Dimas enggan untuk pulang ke rumahnya. Dia tidak ingin emosinya semakin bertambah saat melihat sang istri, oleh karena itu dia memilih untuk tetap berada di warung janda tanpa anak tersebut.
"Oh ya sudah, aku masuk duluan, ya," ujar Sus sambil melayangkan senyumannya yang menggoda.
Susi tersenyum, dia senang melihat Dimas tidak mau pulang ke rumahnya, karena dengan ini dia akan mudah untuk mendekati Dimas.
Warung Susi terletak di halaman rumahnya yang terpisah dengan teras rumah, sehingga Dimas merasa tidak masalah jika dia bermalam di warung sang janda.
Sementara itu, Fitri di rumah sedang risau menunggu sang suami yangs sejak tadi belum pulang. Dimas memang biasa pulang dari warung di tengah malam, tapi kali ini Fitri merasa risau karena saat ini ada masalah di antara mereka berdua yang belum terselesaikan, dia ingin membicarakan masalah yang tengah mereka hadapi.
Fitri ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di anatar mereka berdua. Jika dibiarkan berlarut-larut maka maslaah ini akan semakin besar.
Fitri berbaring di sebuah kasur santai yang biasa mereka pakai. Di sana sudah terbaring Rasya yang tertidur dengan lelap karena kelelahan diajak ibu Dimas pergi ke rumah temannya yang masih ada di kampung.
Di rumah kontrakan, mereka hanya memiliki sebuah kasur santai tempat mereka tidur yang terletak di satu kamar yang tersedia di kontrakan kecil milik mereka.
Fitri membolak-balikkan tubuhnya agar bisa tertidur. Namun, matanya tidak bisa terpejam karena pikirannya masih kacau.
Fitri mengambil ponselnya, dia mencoba menghubungi nomor Dimas. Tapi, nomor ponsel Dimas tidak aktif sama sekali.
Akhirnya Fitri pun bangkit dari posisi berbaringnya, dia mengambil sebuah kursi plastik dan duduk di sana sambil memainkan ponselnya.
Fitri membuka facebook, yang sebelumnya dia memposting beberapa jualan online yang ditekuninya selama ini. Setelah selesai memposting beberapa produk yang dijualnya, Fitri pun melihat-lihat berbagai status teman-temannya.
“Astaghfirullah, Bang Dimas!” pekik Fitri saat melihat postingan salah satu teman suaminya.
“Apa yang dilakukan Bang Dimas di sana?” gumam Fitri, dia bertanya-tanya di dalam hatinya.
“Warung ini posisinya di mana, ya?” lirih Fitri.
Fitri kembali bertanya-tanya di dalam hati karena dia tidak mengetahui tempat suaminya yang terpajang di beranda facebook salah satu penduduk kampung yang dia sendiri hanya kenal nama.
"Apa yang harus aku lakukan? Foto ini baru saja di upload, itu bisa jadi malam ini Bang Dimas memilih tidur di warung orang yang sudah ditutup dari pada pulang ke rumah," gumam Fitri.
Ibu satu anak itu kini semakin risau memikirkan suaminya.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?" lirih Fitri.
"Astaghfirullah, apakah Engkau sengaja memberikan aku cobaan ini padaku sebagai pengingat diriku yang sudah terlalu jauh dari-Mu?" Fitri mulai meneteskan air mata.
Dia bangkit dari duduknya, dia melangkah menuju kamar mandi untuk berwudhu, Fitri pun mulai melaksanakannya shalat malam yang sudah lama tidak dilakukannya.
Seingatnya, terakhir dia melakukan shalat malam adalah saat dia masih duduk di bangku kuliah, dulu Fitri sangat rajin melakukan ibadah-ibadah sunat, tapi sejak menikah dia terlalu sibuk menghabiskan waktunya dengan berusaha mencari kehidupan untuk dirinya dan keluarganya.
Gaji yang diperoleh Dimas hanya cukup untuk biaya hidup mereka dalam satu minggu, untuk minggu berikutnya Fitri berjuang dengan berjualan makanan masak untuk dititipkan di warung-warung.
Fitri mulai mengangkat tangannya untuk berserah diri pada sang Khalik. Dia mulai meminta ampun atas dosa-dosa yang sudah dilakukannya selama ini.
Setelah puas dia menangisi dosa-dosanya, dia pun memohon pertolongan pada Allah.
