“Fit, hari ini kamu mau ke mana?” tanya Fatimah pada menantunya.
“Belum tahu, Buk. Hari ini bisnis onlineku agak sepi, mungkin karena masalah ekonomi yang semakin sulit,” jawab Fatimah.
“Oh ya, sudah. Nanti ibu coba ngong sama Dimas tentang maslah kalian ini,” ujar Fatimah sebelum pamit pulang.
“Iya, Buk. Terima kasih,” lirih Fitri.
“Sama-sama, Nak. Ibu sudah menganggap kamu sebagai putri ibu sendiri. Ibu tidak mau ada masalah di antara kalian, ibumu juga sudah mempercayakan kamu pada Ibu dan Bapak,” ujar Fatimah.
“Ya sudah, ibu pulang dulu. Kalau kamu ada kerjaan kamu antar Rasya ke rumah, ibu hari ini tidak pergi ke kebun,” ujar Fatimah.
Fitri mengangguk mengiyakan.
Fatimah pun melangkah meninggalkan rumah kontrakan putranya, walau hatinya masih risau, tapi dia harus tenang agar dia bisa memperbaiki rumah tangga putranya. Dia tidak ingin terjadi perpisahan antara Fitri dan Putranya.
Sepeninggal ibu mertuanya, Fitri duduk di sebuah kursi plastik di dalam rumahnya, dia mengambil ponsel androidnya dan mulai berselancar di media social miliknya.
Saat asyik membuka facebook, dia melihat status salah satu temannya yang sudah lama tidak berkomunikasi dengannya.
“Dari hobi menjadi profesi.”
Melihat kata-kata di status temannya itu, Fitri iseng menyapa temannya.
“Assalamu’alaikum, Cinta,” sapa Fitri.
“Wa’alaikum salam, Fitri. Hei, apa kabar?” balas teman Fitri yang bernama Cinta.
“Alhamdulillah, baik. Kamu apa kabar?” jawab Cinta.
“Alhamdulillah, aku juga baik, Cin. Eh, ngomong-ngomong kamu semakin sukses sekarang, ya,” balas Fitri.
“Alhamdulillah, Fit. Kamu sibuk apa sekarang?” tanya Cinta pada Fitri.
“Enggak sibuk, apa-apa, Cin. Aku hanya ngurus rumah dan seorang putri,” balas Fitri.
“Mhm, bagus itu, Fit. Aku juga gitu, tapi aku mengis waktu kosongku dengan mendesain lewat ponsel. Alhamdulillah sekarang hobiku mendesain menjadi profesi untukku,” cerita Cinta berbagi pengalaman.
Cinta sejak dulu sangat hobi menggambar dan melukis, karena zaman yang semakin canggih di saat waktu kosong, Cinta memainkan ponselnya mendesain cover buku, atau melukis karikatur menggunakan aplikasi hingga akhirnya hobinya itu menghasilkan uang untuknya. Cinta mulai menceritakan kisah hidupnya yang sulit pada Fitri. Dia berbagi pengalaman hidup dengan teman lamanya itu melalui pesan messenger.
Cinta teringat dengan hobi Fitri yang suka menulis cerpen, akhirnya dia pun menyarankan Fitri untuk menulis di berbagai platform berbayar.
Setelah berbagi cerita melalu pesan dengan Cinta, Fitri mulai teringat dengan sebuah novel yang pernah ditulisnya di buku diarynya yang hingga saat ini masih disimpannya.
Ibu satu anak itu pun langsung bangkit dari duduknya, dia melangkah masuk ke dalam kamar. Dia membongkar tas yang berisi barang-barang penting miliknya.
Fitri pun mulai membaca hasil karya yang pernah ditulisnya asal-asalan di diary miliknya. Setelah itu dia pun langsung memasukkan hasil karya tulisnya itu ke sebuah platform berbayar.
Menurut cerita Cinta ada salah satu aplikasi yang sangat mudah proses kontraknya, Fitri pun mulai mendownload aplikasi tersebut dan mulai menekuni dan mempelajari cara agar dia dapat menghasilkan uang dari platform tersebut.
Perlahan, dia mulai mengerti lalu menyalin karya tulisnya itu ke dalam aplikasi tersebut.
“Bismillah, semoga berhasil,” ucap Fitri.
Pada siang hari, Dimas pulang sekolah, dia langsung menuju rumah kedua orang tuanya. Dia enggan pulang ke rumah kontrakannya karena setiap kali dia melihat Fitri, dia akan mengingat rasa sakit hatinya yang merasa sudah dikhianati oleh istrinya.
“Assalamu’alaikum,” ucap Dimas saat masuk ke dalam rumah.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Rasya.
