“Bagaimana Bang, I'm cool?” Pemuda yang mengaku bernama Lee Yuan tadi, tersenyum kepada pria berkacamata hitam yang duduk menunggu aksi mereka semua, di dalam mobil.
Pemuda ini aslinya bernama Boris Albert Ryker, dipanggil Mr. A. di dalam dunia mafia. Dia putra kedua Dedrick Ryker Van Hallen.
“Kau terlihat biasa.” jawabnya.
“Hei, Bang! Apa salahnya memujiku, katakan aku luar biasa, setidaknya pujilah adikmu yang tampan rupawan ini.” Dia tersenyum menggoda pria berkacamata.
Pria berkacamata hitam itu mengabaikan Albert. Dia adalah Arsen Ryker Van Hallen. Akan tetapi, nama yang dikenal di dunia mafia adalah Mr. Handros.
“Jika kau masih ingin ikut denganku, lebih gesitlah dalam bergerak, kau telat 15 detik menyelesaikan panjatanmu tadi, selebihnya oke!” Arsen berkata tanpa menoleh pada pria yang tadi memakai baju bertopeng seperti bandit.
“Oke Bang, aku nggak akan telat lagi dan berlatih lebih keras lagi,” sahut pemuda yang sudah mengganti baju bertopengnya tadi. Dia adalah putra kandung Berend Elmo, adik Vindo, bernama Jackson Zein Elmo.
Kebiasaan, sikap, dan fashionnya hampir menyerupai Vindo, karena sejak kecil dia begitu terobsesi pada kakaknya itu, sedangkan Kakak laki-lakinya itu mengabdi pada Arsen, sehingga dia memilih mengikuti Arsen atas perintah ayahnya Berend dan Vindo.
Sedangkan pemuda memakai jacket hoodie hanya diam tanpa bicara apapun, wajahnya datar tanpa ekspresi. Dia adalah Genio Chion, seorang pemuda yang pernah diselamatkan Arsen dan di didik olehnya saat memburu laki-laki yang membunuh keluarganya.
Arsen telah pergi meninggalkan keluarganya bertahun-tahun, tak pernah memberikan kabar lagi, wajah rupawannya yang terlihat baby face dan lemah lembut itu berubah menjadi sikap aslinya yang dingin. Wajah yang telah dioperasi dan mata yang berwarna biru ke abu-abuan milik ayahnya.
Mobil bak dengan logo roti yang mereka kendarai berhenti di sebuah rumah sederhana. Tiga pemuda tadi turun sambil memikul beberapa kotak dan menyandang tas ransel, begitu pun beberapa pria lainnya yang baru saja muncul, mereka adalah bawahan dan pengawal Arsen.
“Rapikan barang dagangannya kembali!” perintah Arsen pada mereka, lalu beranjak pergi dari sana, masuk ke dalam rumah.
Jika dilihat sekilas, rumah itu terlihat kecil dan sederhana, tetapi siapa yang akan mengira, di dalam tanah, begitu luas dan lapang, bangunannya. Di rumah yang kecil itu, ratusan orang berkumpul, berbagai macam senjata tersimpan dan dirakit di sana. No one knows!
Arsen masuk ke dalam kamar, membuka pakaiannya dan membersihkan diri di dalam kamar mandi. Usai membersihkan diri, dia bercermin, menatap wajahnya yang sangat berbeda, ditambah dia memiliki bekas luka baru di bagian kening menyabet sampai ke alis mata kiri. Dia membiarkan luka itu, dia tidak peduli dengan tampilannya lagi, hatinya hampa dan kosong, hanya ada dendam.
Arsen memakai celana pendek sambil mengge*sekkan handuk ke rambutnya yang basah. Tubuhnya benar-benar kuat dan berotot, di bagian tulang rusuk samping kanan juga terlihat bekas jahitan luka yang cukup lebar, belum sembuh total.
Arsen duduk di tepi ranjang, menggantungkan handuk tadi di lehernya, meraih bingkai foto.
“Aku rindu....” lirihnya. Ya, foto keluarga, ada kedua orangtuanya dan tiga adiknya.
Begitupun dengan tiga pemuda tadi, mereka sudah membersihkan diri, dan mengatur para bawahan, mengobati mereka yang tadi terluka saat bertarung.
“Nion, mana zat-nya?” tanya Jackson bertanya pada Genio Chion.
“Sudah aku berikan pada, Bang Arsen,” jawab Nion.
“Oh, oke.” Jackson pun menepuk bahu Nion.
“Si Albert mana?” Jackson kembali bertanya, mencari-cari Mr. A.
“Di bawah.”
“Ok, kamu lanjutkan saja kerjamu, semoga kita menemukan jejak si keparat itu segera. Aku ke bawah dulu!” Jackson melambaikan tangan pada Nion dan segera berlari kecil ke lantai bawah.
Di lantai paling bawah. Bangunan yang terasa amat dingin karena beberapa meter jauh di dalam tanah, ruangan ini bahkan dibantu dengan tambahan oksigen.
