Fitri menghela napas panjang, dengan takut dia pun akhirnya menceritakan apa yang sudah terjadi.
“Aku kena tipu, Bang,” lirih Fitri mengakhiri ceritanya.
“Apa maksudmu?” tanya Dimas lagi pada istrinya.
“Ternyata pria yang menghubungiku itu bukan Rayhan, tapi orang lain yang menyamar sebagai Rayhan,” jelas Fitri lagi pada Dimas.
“Jadi, kita kehilangan uang 3 juta karena kamu yakin bahwa pria yang menghubungimu adalah mantan kekasihmu?” bentak Dimas.
Dimas tidak terima uang yang susah payah ditabungnya hilang begitu saja karena kebodohan istrinya.
Fitri hanya terdiam menerima bentakan dari sang suami, dia sadar bahwa dia sudah melakukan kesalahan.Bersyukur Rasya sedang dibawa oleh ibu Dimas sehingga dia tidak melihat pertengkaran yang terjadi di antara kedua orang tuanya.
“Aku yakin, selama ini kamu pasti masih berhubungan dengan mantan kekasihmu itu, atau jangan-jangan selama ini kamu sering berhubungan dengan dia?” Dimas menuduh istrinya telah mengkhianati dirinya.
Pernikahan Fitri dengan Dimas memang bukan berlandaskan saling cinta di antara keduanya. Namun, Fitri selalu berusaha untuk mencintai Dimas sepenuh hati karena dia tahu takdirsudah memilihkan Dimas sebagai pendamping hidupnya meskipun masih ada sedikit ruang untuk Rayhan yang tersimpan jauh di dalam hatinya.
“Tidak, Bang. Sejak kita menikah aku tak pernah lagi berhubungan dengannya,” bantah Fitri tak terima dengan tuduhan yang diberikan oleh suaminya.
“Lalu, kenapa kamu merasa yakin bahwa yang menghubunginya itu adalah Rayhan? Pasti karena kalian sering berkomunikasi sehingga suaranya masih jelas terngiang di telingamu!” Lagi Dimas menuduh Fitri yang bukan-bukan.
Pengabdian dan bakti Fitri selama ini menjalani hidup bersama dirinya tak cukup menjadi bukti bagi Dimas bahwa Fitri sudah menerima dirinya sebagai jodoh yang ditakdirkan Tuhan untuknya.
“Bukan begitu, Bang? Kamu sudah salah paham,” ujar Fitri lagi.
Fitri terus berusaha membela diri, karena dia sama sekali tidak pernah lagi berhubungan dengan Rayhan. Begitu menyakitkan baginya kata-kata Dimas yang sudah menuduh dirinya yang bukan-bukan.
“Masih juga membantah, kenyataannya sudah di depan mataku, Fitri. Kamu tidak bisa lagi menolak perselingkuhanmu,” ujar Dimas semakin sengit menuduh Fitri telah berselingkuh.
“Apa? Istrimu selingkuh, Dimas?” Tiba-tiba ayah Dimas datang ke rumah kontrakan Dimas dan Fitri.
Entah dia hanya lewat atau sengaja ingin datang ke rumah Dimas, tapi dia mulai penasaran penyebab pertengkaran yang terjadi antara putranya dan menantunya.
Dimas dan Fitri menoleh melihat ayah Dimas yang kini sedang berdiri di depan pintu rumah.
“Iya, Yah. Dia juga sudah menghabiskan uang tangungan kami untuk selingkuhannya itu,” ujar Dimas lagi semakin emosi.
“Ya ampun, Fitri. Kamu sudah keterlaluan! Walaupun bersama Dimas kamu hidup susah tapi tolong jangan mengkhianati cinta Dimas,” ujar ayah mertua Fitri seakan menyetujui tuduhan Dimas pada dirinya.
Fitri menggelengkan kepala tak percaya dengan ucapan ayah mertua, kata-kata yang dikeluarkan ayah mertua berhasil membuat Dimas semakin emosi.
“Sekarang ke mana mau di cari uang 3 juta yang sudah kamu berikan pada selingkuhanmu itu?” bentak Dimas semakin menjadi di depan ayahnya.
“Apa? 3 juta? Uang 3 juta bukanlah jumlah yang sedikit bagi kita yang hanya orang miskin ini, Fitri.” Ayah mertua Fitri semakin menjadi memanas-manasi Dimas.
“Itu merupakan gajiku 6 bulan dari mengajar, dengan susah payah kita menabung, sekarang kandas begitu saja,” ujar Dimas.
