"Di Jakarta nanti, setidaknya kamu aman karena kota itu terlalu luas dan kemungkinan 'tuk dilacak oleh para mantan kekasihmu kemungkinannya sangat kecil. Selain itu, di sana kamu pun dapat melancarkan kembali misi balas dendammu, sebab target utamamu berada di kota tersebut."
Sontak, bola mata Clarissa terbelalak sempurna dengan rahang yang terbuka lebar. Jantung wanita itu nyaris saja copot dari tempatnya kala mendengar Alvin berkata jikalau target yang sesungguhnya berada di ibu kota negara Indonesia. Sumpah demi apa pun, ingin rasanya wanita muda itu menjerit dan melompat setinggi-tingginya saat ini juga saking bahagianya mendengar kabar baik dari sang papa. Bukankah ini yang ia mimpikan sejak lima tahun lalu?
Dengan bibir gemetar, dan degup jantung tak beraturan, Clarissa bertanya. "Sungguh? Papa ... tidak sedang membohongiku hanya karena muak melihat aku setiap tiga bulan sekali membalas dendam pada pasangan suami istri yang berbeda?" Memastikan apa yang ia dengar barusan bukanlah halusinasinya sesaat.
Alvin menautkan kedua alisnya, seraya menatap iris coklat milik anak kesayangannya. "Kamu lihat di bola mata Papa, apakah ada setitik kebohongan di dalam sana?" Meminta Clarissa mencari tahu sendiri tentang kebenaran dari setiap kalimat yang diucapkan oleh pria paruh baya itu.
Clarissa menuruti permintaan Alvin, membalas tatapan papa-nya. Ia tak melihat sedikit pun kebohongan di netra pria kelahiran Amerika, lima puluh tiga tahun silam. Wanita itu membeku dengan mulut terkunci rapat.
"Itulah sebabnya kenapa Papa sengaja datang dari Jakarta ke Surabaya hanya ingin agar kamu pindah ke sana. Di Jakarta, kamu bisa leluasa membalas dendam pada targetmu itu sebab Papa akan mengawasi setiap gerak gerikmu. Benar, 'kan, Pa?" Devan ikut berbicara, memberikan penjelasan pada Clarissa tujuan kedatangan Alvin yang datang secara tiba-tiba.
Alvin mengangguk. "Itu benar. Di Jakarta, Papa punya kekuasaan besar dibandingkan di sini sehingga dapat melindungimu ketika menjalankan aksi balas dendam. Kamu bisa meminta Jack kalau memang membutuhkan tenaga temanmu itu."
Tanpa pikir panjang, Clarissa menjawab. "Oke. Kalau begitu aku mau ikut Papa ke Jakarta. Jika memang target utamaku ada di sana."
"Tapi ... kamu tidak bisa menggunakan identitas aslimu sebagai putri dari seorang Alvin Smith," tutur pria berambut keperakan dengan tinggi badan nyaris mendekati 200 cm.
Clarissa mengerutkan kening sambil menatap penuh tanya tanda. "Loh, memangnya kenapa kalau menggunakan identitas asliku sebagai anak Papa? Bukankah memang dia tidak akan mengenaliku dengan penampilanku saat ini?"
Alvin bangkit dari kursi kebanggannya lagi, lalu melangkah mendekati jendela besar yang menghadap langsung ke taman belakang. Pandangan mata pria itu menatap lurus ke depan.
"Demi memuluskan aksimu, Papa rasa itulah jalan terbaik bagi kita semua." Pria itu membalikan badan, kemudian mengeluarkan amplop berwarna coklat dari dalam laci meja kerja.
Clarissa menerima amplop itu kemudian membukanya secara perlahan. Jemari lentik nan mungil mengeluarkan beberapa lembar foto sepasang suami istri muda dengan seorang anak kecil berusia lima tahun, berjenis kelamin perempuan.
Tangan Clarissa gemetar hebat disusul oleh dada yang bergerak kian kembang kempis. Sekian tahun tak mendengar kabar wanita itu, kini di tangannya terdapat lima lembar foto sebuah keluarga kecil dengan seorang gadis kecil imut dan menggemaskan. Sungguh, emosi dalam diri wanita cantik bermata almond tak dapat terbendung lagi.
"Saat ini, dia telah menikah dengan putra tunggal dari Tuan Anderson. Banyak bodyguard yang diutus untuk melindungi Nyonya Muda Anderson, dan sangat sulit bagimu mendekati wanita itu. Oleh karena itu, cara satu-satunya adalah dengan menyamar. Kamu bisa menghancurkan wanita itu secara perlahan-lahan sama seperti dulu dia menghancurkanmu, Nak."
