Fitri bingung harus jujur atau bohong pada sang suami.
“Mungkin aku lebih baik jujur pada Bang Dimas agar dia tidak curiga padaku,” gumam Fitri di dalam hati menimbang jawaban apa yang akan dilontarkannya.
“Bang, sebenarnya yang menelpon ini Rayhan temanku waktu,--” jawab Fitri hati-hati dengan menggantung ucapannya.
“Apa? Rayhan mantanmu itu?” bentak Dimas seketika.
“I-iya, Bang. Tapi ini hanya sekadar usaha saja kok. Aku cuma membantunya dan itupun aku akan mendapatkan keuntungan yang besar,” jelas Fitri menenangkan sang suami.
Dimas menatap tajam ke arah sang istri, dia mengingat pertengkaran hebat yang terjadi di antara dirinya satu minggu sebelum menikah.
Saat itu Dimas sempat melihat Fitri memeluk pria yang jelas-jelas bukan muhrimnya.
Saat Fitri tengah berusaha menjelaskan situasinya, ponsel ibu satu anak itu kembali berdering.
“Bang, nanti aku jelaskan lagi ya. Aku harus selesaikan dulu masalah ini,” ujar Fitri meminta pengertian sang suami.
Dimas keluar dari rumah kontrakkannya lalu melangkah menuju rumah orang tuanya untuk melihat kedua putrinya.
“Dek, semua bukti transfernya sudah ada sama kamu, kan?” tanya Si penelpon.
“Iya,” lirih Fitri.
Saat ini Fitri tengah merasa tidak enak terhadap suaminya. Pikirannya tidak lagi fokus dalam bisnis yang ditawarkan si penelpon.
“Oke, barang-barang orderan Ko Asiong akan diproses secepatnya. Tolong bilang ke Ko Asiong kalau Barang sudah ready,” ujar Si penelpon.
Fitri pun melakukan perintah si Penelpon dengan hati mendua.
Pikirannya telah bercabang, antara melanjutkan bisnis yang menggiurkan atau mengabaikan bisnis ini.
Lima belas menit Fitri terdiam, tiba-tiba Ko Asiong menelpon lagi.
“Buk Fitri, kenapa barang-barang saya belum bisa dibawa? Istri saya sudah marah-marah karena kelamaan,” protes Ko Asiong tiba-tiba.
“Bentar ya, Ko. Daya coba cek dulu,” ujar Fitri lemah.
Fitri langsung menelpon pria yang mengaku sebagai Rayhan.
“Bang, kenapa belum juga selesai urusannya, mereka sudah protes,” keluh Fitri.
“Bentar, Dek. Ini ATM aku terbatas limit pengiriman. Aku butuh uang untuk transfer ke gudang perusahaan. Kamu bisa carikan uang sekitar 10 juta?” tanya pria itu.
“Uang 10 juta? Aku dapat dari mana, Bang?” tanya Fitri bingung.
“Begini, Dek. Kamu tolong cari pinjaman dulu, nanti kalau uangnya sudah cair kamu kan bisa ganti pake keuntungan yang akan kita dapat,” bujuk pria itu.
“Aku enggak punya uang sebanyak itu, Bang,” keluh Fitri.
“Ya sudah, sekarang kamu punya uang berapa?” tanya pria di seberang sana.
Fitri teringat ada uang simpanannya, tapi dia masih ragu untuk uang itu karena itu adalah simpanan yang susah payah mereka kumpulkan untuk membeli sepetak tanah agar mereka tidak hidup mengontrak lagi.
Saat Fitri masih berpikir. Ko Asiong menelpon lagi.
“Buk, bagaimana orderan saya, kalau dalam 5 menit urusannya belum selesai juga saya akan batalkan orderan saya!” ancam Ko Asiong penuh emosi.
Fitri pun takut dengan ancaman Ko Asiong, akhirnya Fitri memutuskan menggunakan uang simpanannya sebesar 3 juta.
Dia langsung mentransfer uang tersebut tanpa berpikir panjang dan tanpa meminta izin pada Ahmad sebagai suaminya.
Fitri hanya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang banyak karena dia benar-benar membutuhkan uang saat ini.
“Dek, aku sudah coba kasih uang kamu yang 3 juta ke pihak gudang, tapi masih kurang. Kamu bisa cari pinjaman lagi?” tanya pria itu.
Di saat si Pria penelpon tersebut meminta uang lagi, FItri mulai curiga.
