Bab 19

Fitri membawa putrin meninggalkan rumah ibu mertuanya, kini permasalahan rumah tangganya sudah menjadi rahasia umum.

Semua orang sudah tahu bahwa rumah tangganya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Ibu satu anak itu melajukan sepeda motor bututnya dengan menahan malu terhadap tetangganya.

Sebagian warga merasa kasihan pada Fitri, meskipun mereka belum tahu apa permasalahan yang kini di hadapi Dimas dan Fitri, tapi mereka merasa Fitri tidak bersalah.

Bahkan kebanyakan orang di sana menuding Dimas yang tidak becus menjadi seorang suami karena mereka dapat melihat kerja keras Fitri selama ini berjuang demi kelangsungan hidup keluarganya.

Fitri terus mengendarai sepeda motornya hingga keluar dari desa, dia berhenti di pinggir jalan. Dia duduk di sebuah batu, dia sengaja menghadap kea rah aliran sungai yang ada di pinggir jalan, lalu dia menangis sejadi-jadinya.

Dia memeluk erat putrinya yang kini ikut menangis dalam dekapan sang bunda. Gadis kecil itu merasa kasihan pada bundany, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ya Allah, begitu berat ujian yang Engkau berikan padaku. Hamba sudah tidak sanggup,” isak Fitri.

“Seberat apakah jalan hidup yang kini kamu hadapi,” ujar seseorang dari belakang Fitri.

Reyhan tak sengaja melintasi jalan tempat Fitri berada. Dia melihat sepeda motor yang tidak asing baginya. Dia pun menghentikan mobilnya dan melihat Fitri dan Rasya sedang menangis.

Tempat itu memang sepi, sehingga Fitri menjadikan tempat itu untuk meluapkan rasa sesak yang ada di hatinya. Saking larutnya dia dalam luka yang mendalam, Fitri pun tak menyadari kedatangan Reyhan yang kini sudah berdiri di belakangnya.

Mendengar suara yang sangat dikenalinya, Fitri bergegas mengusap pinpinya yang basah oleh air mata yang terus keluar tak henti-hentinya.

Reyhan memegang pundak Fitri, sebagai tanda dia ingin memberi kekuatan pada wanita yang sangat dicintainya untuk terus bertahan.

Fitri mengangkat wajahnya, dia berdiri dan langsung memeluk Reyhan. Kali ini Reyhan membiarkan Fitri menggunakan dadanya untuk meluapkan berat beban yang kini dipikulnya.

Rasya hanya diam, dia hanya bisa melihat bundanya menangis di dalam pelukan pria asing.

Beberapa menit Fitri menangis, dia melepaskan pelukannya pada Reyhan lalu melangkah mundur setelah dia merasa mulai tenang.

Reyhan mengajak Fitri masuk ke dalam mobilnya. Dia tidak ingin orang-orang yang lewat melihat apa yang mereka lakukan di sana.

Fitri menggendong Rasya dan masuk ke dalam mobil Reyhan, dia membiarkan sepeda motornya terparkir di pinggir jalan itu.

“Apa yang terjadi?” tanya Reyhan pada Fitri ingin tahu alasan wanita yang selama ini masih menguasai hatinya menangis.

Fitri masih diam, dia tidak tahu harus menjawab apa, dia juga tidak ingin Rasya mendnegar apa yang sudah menimpanya.

“Ya sudah, kalau kamu tidak mau cerita, aku harap kamu bisa tetap bertahan. Jika kamu memang sudah tak sanggup lagi hidup dengannya, memilih pergi itu lebih baik,” ujar Reyhan.

Sedikit banyak Reyhan tahu permasalahan Fitri dengan suaminya, sehingga Reyhan yakin yang membuat Fitri menangis adalah suaminya.

“Terima kasih, Rey. Maafkan aku sudah merepotkanmu. Mungkin aku harus pergi karena masih ada yang harus aku kerjakan,” ujar Fitri hendak keluar dari mobil Reyhan.

Dia tak ingin berlama-lama di dalam mobil Reyhan karena dia takut terjadi fitnah.

“Baiklah, kamu harus hati-hati. Perbanyaklah berdo’a dan berserqa diri pada Allah, karena hanya padanya kita dapat mengadu,” ujar Reyhan menasehati Fitri.

