Bab 6

"Hai, Dim!" sapa Susi dengan nada merayu.

Susi merupakan teman sekelas Dimas sewaktu mereka duduk di bangku SMA. Jadi, dia merasa dekat dengan ayah satu anak itu.

"Eh, iya, Sus," lirih Dimas tak bersemangat menggubris ucapan Susi.

"Wajah kamu kenapa ditekuk seperti itu? Ada masalah?" tanya Susi langsung.

"Mhm, sedikit." Dimas menjawab secukupnya saja.

"Oh, kamu mau minum kopi? Aku buatkan, ya. Biar kamu sedikit plong," tawar Susi.

"Mhm," gumam Dimas.

Dimas tak tahu harus menjawab apa, di lain sisi dia mau minum kopi, di sisi lain dia tidak punya uang untuk membeli kopi.

Kebetulan sudah bulan tua, gaji Dimas yang sedikit sudah tentu habis. Dan keuangan mereka di akhir bulan ini berharap ada rejeki yang tak terduga, terkadang Fitri dapat rejeki dari jualan online yang baru ditekuninya.

Daris situlah mereka dapat bertahan hidup hari demi hari.

"Aku bikinkan kopi dulu untukmu, kali ini gratis," ujar Susi.

Susi dapat mengartikan jawaban Dimas, dia mengerti bahwa ayah satu anak itu sedang tidak memiliki uang.

Dia datang ke warung milik Susi hanya sekadar untuk menghilangkan rasa suntuk.

Susi melangkah meninggalkan Dimas yang masih dengan wajah suntuk.

Susi membuatkan secangkir kopi untuk Dimas, lalu meletakkan kopi tersebut di meja depan Dimas.

"Ada apa, sih? Kamu bisa cerita sama aku," ujar Susi mulai penasaran dengan Masalah yang dihadapi oleh teman sekelasnya beberapa tahun yang lalu.

"Namanya juga rumah tangga, Sus. Wajar kalau ada masalah," ujar Dimas mulai mencurahkan isi hatinya.

"Oh, masalah rumah tangga. Emangnya apa sih yang diperbuat istrimu?" tanya Susi dengan nada sumbing.

Susi memang tidak suka dengan istri Dimas, karena menurutnya Fitri tidak mau bergaul dengan orang-orang kampung apalagi dirinya yang hanya seorang janda.

Bukannya Fitri tidak mau bergaul dengan orang-orang kampung, pergaulan Fitri di kampung sangat luas, tapi dia membatasi bergaul dengan orang-orang yang menurutnya tidak pantas di pergauli.

Apalagi Susi seorang janda kampung, yang dengan santainya mengumbar auratnya di hadapan para pelanggan warungnya yang kebanyakan laki-laki.

"Entahlah, mungkin dia selingkuh," jawab Dimas jujur.

Dimas tidak bisa mengontrol emosinya sehingga dia lupa akan kewajibannya untuk menjaga aib rumah tangganya saat ini.

Padahal dia sendiri belum memastikan apakah istrinya benar-benar selingkuh atau tidak.

"Apa? Istrimu selingkuh?" pekik Susi.

Dia kaget saat mendengar jawaban dari Dimas.

semua mata yang ada di warung itu otomatis menatap penuh tanya pada ekspresi Susi yang kaget melebarkan matanya tak percaya.

Dimas menatap kesal ke arah Susi, dia tidak ingin banyak orang mengetahui masalah rumah tangganya.

"Ups." Susi langsung menutup mulutnya.

Dia tak sengaja meluapkan ekspresi senangnya atas keretakan rumah tangga Dimas.

Susi senang saat mendengar rumah tangga Dimas berantakan. sejak lama Susi memang tidak suka dengan Fitri.

Selama Fitri tinggal di kampungnya, istri dari Dimas itu tidak pernah berkomunikasi dengannya sama sekali. Sehingga Susi menilai bahwa Fitri merupakan wanita yang sombong dan angkuh.

Ditambah lagi Susi pernah menyukai sosok Dimas sewaktu dia masih duduk di bangku SMA.

Susi juga pernah berusaha untuk mendekati Dimas tetapi sewaktu itu Dimas tidak pernah menggubris dirinya.

Di waktu SMA, Dimas merupakan cowok populer di sekolahnya, hanya saja Dimas seorang yang tertutup dia jarang bergaul dengan teman wanita. Dia akan berbicara dengan wanita jika ada perlu saja hal ini membuat Susi semakin susah mendekatinya.

Mendengar keretakan rumah tangga Dimas dan Fitri, Susi merasa memiliki kesempatan kembali untuk mendekati Dimas.