Albert tampak berbincang-bincang dengan seorang pemuda berkacamata, sambil menganggukkan kepala.
“Hai, Dok,” sapa Jackson setelah dekat dengan dua laki-laki itu.
“Malam Tuan Muda,” sahut pria tampan berkacamata itu sambil merunduk hormat.
“Tidak ada yang bahaya sama Abang 'kan?” tanya Albert sekali lagi memastikan.
“Iya, Tuan Muda. Tuan Handros baik-baik saja, gejala pusing itu hanya karena kelelahan dan kurang istirahat, kepalanya tidak apa-apa,” jelas dokter itu kembali.
“Baiklah, periksa saja pasien lain, berikan pengobatan terbaikmu untuk para bawahan.”
“Siap,” jawab dokter itu tersenyum ramah dan segera berlalu dari sana.
“Ada apa?” tanya Albert menatap Jackson yang berdiri di sampingnya menyimak sejak tadi.
“Abang sakit?” Bukannya menjawab, dia malah bertanya balik.
“Nggak tahu, aku lihat Abang beberapakali memegang kepalanya, makanya aku tanya ke dokter.”
“Oh.”
“Ya. Ada apa?” tanya Albert lagi.
“Itu ... ayo, kita ke ruanganmu dulu!” ajak Jackson.
Sesampainya di kamar Jackson yang memiliki ruangan kecil tiga kali tiga meter di sebelahnya, mereka bicara secara rahasia di sana.
“Nion menemukan jejak si keparat Johan di Korea Utara beberapa waktu lalu. Rupanya dia merubah wajahnya, pantas kita tidak bisa menemukan dia,” bisik Jackson.
“Dia operasi wajah juga? Sial, itu pasti sulit kita lacak. Kamu sama Nion dapat gambar wajahnya?”
“Blur!” jawab Jackson.
“Ah, sial!” umpat Albert.
“Dont worry! Nion pasti bisa melakukannya dengan baik. Sekarang, kita harus latihan dan melatih para bawahan, dan tentu saja kita harus menyiapkan rencana sebaik-baiknya!” Jackson berkata dengan tersenyum evil, yang dibalas juga dengan seringaian aneh dari Albert.
Di tempat lain.
Prang! Gelas ramping yang bertangkai panjang pecah berderai karena di banting kuat oleh pria botak bertatto di tengkuknya.
Badannya kekar mengkilat. “Sial, apa bajingan itu menemukan jejak diriku, Son?”
“Jejak saat Anda di Korea Utara, tetapi sudah saya bereskan, Anda tenang saja,” sahut pria tampan berkulit putih. Dia adalah Sony dan pria botak itu adalah Johan Rhys.
“Bagus! Kau harus ingat, Arsen itu licik dan genius, jangan pernah lupa itu! Jangan pernah beri dia celah sedikitpun, kau tahu 'kan? Kita harus menghabisi dia lebih dulu, sebelum dia menghabisi kita!” Dia memperingati Sony yang menjadi kaki tangannya.
Seorang pria berjas membungkuk hormat pada Johan, saat melihat kode tangan Johan. Dia memberikan cerutu dan menghidupkan api untuk membakar cerutu itu.
“Ya. Saya akan mengingatnya, Boss.”
Johan mengangkat tangannya, meminta mereka semua keluar dari ruangan itu.
“Sial! Apa aku harus melakukan operasi wajah lagi! Akh, benar-benar sial!” Johan menghisap cerutu nya panjang dan menghembuskan asapnya keluar pelan-pelan sambil memejamkan mata.
“Aku tidak akan merubahnya lagi, sudah cukup aku bersembunyi. Mari kita bertemu kembali baji*ngan! Kita harus berpisah dengan kematian, salah satu diantara kita harus mati!” Sorot mata ingin membunuh Johan sangatlah pekat.
Selama bertahun-tahun, baik Arsen ataupun Johan, sama-sama memperkuat kekuatan, mengumpulkan banyak uang dan senjata, dan selama itu pula, dendam mereka semakin kuat karena pertikaian, perebutan wilayah kekuasaan, dan merampas barang incaran, contohnya zat penting yang diambil Arsen malam ini adalah incaran Johan juga.
“Cuih! Bukan hanya mencuri zat milikku! Tetapi dia juga membunuh antek-antekku!” Johan meludah geram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
ZasNov
Kirain Arsen dibantu Arhen dan Ardhen, ternyata Arsen tidak melibatkan adik2 kembarnya itu..🤔
Justru Arsen dibantu anaknya Dedrick, adik vindo dan orang yang dia selamatkan dulu..
Semoga Arsen bisa menghancurkan Johan dan membalaskan dendamnya..
2022-09-18
3
Pa'tam
Thor, gimana dengan saudara arsen yang lain? apa kah akan masuk di novel ini juga? maaf Thor pengen tau aja.
2022-09-17
6