Dimas terus meluapkan emosinya di depan sang Ayah, ucapan ayahnya bagaikan minyak tanah di saat api mulai membakar rumah tangga putranya.
“Jadi ini kerjaan kamu pergi keluar rumah hampir setiap hari, untuk mencari pria lain di luar sana? Masih mending keluar sana mencari laki-laki menghasilkan uang. Ini justru menghabiskan uang.” Lagi dan lagi ayah dimas semakin menjadi menyirami minyak tanah di hati putranya yang sudah terbakar.
Fitri tak menyangka ayah mertuanya sanggup berbicara seperti itu pada dirinya, Fitri kecewa dengan dua pria yang semakin menjadi memojokkan dirinya.
Akhirnya Fitri memilih diam, dia tak lagi berusaha untuk membela diri, karena Fitri yakin tidak ada gunanya membela diri di saat Dimas masih emosi.
“Lebih baik kamu tinggalkan wanita seperti ini, Dimas,” saran ayah Dimas padanya.
“Astaghfirullah,” lirih Fitri.
Dia tak menyangka ayah mertuanya akan memberi saran pada putranya untuk meninggalkan Fitri yang selama ini sudah setia dan berlapang dada menerima nafkah yang pas-pasan dari putranya.
Bahkan Fitri rela melakukan apa saja yang bisa dia lakukan asalkan dapat membantu keuangan rumah tangga mereka yang jauh dari kata berkecukupan.
Fitri juga sudah rela meninggalkan keluarganya untuk mengikuti sang suami. Fitri menentang semua keluarganya yang menolak kepindahannya ke kampung Dimas.
Seketika Fitri teringat dengan berbagai ucapan keluarganya yang melarang dirinya untuk pindah ke kampung suaminya.
“Bagaimanapun susahnya kalian, kami keluargamu masih bisa membantumu di sini.”
“Berpikirlah lebih matang untuk mengambil keputusan, jika di sana ada maslah sudah pasti tidak aka nada yang akan membelamu.”
“Ibu tidak setuju kamu pergi mengikuti suamimu. Ibu takut suamimu berlaku semena-mena terhadap kamu nantinya.”
Fitri kembali diam, tanpa disadarinya kini buliran bening jatuh membasahi pipinya.
“Aaah,” teriak Dimas.
Dimas paling tidak bisa melihat Fitri menangis, dia seakan muak melihat air mata Fitri yang berjatuhan di pipinya, karena setiap kali terjadi pertengkaran di antara mereka berdua, Fitri selalu menangis. Dimas merasa bosan melihat wanita yang sudah tahun menjadi istrinya itu menangis.
Dimas pun keluar dari rumah, dia meninggalkan Fitri dan ayahnya yang masih mematung di sana.
“Dasar wanita tidak tahu di untung, masih bersyukur Dimas masih mau bertahan dengan kamu,” bentak ayah Dimas pada Fitri.
Ayah Dimas pun keluar dari rumah dan pergi meninggalkan Fitri seorang diri di rumah itu. Ayah Fitri memang memiliki seautu yang tidak disukainya pada diri Fitri, karena Fitri sempat menolak dirinya saat dia hendak menyentuh istri putranya itu.
Sejak itu ayah Dimas tak suka pada Fitri, apalagi Fitri meminta untuk pindah ke rumah kontrakan di saat ayah Dimas ingin mendekati dirinya.
Fitri hanya bisa menangis seorang diri di rumah, setelah puas menangis, Fitri membersihkan bekas makan suaminya tadi lalu menunggu putrinya datang diantar oleh ibu mertuanya.
Fitri berusaha bersikap sewajarnya agar ibu mertuanya tidak tahu dengan apa yang baru saja terjadi di rumahnya.
Dalam kesal, Dimas pergi ke sebuah warung tempat teman-temannya berkumpul. Sebenarnya Dimas jarang pergi ke warung tersebut karena si pemilik warung merupakan seorang janda yang sangat memikat.
Entah mengapa kali ini Dimas memilih warung itu untuk menenangkan dirinya. Dimas masuk ke dalam warung itu dan ikut bergabung dengan teman-temannya.
Si janda muda pemilik warung melihat raut wajah Dimas yang sedang kacau, Susi melangkah menghampiri Dimas, dia duduk tepat di samping Dimas.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
Hedehhh ini mertua bukany menenangkan malah ngompori ....
Terus knp d jodoh Hin kalau emang ngk suka...
2022-10-03
3
R. Yani aja
alah... tergoda janda itu ntar... 😅
2022-10-03
1
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
ternyata begitu kelakuan mertua Fitri pada fitri
2022-10-03
0