Sean dalam bahasa Ibrani jika diartikan secara harfiah memiliki makna 'yang diberkahi oleh Tuhan'.
David Anderson, pebisnis rumah sakit serta alat kesehatan sengaja memberikan nama itu kepada anak semata wayangnya, berharap agar pewaris tunggal Anderson Grup dapat tumbuh menjadi anak yang taat terhadap Tuhan, diberikan kebahagiaan, keberkahan dan selalu membantu orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan.
"Daddy, apakah ini rumah yang ditinggali oleh Grandma Anita?" Suara khas anak kecil berusia lima tahun mengalihkan perhatian Sean yang saat itu tengah memandangi rumah dua tingkah yang sudah lima tahun lamanya ia tinggalkan.
Pria berwajah blasteran itu tersenyum seraya menatap iris coklat milik sang anak. "Benar, Sayang. Ini rumah Grandma Anita, Mama-nya Daddy." Mengulurkan tangan kekar, mengusap lembut puncak kepala anak kesayangannya.
Walaupun sikap Sean terkesan dingin terhadap semua orang, tetapi ia bersikap hangat kepada kedua orang tuanya serta buah cintanya bersama mendiang istrinya yang telah lama meninggal dunia akibat mengalami pendarahan saat melahirkan si kecil, Xena.
Tubuh mungil itu turun dari gendongan, kemudian berdiri di samping Sean. "Ayo, Daddy, kita masuk ke dalam! Aku ... sudah tidak sabar ingin bertemu Grandma Anita," ucapnya tak sabar. Jemari mungil itu menggenggam tangan ayah-nya seraya melangkah maju ke depan.
Karina, istri kedua Sean mendengkus kesal karena sikap Xena sama saja seperti ayah-nya, seakan tak pernah menganggap bahwa dirinya hadir di tengah-tengah mereka berdua.
"Ayah dan anak sama saja sikapnya, tak pernah menghargai keberadaanku!" gumam wanita itu lirih. Meremas kedua tangannya satu sama lain, mengurai emosi dalam diri. Setelah itu, mencoba tersenyum dan bersikap biasa saja meski dalam hati ingin sekali memarahi anak tirinya itu karena telah bersikap tidak hormat kepadanya.
"Selamat malam, Tuan Sean, Nyonya Karin dan Nona muda Xena." Pelayan menundukan kepalanya, menyapa dan menyambut ketiga majikannya dengan ramah.
"Selamat malam. Apakah Mama dan Papa-ku ada di dalam?" tanya Sean memastikan kalau kedua orang tuanya ada di dalam rumah.
Walaupun ia tahu David dan Anita tak pergi ke mana-mana, tetapi pria tampan yang wajahnya mirip dengan salah satu aktor dan model terkenal, Nick Bateman, memastikan kembali keberadaan orang tuanya karena takut mereka ada urusan mendadak di luar rumah.
Dengan ramah, pelayan itu menjawab. "Ada, Tuan. Nyonya dan Tuan besar di ruang keluarga, sedang menunggu kedatangan Tuan Sean beserta keluarga."
"Ya sudah, kamu tolong bawakan koper kami di bagasi. Kemudian taruh di dalam kamar." Masih menggenggam jemari mungil Xena, Sean melangkah meninggalkan kepala pelayan. Teringat akan sesuatu, ia menghentikan langkah dan membalikan badan perlahan. "Untuk koper Nyonya Karin, tolong ditaruh di kamar tamu!"
Karin yang berada di belakang suaminya, membelalakan mata sempurna. Tak mengira kalau Sean meminta seorang pelayan menaruh koper serta barang miliknya ke kamar tamu.
Sialan! Kenapa aku harus tidur di kamar tamu sih! Kalau begini, bagaimana mungkin aku bisa memiliki dia seutuhnya? batin Karin.
"Sean, Xena!" seru Anita kala melihat anak dan cucu kesayangannya berdiri di ambang pintu penghubung antara ruang keluarga dengan ruang tamu. Wanita itu bangkit dari sofa, lalu memeluk anak semata wayangnya yang telah lama tinggal di Amerika untuk membantu mengurusi perusahaan milik ayah mertuanya. "Mama kangen sekali padamu, Nak."
"Aku pun sangat merindukan Mama." Membalas pelukan Anita dengan erat. Mengusap punggung wanita paruh baya itu dengan sangat lembut.
"Halo, cucu Grandma!" Anita menyentuhkan lutut di atas lantai agar tingginya sejajar dengan Xena. "Kamu pasti lelah ya berada di dalam pesawat hampir seharian?" Membenarkan poni gadis kecil itu yang terlihat sedikit berantakan.
