"Rapat siang hari ini, kita akhiri sampai di sini. Saya harap, kepada seluruh ketua tim beserta anggotanya mohon kerjasama kalian demi kesuksesan proyek kita bersama," ucap lelaki tampan berusia sekitar tiga puluh tahun yang memimpin rapat pada siang hari itu. Lelaki itu bernama ... Devan Smith.
Devan Smith, merupakan kepala kantor cabang di Surabaya sekaligus putra dari pemilik perusahaan Smith Kontruksi, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Sudah tiga tahun lamanya anak pertama dari Alvin Smith menjabat sebagai kepala kantor cabang di kota Pahlawan, membantu sang papa mengurusi perusahaan tersebut.
Pria itu beserta sang adik yang bernama Clarissa Dianti Jenia Smith diminta oleh Alvin Smith untuk membantu mengurusi perusahaan yang ada di Surabaya, kota kelahiran Belinda Smith--ibunda tercinta yang sudah tiga tahun meninggal dunia.
"Baik, Tuan," sahut seluruh karyawan termasuk Clarissa, adik dari Devan. Lantas, satu per satu dari anggota rapat meninggalkan ruangan yang berada di lantai dasar sebuah gedung berlantai empat di jalan Noveltoon Permai, kota Surabaya.
"Ris, makan siang di luar yuk! Aku malas kalau harus makan makanan di kantin terus setiap hari," ajak Dahlia, sahabat Clarissa.
Clarissa yang saat itu sedang merapikan semua dokumen penting milik perusahaan, melirik sekilas ke arah sahabatnya dan kembali melanjutkan kegiatannya. "Siang ini aku ada janji bertemu dengan seseorang, Li. Maaf ya, tidak bisa menerima ajakanmu."
Clarissa menolak ajakan Dahlia secara halus. Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu memang sudah membuat janji dengan seseorang, makan siang di sebuah restoran terkenal di kota Surabaya.
Mendengar jawaban sang sahabat, Dahlia memicingkan mata seraya memperhatikan wajah cantik di hadapannya dengan seksama. Aura kecantikan wanita itu terpancar dari dalam meski hanya mengenakan pulasan make up tipis, tetapi mampu memikat hati para kaum Adam di muka bumi ini.
Tidak ada satu orang pria pun yang tak terpesona akan kecantikan anak bungsu Alvin Smith karena memang Clarissa adalah bidadari tercantik yang ada di perusahaan Smith Konstruksi. Senyuman manis yang diberikan oleh wanita itu mampu memporakporandakan hati siapa saja yang melihatnya. Jadi, tidak heran jikalau banyak lelaki berlomba-lomba mendekati wanita itu.
"Bertemu seseorang? Siapa? Tuan Albert? Tuan Galvin? Atau siapa, Ris?" tanya Dahlia penuh selidik. Terlalu banyak kekasih yang dimiliki Clarissa hingga Dahlia sendiri tak tahu saat ini sahabatnya itu tengah menjalin kasih dengan siapa.
Selama tiga tahun, entah sudah berapa banyak lelaki yang menjadi korban Clarissa akibat diputus cinta secara sepihak. Kebanyakan dari mereka adalah para pria hidung belang yang tukang selingkuh dan suka mempermainkan perasaan pasangannya. Meskipun terkenal sebagai playgirl karena sering gonta ganti pasangan, Clarissa dapat menjaga diri dan tak pernah sekalipun menjajakan tubuhnya untuk dinikmati oleh para mantan kekasihnya. Tetap menjaga kesucian diri hingga tiba saatnya ia memberikan kehormatannya pada seorang pria yang memang berhak atas dirinya.
Clarissa mendengkus kesal kala mendengar nama para mantannya kembali diungkit. Ia sangat membenci mereka karena semua mantan kekasihnya adalah tukang selingkuh yang tega menyakiti perasaan pasangannya dengan berbagai macam alasan.
"Bukan di antara kedua pria itu, Li! Aku dan kedua pria itu sudah lama putus. Kamu sendiri tahu 'kan masalah ini, tapi kenapa masih membahasnya?"
Dahlia menghela napas dalam. "Entahlah, aku sudah melupakannya. Mungkin, karena terlalu banyak pria yang keluar masuk ke dalam hatimu hingga membuatku mendadak jadi amnesia."
Wanita cantik bermata almond dengan bulu mata lentik dan bibir mungil menatap Dahlia dengan tatapan lekat. Tahu betul bahwa saat ini sahabatnya itu tengah menyindirnya secara halus. "Jangan bicara begitu, kalau Tuhan mengabulkan do'amu, bagaimana? Kamu betulan amnesia, lalu Kak Devan didekati wanita lain, kapokmu kapan!"
