"Halo, Mas," sapa Clarissa setelah ia tiba di salah satu restoran yang ada di kota Surabaya.
Siang itu, ia membuat janji temu dengan kekasihnya yang bernama, Hendra. Pria yang usianya terpaut dua puluh tahun dengan sang wanita. Ia dan pria itu sudah tiga bulan berpacaran dan seperti biasa, akan ada drama terjadi sebelum akhirnya si nona muda keluarga Smith memutuskan kekasihnya itu.
Kali ini Clarissa akan membuat sebuah pertunjukan yang sangat luar biasa. Mampu menguras emosi dan tentunya membuat wanita itu merasa puas karena berhasil memberikan pelajaran kepada para suami yang hobi berselingkuh di belakang pasangannya.
"Halo juga, Baby. Tumben sekali kamu datang terlambat. Mampir kemana dulu sih!" dengkus Hendra kesal, karena cukup lama menunggu kekasih pujaan hati. Sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Clarissa, wanita yang selalu hadir di setiap malam-malamnya dan selalu menjadi objek saat pria itu sedang melakukan penyatuan dengan sang istri.
Clarissa melingkarkan tangannya di lengan Hendra, lalu menyadarkan kapala di pundak kekasihnya. "Iih ... kamu kok bertanya begitu sih, Mas. Kamu curiga ya, kepadaku?" Berbicara dengan nada merajuk, berharap agar Hendra tidak marah dan acara makan siang yang telah disusun rapi berjalan dengan lancar.
Mendengar suara merdu nan menggoda iman, akhirnya Hendra luluh dan emosi dalam diri perlahan mulai mereda. "Bukan begitu. Hanya saja, aku sudah tidak tahan ingin segera bertemu denganmu, Baby. Sehari saja tak bertemu denganmu, rasanya seperti satu abad kita tidak berjumpa. Mas ... kangen sekali sama kamu, Cla." Mengusap lembut wajah mulus sang kekasih dengan penuh cinta.
Wanita cantik berambut pirang kecoklatan terkekeh pelan mendengar perkataan sang kekasih. "Ululu ... ternyata kekasihku ini sudah rindu berat ya, kepadaku."
Dasar tua bangka! Sudah tua bukannya tobat malah semakin menjadi-jadi! batin Clarissa.
Mengulum senyum di wajah, tetapi di dalam hati ia merutuki pria yang saat ini menjadi kekasihnya. Andai saja bukan demi membalas dendam, sudah pasti saat ini ia melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah pria itu karena telah lancang menyentuh tubuhnya dengan tangan kotor itu. Mencongkel penglihatannya karena berani-beraninya menatap ia dengan tatapan penuh hawa napsu.
"Ya sudah, bagaimana kalau kita makan saja! Cla sudah lapar, Mas," ucap Clarissa mencoba mengalihkan pembicaraan. Terlalu lama merangkul suami orang dan mencium aroma parfum pria itu, perut Clarissa terasa mual dan ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya.
Restoran itu cukup besar. Lukisan gunung Fuji dengan bunga sakura yang sedang bermekaran menjadi pemandangan pertama saat memasuki restoran tersebut. Terdapat beberapa meja kursi yang dapat dipilih bagi para pengunjung untuk menyantap hidangan khas negeri Sakura. Bukan hanya itu saja, pihak restoran pun mengenakan pakaian adat Jepang saat pelayani customer sehingga suasana terasa seperti berada di negeri Sakura betulan.
Seorang pelayan wanita mengenakan kimono datang menghampiri Clarissa dan Hendra. Tangan kanannya membawa buku menu, dan buku catatan. Sedangkan tangan kirinya memegang pena.
"Selamat siang, Tuan dan Nyonya. Ini adalah buku menu di restoran kami. Anda bisa melihat-lihatnya terlebih dulu sebelum memesan." Pelayan berpakaian kimono menggeser dua buah buku menu ke hadapan Clarissa. Sesekali melirik ke arah wanita itu seraya tersenyum samar.
Clarissa pun tersenyum samar, nyaris tak terlihat oleh siapa pun. "Mas, kamu mau makan apa?" tanyanya kepada pria yang duduk di sebelahnya.
Hendra membaca menu hidangan yang ada di restoran itu, lalu berkata. "Bawakan aku Chef Donburi, Niku Miso Goma dan ice lemon tea."
"Kalau aku pesan Ohimesama, beef ramen dan ice ocha," ujar Clarissa.