Devan meraih lima lembar foto dari tangan Clarissa. Pria yang sebentar lagi melepas masa lajangnya mendecak kesal. "Cih! Hanya melihat fotonya saja aku sudah tahu bagaimana kepribadian wanita ini. Cewek matre yang hobinya berfoya-foya memang pantas mendapatkan balasan atas semua kejahatannya di masa lalu."
Lantas, pria itu mengembalikan kembali foto tersebut kepada Clarissa. "Cla, untuk kali ini aku mendukungmu. Aku setuju kalau kamu membalas dendam pada wanita ini." Menepuk pundak adiknya dengan lembut. "Balaskan dendammu hingga ke akar-akarnya. Jangan biarkan dia hidup bahagia di atas penderitaanmu."
Memandangi kelima foto itu dengan tatapan sinis. Kebencian, rasa sakit dan dendam semakin membara dalam diri Clarissa. Bersumpah pada dirinya sendiri akan membalas semua kejahatan orang itu tanpa memberinya ampun sedikit pun.
"Baiklah. Aku setuju dengan usulan Papa. Asalkan bisa membalas dendam, apa pun akan kulakukan."
Alvin tersenyum puas, lalu ia mendekati Clarissa dan membisikan sesuatu kepada wanita itu.
***
Sementara itu di Jakarta, dua orang dewasa dengan satu orang gadis kecil berambut pirang kecoklatan baru saja mendarat di bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya mereka tiba di tanah air dengan selamat.
"Sweetheart, kamu sudah memberitahu Mama 'kan kalau hari ini kita tiba di Indonesia?" tanya seorang wanita cantik dalam balutan pakaian dan aksesoris merk terkenal. Tas branded merk Kremes tersemat di antara ketiak dan pundaknya. Kacamata hitam bertengger di hidungnya yang mancung. Kemewahan juga terlihat dari perhiasan di tubuhnya. Mulai dari cincin, kalung, gelang dan anting semuanya bertabur berlian.
Pria tampan dalam balutan kemeja lengan pendek berwarna putih dengan dua buah kancing bagian atas dibiarkan terbuka hingga memperlihatkan rambut halus di dada melirik sekilas kepada sang wanita, lalu kembali menatap lurus ke depan.
Memasang wajah datar tanpa ekspresi, pria itu menjawab. "Bukankah kamu sendiri melihat pesan yang kukirimkan kepada Mama sesaat sebelum pesawat lepas landas? Jadi, untuk apa kamu bertanya kembali kepadaku. Buang-buang energi saja!"
Menghela napas kasar. Entah kenapa, pria itu selalu saja menjawab pertanyaan sang wanita dengan nada tak bersahabat. Walaupun sudah menikah selama lima tahun, tetapi sikap pria berdarah Amerika dari pihak sang papa tak pernah bersahabat. Selalu bersikap dingin tanpa mengulum senyum terlukis di wajah.
"Baiklah ... baiklah ... aku sadar, tidak seharusnya menanyakan pertanyaan yang sama padamu." Berusaha menahan diri agar tak terpancing emosi.
Tak ingin terjadi pertengkaran kecil di antara keduanya, si wanita melingkarkan tangan di lengan suaminya. Bergelayut manja seraya berkata, "Sudah ya, jangan marah padaku lagi. Tadi ... aku hanya ingin memastikan saja kalau Mama sudah tahu kita pulang hari ini dan mengirimkan sopir untuk menjemput kita."
"Aku cuma mengkhawatirkan keadaan Xena saja, Sweetheart. Kasihan dia sejak tadi terus merengek menanyakan kapan sampai di rumah Mama. Ini pertama kalinya dia bepergian jauh, berada di pesawat selama hampir satu hari. Jadi, aku mencemaskan gadis kecil itu." Melirik ke arah Xena yang tengah digendong oleh baby sitter. Gadis kecil itu terlelap dalam dekapan pengasuhnya.
"Tidak perlu mencemaskan keadaan putriku, dia baik-baik saja!" melepaskan jemari tangan istrinya yang melingkar di lengan. Kemudian ia kembali berkata. "Lain kali, jangan pernah bersikap manja di hadapanku sebab sampai kapan pun kamu hanya menjadi ibu pengganti bagi putriku."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nova Angel
waw
2024-05-22
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
widiiiiihhh ... ternyata pernikahannya cuma kamuflase aja toh ?? 🤔
jangan2 ... bocah itu anak nya Cla ? 🤔
2023-02-11
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
barti papa Alvin setuju yah kalo Cla balas dendam ....
ayo bikin pembalasan yg sangat sangat sangat menyakitkan, Cla ... biar 2 orang itu menderita ...
✊️✊️✊️✊️
2023-02-11
0