Dengan tergesa-gesa, seorang wanita mendekati meja Clarissa. Tangan wanita itu terulur ke depan, lalu meraih gelas berisi ice lemon tea milik Hendra. Kemudian, melemparkan isi minuman itu ke wajah sang nona muda keluarga Smith.
"Dasar pelakor! Tidak tahu malu! Berani-benarinya kamu berkencan dengan suami orang!" hardik wanita itu yang tak lain adalah istri dari Hendra. Ia memergoki suaminya tengah makan berdua sambil bermesraan dengan wanita yang usianya terpaut dua puluh tahun dari sang suami.
Memaki Clarissa dengan suara lantang hingga membuat beberapa pengunjung dan pegawai restoran menatap meja di dekat jendela besar menghadap ke jalan raya. Dari jendela besar itu, pengunjung dapat melihat keindahan kota pahlawan dari lantai dua gedung restoran berlantai tiga.
Mendapat serangan tiba-tiba dari seorang wanita asing, tentu saja membuat Clarissa cukup terkejut. Bola mata wanita itu terbelalak sempurna dengan rahang terbuka lebar. Pun begitu dengan Hendra.
Pria itu tak menduga jikalau istrinya berada di restoran yang sama dengannya. Padahal, ia secara diam-diam menghubungi Clarissa agar bertemu dengannya di restoran itu. Namun, mengapa istrinya bisa tahu kalau saat ini ia sedang berduaan dengan kekasih gelapnya? Sungguh, sebuah kebetulan yang tidak dihadarapkan.
"Memangnya di dunia ini tidak ada lagi pria lajang yang bisa kamu jadikan kekasih hingga memutuskan menjadi pelakor, heh!" berkacak pinggang seraya menatap sinis ke arah Clarissa. "Kamu itu masih muda, tetapi sudah pandai sekali merebut suami orang!"
Clarissa mengusap wajahnya yang terkena siraman air menggunakan telapak tangan. Sebagain air itu membasahi wajah dan pakaian yang ia kenakan. Beruntungnya make up wanita itu tahan air (waterproof) sehingga riasan wajahnya tak luntur meski disiram beberapa kali oleh air.
"Tampaknya, orang tuamu memang tidak pernah mendidikmu dengan baik hingga kamu menjadi jal*ng kecil yang hobi merebut suami orang!" Wanita itu kembali menghina Clarissa dengan nada sinis. Menghujam tatapan tajam ke arah wanita muda itu.
Hendra tak terima jikalau sang kekasih dihina oleh istrinya sendiri. Lantas, ia bangkit dari duduk, sambil berkata. "Mama, hentikan! Kamu tidak berhak menghina kekasihku!" teriaknya. Menggebrak meja menggunakan kedua tangan. Wajah memerah, deru napas memburu dengan dada bergerak turun dan naik.
Mirna, istri dari Hendra tersenyum sinis. Melipat kedua tangan ke dada. "Ooh ... jadi kamu mengakui kalau jal*ng kecil ini adalah selingkuhamu?"
"Hebat sekali kamu. Susah payah aku mengurusi rumah, dan mendidik anak-anak agar mereka tumbuh jadi anak yang membanggakan, tetapi kamu malah enak-enakan selingkuh dengan pelakor ini! Di mana hati nuranimu sebagai seorang suami, Mas!"
Bola mata Mirna mulai berkaca-kaca. Hati wanita itu sakit bagai ditusuk ribuan jarum kala melihat Hendra bermesraan dengan wanita lain. Di depan mata kepalanya sendiri, pria itu bersikap manis, menatap penuh cinta pada Clarissa.
"Kamu jahat, Mas. Kamu tega selingkuh di belakangku!" Mirna memukul-mukul dada Hendra. "Berengsek kamu, Mas!" Air mata wanita itu tak terbendung lagi. Ia menangis seraya meluapkan kekesalannya kepada pria yang telah dinikahinya selama dua puluh tahun lamanya.
"Hentikan, Mirna! Jangan melakukan tindakan yang hanya membuatmu malu!" Mencoba mencengkeram kedua tangan istrinya.
Akan tetapi, Mirna sama sekali tak menggubris perkataan Hendra. Ia terus memukul dan berteriak menyebut Clarissa sebagai pelakor.