“Kamu kan tahu bagaimana hidupku di sini, Bang. Kenapa kamu suruh aku cari uang lagi, aku sudah transfer 3 juta, kamulah yang cari uang buat nutupinya,” ujar Fitri kesal.
“Ayolah, Dek. Kalau tidak kamu bisa dilaporkan ke polisi sama Ko Asiong,” ancam Pria itu.
Jantung Fitri berdegup kencang, dia mulai sadar kalau pria yang menghubunginya bukan Rayhan tapi seorang penipu.
“Kamu menipu aku, Bang?” bentak Fitri penuh amarah.
“Ternyata kamu tidak kasihan sama aku yang hidup susah seperti ini. Sekarang kamu menipu aku, hiks hiks!” bentak Fitri.
Panggilan pun terputus. Seketika itu juga, nomor Fitri diblokir oleh si penelpon.
Fitri meringkuk menangisi kebodohannya yang percaya begitu saja pada orang yang tidak dikenalnya. Rasa cintanya yang masih tertinggal terhadap Rayhan membuat dirinya percaya bahwa pria yang menghubunginya adalah sang mantan kekasih.
Uang yang susah payah dikumpulkannya bersama sang suami lenyap begitu saja. Fitri pun menangis.
“Astaghfirullah, ya Allah, kenapa aku bisa sebodoh ini? Bukannya mendapatkan keuntungan yang aku angan-angankan bahkan uang yang sudah susah payah kami kumpulkan lenyap sudah,” lirih Fitri dalam isakkannya.
Fitri menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya. Saat ini dia bingung harus menyampaikan apa pada sang suami nantinya.
“Bagaimana cara aku menyampaikan musibah ini pada Bang Dimas, dia pasti marah besar padaku,” gumam Fitri di dalam hati.
Tak berapa lama Dimas datang lagi, dia sudah siap untuk berangkat ke kebun. Dimas mengabaikan Fitri yang sedang meringkuk di pojok kamarnya.
Dimas mengambil kunci sepeda motornya lalu pergi tanpa berkata sepatah kata pun pada sang istri.
Fitri berdiri, dan melihat sang suami dari jendela saat mendengar sepeda motor Dimas telah menyala. Sebelum melajukan sepeda motornya, Dimas menoleh ke arah Fitri yang berdiri di jendela.
Dimas mengabaikan Fitri dia masih marah dan emosi karena mengetahui Fitri masih mau berkomunikasi dengan mantan kekasihnya, pria yang sangat dibenci oleh Dimas.
Setelah Dimas pergi ke kebun, Fitri pun mulai melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukannya sejak tadi. Dia berusaha menenangkan dirinya seorang diri.
Penyesalannya saat ini tak ada gunanya, sambil menyelesaikan pekerjaannya Fitri terus mengucap memohon ampun pada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukannya.
Fitri mencoba menganggap kejadian yang baru u saja menimpanya adalah bentuk teguran dari Allah atas dosa-dosa kecil yang selama ini dilakukannya.
Pada pukul 10.00, Rasya asyik bermain di luar bersama teman-temannya. Semua pekerjaan Fitri sudah selesai, mulai masak hingga membersihkan rumah.
Fitri pun langsung mengambil wudhu’ dan melakukan shalat dhuha diiringinya dengan shalat taubat.
“Ya Allah, hamba tahu iman hamba mulai menipis padamu, hamba mohon ampuni segala dosa hamba. Hamba sadar, mungkin ujian yang engkau berikan pada hamba saat ini adalah teguran dari-Mu.” Fitri berdo’a dan memohon ampun pada sang pemilik alam semesta.
Dengan dzikir dan terus mengucap istighfar, Fitri melewati hari yang naas dengan berat, hingga sore pun datang.
Selesai Fitri memasak untuk makan malam, terdengar suara sepeda motor Dimas yang baru saja pulang dari kebun.
Dimas turun dari sepeda motornya, bergegas Fitri membukakan pintu untuk sang suami.
Saat Dimas berdiri di ambang pintu, Fitri bergegas meraih tangan sang suami.
“Maafkan aku, Bang,” lirih Fitri memohon maaf pada sang suami.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
Nahh kan bnaran...jgn pernah percaya dg orang d tlfo...
Semoga dimas mau memaafkan istri y
2022-10-03
2
R. Yani aja
sumpah rasanya pengen makan orang kalo situasi seperti itu. Sebel nauzubillah... 😰
2022-10-03
1
🟢◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Hwaiting Kk
Time Travel Lia mampir
2022-09-13
0