Fitri mengangguk lalu dia pun membuka pintu mobil Reyhan, dia turun dari mobil dan membawa Rasya naik ke atas sepeda motornya, setelah itu Fitri pun melajukan sepeda motornya meninggalkan Reyhan yang ikut terluka dengan apa yang terjadi pada Fitri.

“Fit, bersabarlah, aku akan membawamu kembali ke dalam pelukanku agar kamu tak lagi bersedih. Aku pernah melepaskanmu karena aku tak ingin kamu membantah perintah orang tuamu,. Namun, kali ini aku tidak akan membiarkan air matamu terus membasahi pipimu,” gumam Reyhan di dalam hati.

Fitri langsung meuju toko pak Harta untuk mengambil barang pesanan Bu Yus, dia tidak ingin wanita paruh baya itu datang lagi marah-marah karena pesanannya belum juga datang.

“Hei, Fit,” sapa Pak Harta saat melihat Fitri turun dari sepeda motornya.

“Iya, Pak,” sahut Fitri.

“Mau pesan barang apa, Fit?” tanya Pak Harta menyambut kedatangan Fitri.

“Iya, Pak. Sebelumnya saya minta maaf, hari selasa kemarin saya minta tolong suami saya mengambil magig com dan setrika, apakah dia tidak ada datang ke sini?” tanya Fitri memastikan barang pesanan bu Yus belum diambil sang suami.

“Oh, hari selasa kami tutup karena ada acara keluarga di luar kota,” jawab Pak Harta.

“Berarti Bang Dimas belum mengambil barang pesanan Bu Yus, lalu uangnya di mana?” gumam Fitri di dalam hati.

Fitri bertanya-tanya di dalam hati.

“Ya Allah, lalu bagaimana caraku bisa mengambil barang pesanan Bu Yus,” gumam Fitri pelan.

Pak harta memperhatikan Fitri yang terlihat tengah kebingungan.

“Ada apa, Fit?” tanya Pak Harta heran.

“Mhm, hari selasa itu ada yang pesan magig com dan setrika, aku sudah memberikan uangnya pada Bang Dimas, aku kira Bang Dimas sudah membelikannya dan mengantarkannya pada pelangganku tapi tadi pagi pelangganku datang marah-marah karena barang pesananya belum juga sampai di rumahnya,” jelas Fitri.

“Lalu, apakah kamu sudah menanyakan masalah ini pada suamimu?” tanya Pak Harta.

Fitri hanya menggelengkan kepalanya.

Melihat kesedihan terpancar di raut wajah Fitri, Pak Harta mengerti apa yang kini dihadapi oleh Fitri.

“Kalau memang uangnya belum ada, kamu bisa bawa barangnya dulu,” ujar Pak Harta menawarkan bantuan.

“Benarkah, Pak?” tanya Fitri senang.

Fitri memang sempat panik karena dia sama sekali tidak sedang memiliki uang saat ini.

“Iya, tidak apa-apa. Bapak percaya sama kamu, semoga kamu selalu kuat menghadapi berbagai masalah yang datang menghampirimu,” ujar Pak Harta.

Pak Harta dapat melihat dnegan jelas wajah sembab Fitri yang terlihat baru saja menangis.

“Baiklah, Pak. Terima kasih. Saya akan membayarnya satu bulan lagi, Pak. Di saat saya ada uang,” ujar Fitri.

“Iya, tidak masalah. Kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan, ya,” ujar Pak Harta.

“Iya, Pak. Terima kasih,” ucap Fitri.

“Sama-sama, setiap masalah harus di hadapi, jangan pernah putus asa,” pesan Pak Harta.

Setelah itu, pak Harta pun mengambilkan magig com dan setrika, barang pesanan pelanggan Fitri yang ada di desa.

Pria paruh baya itu menyodorkan barang tersebut pada Fitri, Wanita itu menerima barang yang diberikan Pak Harta lalu meletakkannya di atas sepeda motornya.

“Terima kasih, Pak. Kalau begitu, saya pamit dulu ya, Pak,” ujar Fitri.

“Iya, Sama-sama. Hati-hati di jalan,” ujar Pak Harta.

Setelah itu Fitri pun pulang ke desa, sebelum dia kembali ke rumahnya, dia mengantarkan barang pesanan Bu Yus ke rumah wanita itu.

Bersambung…

Terpopuler

Comments

Humayra

Humayra

cobaan bertubi tubi

2022-09-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!