Pelayan berpakaian adat Jepang bergegas mencatat semua pesanan Clarissa dan kekasihnya di kertas. "Ada lagi yang ingin dipesan?" tanyanya sebelum meninggalkan kedua customernya.
Dengan gerakan cepat Clarissa menggeleng. "Tidak ada."
"Sudah sana, segera buatkan makanan untuk kami! Jangan sampai membuat kekasihku semakin kelaparan!" seru Hendra.
Pelayan itu mengangguk, beranjak dari tempatnya dan melangkah menuju dapur. Namun, sebelum pergi, ia memastikan lagi pesanan kedua pelanggannya.
Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit, pelayan tadi membawakan nampan berisi macam-macam hidangan yang dipesan oleh Clarissan dan kekasihnya. Mata sang wanita berbinar, menatap makanan kesukaannya terhidang di atas meja.
"Silakan dinikmati, Tuan dan Nyonya. Apabila membutuhkan sesuatu, Anda bisa memanggil saya." Usai mengucapkan kalimat itu, ia pun bergegas undur diri dan melanjutkan pekerjaannya.
Hendra menyantap makanan berupa wagyu, telur ikan salmon, dan ikan sidat khas Jepang yang diletakkan di atas nasi. Olahan makanan itu terkenal dengan istilah Chef Donburi, salah satu makanan termahal yang ada di restoran tersebut. Sesekali mencuri pandang ke arah Clarissa yang sedang sibuk menyuapkan ramen kesukaannya ke dalam mulut.
"Cla ... Cla ... kamu itu sudah dewasa tetapi makan seperti anak kecil!" Tangan Hendra terulur ke depan, mengambil beberapa lembar tisu kemudian mengusap sudut bibir kekasihnya. Membersihkan cipratan mie yang menempel di sudut bibir.
Terlalu menikmati makanan kesukaannya, Clarissa sampai tak menyadari jikalau ada sedikit cipratan mengenai sudut bibirnya.
Tersenyum lebar sambil terus menyuapkan kuah ramen panas dengan tingkat kepedasan tiga ke dalam mulut, menikmati setiap tegukan yang masuk ke dalam tenggorokan. "Maklumlah, Mas, kalau sudah makan ramen maka aku akan lupa dengan segalanya. Ya ... rasanya hanya ada aku dan ramen ini saja di dunia ini."
Alih-alih tersenyum, Hendra mencebikkan bibir. Rasa cemburu dalam diri pria itu kembali bangkit, tidak terima jikalau Clarissa melupakan dirinya hanya karena semangkuk mie ramen pedas yang ada di hadapan wanita itu.
Dengan nada sinis pria itu berujar, "Berarti kamu pun akan melupakan aku, begitu? Seharusnya tadi aku buang saja ramen itu agar di dalam pikiranmu hanya ada aku seorang!"
"Astaga, Mas. Kamu ingin kenapa sih! Merasa cemburu pada makanan yang tak bisa melakukan apa pun. Dasar aneh!"
"Wajar saja cemburu. Kamu itu kekasihku dan aku tidak mau kalau sampai dirimu lebih memikirkan hal lain dibanding aku!"
Kumat deh, penyakit si Tua Bangka ini!
Mencoba tersenyum walau dalam hati sudah tidak tahan menghadapi sikap posesif dalam diri Hendra.
Clarissa meletakkan sumpit dan sendok di atas piring kecil, beringsut mendekati kursi sang kekasih. "Sudah ah, jangan marah-marah terus. Nanti, aura ketampananmu hilang loh." Kembali berucap dengan nada manja agar ia dapat menikmati hidangan yang telah dipesannya.
Lagi dan lagi Hendra luluh setiap kali mendengar suara merdu Clarissa. Bagi pria itu, suara kekasihnya seperti ada mantra sihir yang langsung membuat dirinya menuruti semua perintah wanita itu.
"Baiklah. Tapi ... janji, jangan berucap seperti itu lagi. Aku tidak suka. Mengerti?" Clarissa hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
Kemudian, dua insan manusia itu kembali menyantap hidangan mereka. Di saat tengah menikmati semua hidangan itu, tiba-tiba saja ....
"Dasar pel@kor!" teriak seseorang.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
gombal banget jadi cowo ... 🤮
2023-02-11
0
🍭ͪ ͩ📴🍀⃟🐍
hilih udah tuir juga bukannya fokus sama bini dan anak d rumah... kau masuk jebakan batman bodoh...
2022-09-08
2
Lydia
Lanjut Thor.... terima kasih 😀👍🏻
2022-09-07
1