Refleks, Dahlia mengetuk-ngetukan tulang jari telunjuk ke bagian kening kemudian mengetuk atas meja sambil berkata. "Amit-amit, jabang bayi. Jangan sampai itu terjadi."
Clarissa terkekeh pelan melihat sikap konyol sahabat sekaligus calon kakak iparnya itu. "Maka dari itu, kamu harus pandai menjaga lisan agar tidak mudah mengucapkan kata-kata yang malah akan menjadi boomerang bagimu." Wanita itu meraih sling bag di atas kursi, lalu menyampirkannya di pundak. "Ya sudah, aku pergi dulu. Kalau mau pergi makan, berdua saja dengan Kak Devan. Kalian berdua butuh waktu lebih banyak untuk saling mengenal sebelum akhirnya mengikrarkan janji suci di hadapan penghulu."
Kaki jenjang dibangkus celana bahan berwarna hitam melangkah mendekati kursi Devan. Saat tiba di samping kakak lelakinya, Clarissa membungkukan tubuhnya sedikit, kemudian berbisik. "Ajak calon kakak iparku makan di luar, Kak. Luangkan sedikit waktu untuknya. Urusan pekerjaan bisa ditunda, kalau urusan jodoh tidak. Jangan sampai Dahlia berpaling karena Kakak terlalu sibuk bekerja."
Devan menatap tajam ke arah Clarissa, seakan ia berniat menerkam adiknya itu saat ini juga. Akan tetapi, wanita cantik berusia dua puluh tiga tahun itu bersikap biasa saja, tak merasa terintimidasi.
"Kamu?"
Belum usai Devan menyelesaikan kalimatnya, Clarissa sudah kembali berkata. "Sudahlah, lebih baik aku pergi sekarang. Masih banyak para lelaki hidung belang yang siap kupatahkan hatinya." Telapak tangan wanita itu terangkat ke udara, lalu melambaikannya dengan posisi membelakangi Devan dan Dahlia. "Selamat bersenang-senang Kakak dan calon Kakak Iparku!"
Dengan membawa tumpukan beberapa laporan berkas perusahaan, ia berlenggak lenggok layaknya seorang pragawati yang tengah memeragakan busana di atas runaway. Tersenyum manis saat berpapasan dengan beberapa karyawan di perusahaan milik sang papa. Meskipun ia adalah anak dari pemilik perusahaan, tetapi wanita cantik itu memiliki sifat rendah hati, tak pernah sombong dan selalu menghargai orang lain.
Oleh karenanya, saat kabar burung berembus di kalangan para karyawan yang mengatakan bahwa putri dari pemilik perusahaan kontruksi terkenal di tanah air merupakan seorang pelakor kelas kakap, mereka tidak langsung menelan mentah-mentah berita itu. Karena sepengetahuan mereka selama ini sikap Clarissa biasa saja seperti wanita lain pada umumnya.
Kini, Clarissa sudah berada di dalam mobil mewah berwarna silver miliknya. Duduk manis di balik kemudi, sambil mengirimkan pesan pada seseorang.
[Bagaimana, apakah semuanya sudah kamu atur dengan baik?]
[Sudah, Nona. Semuanya sudah sesuai dengan rencana. Nona bisa menjalankan tugas seperti biasanya.] balas seseorang di seberang sana.
[Oke. Aku percaya padamu. Sebelum pergi, tolong kamu pastikan sekali lagi kalau semuanya telah sesuai dengan rencana. Jangan sampai kali ini gagal, sebab kalau tidak maka nama baik Papa-ku akan tercoreng. Mengerti?]
[Mengerti, Nona.]
Setelah bertukar pesan lewat salah satu aplikasi berwarna hijau, Clarissa memasukan kembali telepon genggam miliknya ke dalam sling bag yang ada di kursi sebelahnya. Ia menatap pantulan dirinya lewat kaca spion yang tergantung di depan. "Let's enjoy the show!" gumamnya disertai seringai penuh makna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
waaaahhh ... ini sih pelakor yg bakalan banyak pendukungnya dari emak2 ..... 😂😂😂
2023-02-11
0
Mayya_zha
keasikan baca sampai lupa menyapa....
keren bagus... menarik juga..
2022-10-17
0
🍭ͪ ͩ📴🍀⃟🐍
semangat selalu thor...😊
2022-09-08
1