Bola mata indah mengerjap seraya tersenyum lebar ke arah Anita. Anak perempuan yang sangat cantik seperti daddy-nya menjawab, "Benar, Grandma. Aku bosan sekali berada di dalam pesawat. Tubuhku lelah, tetapi sangat bahagia karena bisa bertemu dengan Grandma Anita dan Grandpa David."
Anita semakin mendekatkan diri, membawa tubuh mungil itu dalam pelukan. Mengecup kening Xena dengan penuh cinta. Tampak gadis kecil itu begitu bahagia bertemu dengan neneknya. Selama ini kedua orang tua Sean kerap kali mengunjungi anak, menantu serta cucunya di Amerika, meski hanya setahun tiga kali karena terkendala jadwal pekerjaan yang padat namun mereka tetap bahagia karena bisa berkumpul bersama orang tersayang.
"Kamu semakin cantik, Xena." David mencubit hidung mancung Xena dengan gemas. Cucu perempuannya itu tampak lucu dan menggemaskan seperti boneka hidup.
"Terima kasih, Grandpa. Grandpa David juga semakin tampan." Membalas pujian sang kakek.
Suasana rumah yang sepi seketika berubah ramai setelah kehadiran Xena di rumah itu. Terdengar suara gelak tawa memenuhi penjuru ruangan, membuat hati Anita dan David terasa bahagia karena di hari tuanya bisa berkumpul lagi dengan anak, cucu serta menantunya.
"Bagaimana dengan kabarmu, Nak? Apakah kamu puas tinggal selama lima tahun lamanya di negeri Paman Sam?" tanya David setelah Xena diantar baby sitter-nya masuk ke dalam kamar. Di ruang keluarga hanya ada David, Sean, Karin. Sedangkan Anita menemani Xena tidur di kamar gadis kecil itu.
"Ya begitulah, Pa. Setidaknya aku bisa sedikit melupakan kesedihanku atas kepergian Sabrina. Di sana, aku menenggelamkan diri dengan berbagai kesibukan hingga tak ada waktu untuk memikirkan istriku yang telah lama meninggal dunia," tutur Sean jujur, tanpa ada yang ditutupi.
Karin yang sejak tadi terdiam segera berdehem, seakan ingin memberitahu pada David dan Sean bahwa ada dia di antara mereka. Berharap agar kedua pria itu menghargai dirinya sebagai nyonya muda Anderson.
David mengalihkan pandangan menatap Karin, wanita pilihan istrinya untuk menggantikan Sabrina--sang menantu kesayangan. Dengan nada dingin pria itu berkata, "Sudah lama tidak bertemu denganmu, Karin. Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja, kah?"
Karin tersenyum, kemudian menjawab. "Seperti yang Papa lihat, keadaanku sehat tanpa kekurangan sedikit pun." Tampak David menganggukan kepala. Raut wajah datar tanpa ekspresi.
Lantas, David kembali menatap wajah Sean. "Oh ya, besok lusa Papa minta kamu datang ke perusahaan. Papa akan memperkenalkanmu pada seluruh karyawan agar semua orang tahu kalau tanggung jawab Anderson Grup telah diserahkan sepenuhnya kepadamu. Kelak, kamu yang memimpin perusahaan, membawa ratusan pekerja menuju masa depan gemilang."
Sean menghela napas dalam. Sungguh, sangat sulit sekali kembali ke Indonesia sebab di negara inilah ia mendapatkan kebahagiaan dan kesedihan dalam waktu bersamaan. Seandainya saja bukan karena keadaan yang mendesak mungkin ia lebih memilih menetap selamanya di Amerika, mengurusi usaha milik kakek-nya dan membesarkan Xena di negeri Paman Sam.
Namun, dengan sangat terpaksa ia menerima permintaan David karena mengingat hanya dirinyalah satu-satunya anak yang dapat diandalkan untuk meneruskan kepemimpinan Anderson Grup. Oleh sebab itu, ia mengesampingkan ego demi kedua orang tuanya.
"Baiklah. Aku akan datang ke perusahaan sesuai permintaan Papa."
"Dalam waktu dekat ini, Papa pun sudah menyiapkan sekretaris yang 'kan membantumu mengurusi urusan pekerjaan. Jadi, kamu tidak terlalu sibuk dan masih bisa meluangkan sedikit waktu untuk bermain bersama Xena."
"Terima kasih, Pa, karena Papa selalu mengertiku." Sean tersenyum samar.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
oh ... xhixhi ... kirain Sean ini yg diceritain kakak othor di bab I ...
*Neng Gemoy sotoy yak .... 🙊🙊
oqei ... oqei ... duduk manis baca ceritanya ... ikutin alur yg ditulis kakak othor ... 🤭😍💝
2023-02-11
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
weewwww ... ada apa niiiii ..... di rumah ortu malah terang2an pisah ranjang ... 🤔
2023-02-11
0
Anisbian
dri bab awal ampe kesini blom nyambung critanya
2022-11-23
2