Hanya Allah lah satu-satunya tempat setiap hamba bergantung. Malam itu, Fitri terus menumpahkan rasa sedihnya pada Sang Pencipta hingga sebelum subuh dia bisa terlelap dan melupakan masalahnya sejenak.
Saat azan subuh berkumandang, terdengar ketukan pintu dari luar. Fitri langsung bangun dari tidurnya. Dia yang tadinya tidur di atas sajadahnya dan masih mengenakan mukena langsung melepas mukenanya dan meletakkannya di atas sajadah begitu saja tanpa dilipat.
Fitri melangkah menuju pintu, dan membukakan pintu rumah untuk sang suami.
"Lama banget, sih!" bentak Dimas saat pintu sudah terbuka.
"Kamu dari mana, Bang?" tanya Fitri penasaran.
"Bukan urusanmu," bentak Dimas lagi.
Semalam dia meninggalkan rumah tak membuat dirinya mulai berpikir dan menenangkan diri, tapi masih emosi yang diperlihatkannya pada sang istri.
"Apa kamu bilang, Bang? Suami tak pulang semalaman bukan urusan istrinya? Sejak kapan urusan suami tidak menjadi urusan istri?" tanya Fitri mulai kecewa dengan sikap sang suami.
"Apa peduli istri yang selingkuh di belakang suaminya? Apakah istri yang sudah selingkuh masih bisa dikatakan istri?" bentak Dimas.
Dimas meluapkan rasa kesalnya pada sang istri. Dimas sangat yakin bahwa istrinya selingkuh dibelakangnya.
"Astaghfirullah, Bang. Tega sekali kamu berkata seperti itu padaku, aku tidak pernah selingkuh. Aku hanya mengira orang yang menghubungiku itu adalah Rayhan. Namun, ternyata dia seorang penipu," ujar Fitri berusaha membela diri.
"Seharusnya kalau kamu sudah tahu pria itu mantan kekasihmu, kamu tidak lagi melanjutkan mengobrol dengannya, atau kamu masih mencintainya?" ujar Dimas meluapkan amarahnya.
Fitri terdiam mendengar perkataan suaminya, dia sadar diri jauh di lubuk hatinya nama Rayhan masih terukir jelas di hatinya.
Dengan susah payah dia berusaha menghapus nama itu, tapi justru dengan masalah ini membuat Fitri kembali mengingat kisahnya bersama Rayhan.
Dua tahun dia berpacaran dengan Rayhan, mereka tidak pernah bertengkar. Setiap masalah yang mereka hadapi selalu diselesaikan dengan kepala dingin sehingga rasa cinta mereka semakin tumbuh.
Hanya takdir yang tidak memihak cinta mereka.
"Cih, ternyata benar kamu masih mencintai pria itu!" tuding Dimas lalu dia berlalu masuk ke dalam kamar.
Setelah itu, Fitri pun melangkah ke kamar mandi lalu bersiap-siap untuk shalat subuh.
Setelah shalat subuh, Fitri pun melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Dia mulai memasak untuk sarapan dan makan siang nanti.
Dia mulai membersihkan rumah, selagi Rasya masih tidur, ada kesempatan untuknya melakukan pekerjaannya hingga mencuci piring dan baju.
Sementara itu, Dimas kembali tidur di samping Rasya.
Pada pukul 7.00, Fitri membangunkan suaminya. Dia belum melihat suaminya melakukan shalat subuh.
Sebagai seorang istri dia merasa bertanggung jawab untuk mengingatkan suaminya jika melakukan kesalahan.
"Bang, bangun. Udah siang," ujar Fitri.
Fitri mengguncangkan tubuh Sang suami.
"Bang, kamu belum shalat subuh," ujar Fitri lagi.
"Mhm," gumam Dimas.
Dia enggan untuk bangun, seolah hatinya tertutup.
"Bang, sudah siang. Kamu belum shalat subuh." Fitri terus berusaha membangunkan Dimas.
"Apaan sih? Jangan ganggu aku!" tiba-tiba Dimas bangun.
Dia menatap tajam ke arah sang istri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
☘️BILAA☘️
tunggu penyesalanmu Dimas,,,
2022-09-13
1
🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤SUHU🍀⃟🐝⁶⁹
dimas tipikal suami yg emosian😩
2022-09-13
1
𝐙⃝🦜𝐅❣️𝐙☠ᵏᵋᶜᶟ𒈒⃟ʟʙᴄ
seharusnya kamu cari tau dulu bang kebenarannya bukan mala emosi di duluin dh kena kompor mleduk dr ulet bulu sama ayah nya
2022-09-12
1