Gadis kecil itu berlari menghampiri ayahnya yang baru saja datang.
“Anak gadis ayah di sini,” ujar Dimas lembut menyapa putrinya.
“Iya, Ayah,” jawab Rasya.
Saat tadi pagi Rasya selesai jajan dan bermain dengan teman-temannya dia mengikuti neneknya yang hendak pulang ke rumahnya. Rasya sudah biasa bermain di rumah neneknya sambil menonton TV di sana.
“Kamu sudah pulang, Dim?” tanya Fatimah pada putranya.
“Iya, Bu,” jawab Dimas singkat.
“Kamu sudah pulang ke rumahmu?” tanya Fatimah lagi.
Fatimah terlihat tidak suka dengan sikap putranya yang seharusnya pulang ke rumah kontrakannya terlebih dahulu sebelum datang ke rumahnya.
“Belum, Bu. Aku malas ke sana. Semakin pusing kepalaku saat melihat dia,” jawab Dimas santai.
Dimas merasa sudah sepatutnya kedua orang tuanya tahu bagaimana kondisi rumah tangganya saat ini.
Fatimah mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan putranya.
“Apa maksud kamu berbicara seperti itu?” tanya Fatimah tidak suka.
“Bu, aku lapar. Aku mau makan dulu, ya,” ujar Dimas mengalihkan pembicaraan.
Melihat reaksi ibunya, Dimas memilih untuk tidak melanjutkan rencananya mengungkapkan masalahnya pada wanita yang sudah melahirkannya.
Fatimah menghela napas panjang, dia membiarkan putranya makan terlebih dahulu, setelah itu dia akan membahas masalah rumah tangga putranya itu.
Di saat Dimas makan di ruang makan, Fatimah menidurkan cucunya yang kini sudah berbaring di depan TV. Dari matanya terlihat gadis kecil itu sedang mengantuk, setelah memastikan Rasya tertidur. Fatimah melangkah menuju ruang makan.
Dia duduk di kursi meja makan, menunggu putranya selesai makan siang.
“Dim, ada yang ingin ibu bicarakan,” ujar Fatimah memulai pembicaraan saat melihat Dimas sudah selesai makan.
“Iya, Bu. Apa yang ingin ibu bicarakan?” tanya Dimas pada ibunya.
“Ibu mendengar hal-hal buruk mengenai rumah tanggamu, ibu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Fatimah.
“Memangnya apa yang ibu dengar?” tanya Dimas pada ibunya.
Dia ingin tahu seberapa banyak ibunya tahu mengenai masalah yang kini dihadapinya
“Ibu mendengar rumah tanggamu sedang bermasalah, dan semua orang menuduh Fitri berselingkuh,” jawab Fatimah jujur.
“Ya, begitulah adanya, wanita itu sudah berselingkuh dengan mantan kekasihnya. Demi pria itu dia sudah menghabiskan uang tabungan kami sebesar 3 juta,” ujar Dimas dengan amarah.
“Apakah kamu tidak menanyakan masalah yang sebenarnya pada Fitri, kamu jangan salah-salah menuduh,” nasehat Fatimah pada putranya.
“Apa maksud ibu salah-salah menuduh? Jadi ibu mengira aku hanya menuduh dia tanpa bukti?” tanya Dimas tidak suka dengan ucapan ibunya yang seolah-olah menyalahkan dirinya.
“Bukan begitu maksud ibu, Nak. Ibu mau kamu membicarakan masalah ini baik-baik dengan istrimu. Perbaikilah rumah tangga kalian dnegan kepala dingin,” nasehat Fatimah lagi.
“Bu, jelas-jelas dia mengatakan padaku pria yang menghubunginya pagi itu adalah mantan kekasihnya. Dia mengatakan hal itu padaku secara langsung,” jelas Dimas berharap Ibunya menerima apa yang dikatakannya.
Fatimah menghela napas panjang, dia tak lagi dapat berbicara. Fatimah kehabisan kata-kata untuk melunakkan hati Dimas.
“Ya sudah, kalau memang seperti itu. Tapi, kamu juga tidak boleh mengabaikan tanggung jawabmu terhadapnya. Kamu harus menafkahinya,” nasehat Fatimah.
“Tidak perlu menafkahi wanita ****** itu!” ujar Ayah Dimas yang baru saja masuk ke dalam rumah.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Yulay Yuli
kompor meleduknya bapaknya Dimas ini, seneng ama mantu /Facepalm/
2024-09-01
0
☘️BILAA☘️
kurang tegas semua
2022-09-13
1
Itin
sebel sama ortu kayak gini,. bukannya menjernihkan masalah, malah makin memperkeruh keadaan 😡
2022-09-04
5