"Aku nggak nyangka istri kamu bisa selingkuh, padahal gayanya biasa saja, ditambah lagi penampilannya juga tidak begitu menarik," ujar Susi memberi pendapat

Kata-kata Susi bukannya membuat Dimas tenang dia malah semakin membenci istrinya.

"Apa jangan-jangan istri kamu pakai ilmu hitam gitu supaya ada pria yang tertarik sama dia?" ujar Susi.

Janda tanpa anak itu seolah berusaha untuk memanas-manasi Dimas. dia sama sekali tidak berniat untuk menghibur teman SMA-nya itu.

Hati Dimas semakin panas mendengar ucapan Susi. wanita itu memang ingin membuat Dimas semakin membenci istrinya.

Dimas masih diam mendengar setiap kata-kata yang dilontarkan oleh Susi.

Tiba-tiba seorang pria masuk ke dalam warung milik janda kembang itu.

Pria itu melambaikan tangannya ke arah Susi.

"Susi! Pesan mie rebus satu, dong," ujar si pria yang bernama Yanto.

"Oh iya, tunggu sebentar, ya!" seru Susi.

janda tak beranak itu pun berdiri kembali meninggalkan Dimas yang masih bermenung memikirkan perkataan Susi.

"Mana mungkin Fitri memakai ilmu hitam untuk memikat mantan kekasihnya," gumam Dimas di dalam hati masih ada keraguan terhadap ucapan yang dilontarkan oleh Susi.

Namun, di sisi lain Dimas juga mulai percaya pada ucapan Susi. seolah-olah ada setan yang menghasut dirinya.

"Bisa jadi dia diam-diam memakai ilmu hitam agar mantan kekasihnya mau lagi sama dia. Fitri sudah bosan hidup susah denganku sehingga dia berpikir untuk kembali pada mantannya," gumam Dimas di dalam hati.

Dia menduga-duga hal yang sama sekali tidak pernah terjadi.

"Nih, mie rebusnya," ujar Susi sambil meletakkan semangkok mie rebus di atas meja di depan Yanto.

"Mau pesan apa lagi?" tanya Susi pada Yanto dengan nada genit.

"Mhm, ini saja dulu. Nanti kalau ada yang aku mau, aku akan memanggilmu lagi," jawab Yanto.

Setelah menyelesaikan pesanan Yanto, Susi kembali duduk di samping Dimas yang kini semakin kacau dengan praduga-praduga yang merusak hatinya.

"Udah deh, Dim. Jangan dipikirin masalah kamu sama istri kamu, ya, kalau dia selingkuh mending kamu nikmatin hari-hari kamu aja tanpa dia," bisik Susi di telinga Dimas sambil mengelus lembut paha Dimas.

Janda tanpa anak itu berusaha untuk menggoda Dimas, tetapi Dimas sama sekali tidak menghiraukan godaan Susi yang dilakukannya dengan sengaja.

"Eh, Dim. Lu di sini?" tanya Rahmat saat menyadari keberadaan Dimas di warung yang sama dengannya.

"Eh, iya, Mat." Dimas hanya mengangguk.

"Tumben lu ke sini?" tanya Rahmat merasa aneh.

Rahmat merupakan pelanggan tetap di warung milik janda kembang itu. Dia tidak pernah melihat Dimas berada di warung tersebut.

"Dim, besok bantuin gue kerja, ya," ajak rahmat pada Dimas.

"Hah? Boleh," jawab Dimas setuju.

"Lebih baik aku pergi bekerja daripada terus-terusan memikirkan istri tak berguna itu," gumam Dimas di dalam hati.

Satu persatu pelanggan yang ada di warung Susi sudah pulang.

Jam dinding di sana sudah menunjukkan angka 12 malam. Dimas masih saja betah berada di warung si janda kembang kampungnya.

"Kamu belum mau pulang?" tanya Susi heran.

"Belum, kamu mau tidur tidur saja. aku numpang tidur di warung ini boleh, kan?" tanya Dimas.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™

❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™

walah Dimas,malah dirayu janda.ntar tambah masalah nta lh

2022-10-03

0

🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤SUHU🍀⃟🐝⁶⁹

🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤SUHU🍀⃟🐝⁶⁹

dimas lebih bodoh lagi.. jadi nambah masalah yg ada..

2022-09-13

0

𝐙⃝🦜𝐅❣️𝐙☠ᵏᵋᶜᶟ𒈒⃟ʟʙᴄ

𝐙⃝🦜𝐅❣️𝐙☠ᵏᵋᶜᶟ𒈒⃟ʟʙᴄ

wa tmbah bengek nih si dimas 🤦🤦

2022-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!