Sontak, ketiga orang dewasa itu menjadi bahan tontonan seluruh pengunjung yang ada di restoran itu. Namun, anehnya, tak ada satu orang pun yang berani melerai termasuk manager restoran tersebut. Mereka tampak menikmati drama yang disiarkan secara live, layaknya tengah menonton sebuah hiburan gratis di mana temanya tentang pelakor, dan perselingkuhan.
Di saat Mirna dan Hendra tengah adu mulut, mengucapkan kata-kata tak pantas untuk diucapkan dan didengar oleh anak-anak, terdengar suara tawa menggema memenuhi penjuru ruangan. Suara tawa yang dipaksa membuat pasangan suami istri itu menoleh ke sumber suara.
"Dasar wanita sinting! Kenapa kamu tertawa, heh? Kamu pasti bahagia karena sukses merebut suamiku! Iya, kan?" teriak Mirna.
Suasana restoran kembali hening, tak ada lagi suara tawa mengerikan yang bersumber dari nona muda Smith. Menghunuskan tatapan tajam ke arah Mirna dengan sorot mata yang seakan ingin menghabisi mangsanya saat itu juga.
"Anda benar sekali, Nyonya. Saya memang bahagia karena melihat rumah tangga Anda hancur. Inilah yang saya nantikan selama tiga bulan menjalin kasih dengan Mas Hendra, suami Anda."
"Sinting! Jal*ng! Awas kamu, ya!" Mirna meringsek mendekati Clarissa, berniat melayangkan sebuah tampar keras kepada anak bungsu keluarga Smith. Namun, dengan gerakan cepat, Clarissa mencekal lengan istri sah dari kekasihnya.
"Jangan pernah sentuh wajahku dengan tangan kotormu itu, karena saya tidak sudi disentuh oleh wanita bermuka dua sepertimu!" ujar Clarissa sambil menepis telapak tangan Mirna dengan kasar.
Manik coklat Mirna melebar, tak menyangka kalau wanita muda di hadapannya berani menepis tangannya yang hendak mendarat di pipi kekasih gelap dari sang suami. Ia pikir, Clarissa adalah seorang wanita lemah yang mudah ditindas. Namun, ternyata Clarissa merupakan sosok wanita yang tak bisa ditindas oleh siapa pun.
"Kamu! Berani sekali berkata seperti itu kepadaku. Memangnya kamu tidak tahu kalau aku ini adalah--"
"Kalau Anda adalah putri tunggal dari Tuan Gunawan, pemilik perusahaan Sinar Jaya Tbk, yang bergerak di sektor pangan," sergah Clarissa cepat, tak memberikan kesempatan pada Mirna untuk menjelaskan siapa wanita yang berdiri di hadapannya. "Itu, 'kan yang ingin Nyonya jelaskan pada saya?"
"Namun, sayangnya saya sudah tahu tentang jati diri Anda yang sebenarnya. Termasuk ... perselingkuhan Nyonya dengan Tuan Wicaksono yang tak lain adalah rival Mas Hendra," cicit Clarissa seraya memperhatikan ekspresi wajah Mirna yang berubah secara tiba-tiba.
Mendengar nama rival bisnisnya disebut, Hendra menatap ke arah Clarissa dan Mirna secara bergantian. Seolah ia tengah meminta penjelasan pada dua wanita cantik di hadapannya.
"Kamu pasti tidak tahu 'kan, kalau istrimu ini selingkuh di belakangmu, Mas!" Memicingkan mata tajam ke arah Hendra. "Istrimu ini sudah satu tahun lamanya selingkuh dengan rivalmu itu. Bahkan, mereka sudah berani check in di hotel menggunakan nama samaran agar tak diketahui oleh siapa pun, termasuk kamu, suaminya."
"Bohong! Kamu jangan memfitnahku! Dasar pelakor!" teriak Mirna. "Demi menutupi aib dan kesalahanmu sendiri, tega memfitnahku di hadapan Mas Hendra!"
"Keterlaluan kamu! Sudah tahu salah malah memutar balikan fakta!" dengkus Mirna. Dada wanita itu kembang kempis. Air mukanya campur aduk antara cemas bercampur malu. Wajah memucat disertai keringat dingin yang mulai mengalir di pori-pori tubuh.
Menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Perutnya terasa seperti digelitik ketika mendengar dirinya telah dituduk sebagai tukang fitnah. Clarissa mengakui, kalau ia memang bukanlah wanita baik-baik karena telah merusak hubungan rumah tangga seseorang. Namun, ia bukanlah tukang fitnah yang tega mengkambing hitamkan seseorang untuk menutupi aibnya sendiri.
"No ... no ... no ... saya tidak seburuk yang Anda pikirkan, Nyonya. Saya berkata sesuai dengan bukti yang ada. Kalau tidak percaya, maka saya akan menunjukan bukti itu kepada Anda."
Lantas, ia menepukan tangan ke udara memberikan instruksi pada seseorang di dalam ruangan tersebut. Maka, dalam hitungan detik layar monitor berukuran besar menampilkan semua bukti-bukti perselingkuhan Mirna dengan kekasih gelapnya.
"I-ini ...?" ucap Mirna terbata-bata. Tungkai wanita itu terasa lemas saat melihat beberapa slide foto saat ia tengah bermesraan dengan Wicaksono.
"Keterlaluan kamu, Ma!" pekik Hendra. Suara pria itu menggelegar memenuhi segala penjuru ruangan. Wajah pria itu semakin memerah kala melihat istrinya tercinta berjalan menyusuri lorong menuju salah satu kamar hotel bintang lima. "Jadi ini yang kamu lakukan selama aku tak ada di rumah! Kamu menuduhku selingkuh, rupanya kamu pun bermain api di belakangku!"
"Tapi ... Pa. I-ini ... tidak seperti yang kamu pikirkan. A-aku ...," jelas Mirna dengan suara parau. Berusaha menjelaskan pada suaminya agar emosi dalam diri Hendra tak meledak-ledak.
"Cukup, Ma! Aku tidak butuh penjelasan apa-apa darimu. Semua bukti ini cukup untuk menunjukan betapa bobroknya dirimu. Mulai detik ini, aku talak kamu!" ucap Hendra seraya meninggalkan restoran itu. Ia berlalu begitu saja, karena sudah tidak tahan menahan rasa malu dalam dirinya. Nama baiknya terasa tercoreng akibat kelakuan sang istri. Mirna berusaha mengejar suaminya karena tidak ingin diceraikan oleh Hendra.
Tinggallah Clarissa seorang diri di ruangan itu. Seluruh pengunjung kembali menatap ke arah meja wanita muda itu.
"Itulah balasan bagi orang-orang tukang selingkuh seperti kalian. Pernikahan itu sakral, tetapi kalian berdua malah mempermainkannya. Si suami tukang selingkuh, begitu pun si istri. Memang pasangan akhlakless!" gumamnya lirih.
Seorang pelayan wanita berpakaian kimono datang menghampiri, membawakan handuk putih untuk Clarissa. "Nona, jika Anda membutuhkan pakaian ganti, saya sudah siapkan di dalam paper bag ini."
Rupanya wanita berpakaian khas Jepang yang tadi melayani Clarissa telah bekerjasama dengan nona muda Smith. Menyusun rencana apik untuk membongkar kebusukan Mirna.
Clarissa menerima handuk termasuk paper bag dari pelayan wanita itu sambil berucap. "Terima kasih. Setelah ini, tolong urusin kekecauan ini agar tak mencoreng nama baik Papa-ku."
"Baik, Nona Clarissa."
Aku 'kan datang menghampiri orang-orang yang mempermainkan sebuah pernikahan, memberikan pelajaran pada mereka agar lebih menghargai lagi tentang artinya sebuah pernikahan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
waaaawwwww ..... 👏👏👏👏
selingkuh teriak selingkuh .... malah udah berani ngamar eeuuy ..... 🤪🤪
2023-02-11
0
Cerita Aveeii
terima kasih sdh dibantu promo thor. kirim 2kmbang utkmu 🙏🥰
2022-09-27
0
🍭ͪ ͩ📴🍀⃟🐍
nah kan... sama2 tukang selingkuh.. s wanita kurang cerdas.. hahaaa
2022-09-08
1