I Dare You Baby

...Happy reading 💕...

...Hope you enjoyed.....

...----------...----------...

Beberapa Saat sebelum Yama mengambil pesanan Chloe..

"Kaaaak, bisakah nanti kakak mengambilkan pesananku?" Tanya Chloe pada Leon melalui ponselnya.

(...)

"Ayolah kaaaak.. tadi aku sudah meminta tolong kak Alex dan kak Ken. Mereka juga tidak bisa.." ucap Chloe sedikit merengek.

(...)

"Tidak, terakhir kali aku meminta tolong padanya. bukannya membantuku, aku malah mendapatkan lirikan tajam setajam belati. Aku tidak mau, dia terlalu menakutkan" Ucap Chloe dengan bersungut2.

(...)

"Kakak saja yang bilang, ya ya ya..." Chloe berusaha membujuk Leon.

(...)

"Haishh" Chloe mematikan sambungan dengan sedikit kesal.

Dia sejenak menimang ponsel yang ada di genggamannya, haruskah dia menghubunginya?

"Baiklah, aku akan meminta tolong padanya" Chloe berkata seraya menghubungi Yama.

tut...tut..tut...tut...

Chloe mengigit ibu jarinya karena Yama tidak kunjung mengangkat panggilan nya seraya berkata "Dia tidak mengangkatnya".

"Halo.." Ucap Chloe saat Yama mengangkat panggilannya yang kedua.

(Hmm) Yama.

"Bisakah aku meminta bantuanmu?" Chloe.

(Katakan) Yama.

"Aku dan Theo memiliki urusan mendadak. Bisakah kakak mengambilkan pesananku di boutique?" Chloe

(Ya) Yama..

tut,tut,tut..

"Eeeh.. dia langsung mematikan teleponnya, aku belum memberirahukan alamatnya. Apakah ada yang aku tidak ketahui antara kak Yama dan Athena" ucap Chloe seraya menatap ponselnya bingung juga penasaran.

.....

Mari kita kembali beralih pada Yama...

Setelah mengambil pesanan milik Chloe. Disepanjang perjalanan pulang, seulas senyum kecil terus terpatri di wajah tampannya.

Bayangan wajah Athena yang memerah entah karena kesal atau karena malu itu terus saja mengisi otaknya. Mata indahnya, pipi yang sedikit chubby, hidung mungil, alis tajam, bibir pink ranum. Dengan memikirkannya saja sudah membuat jiwa kelelakian Yama tergugah.

Belum juga sempat Yama membuang pikiran kotornya, tiba-tiba saja dia dikagetkan dengan peluru yang menghantam kaca mobilnya. Beruntunglah dia karena mobilnya dilapisi anti peluru. Coba saja kalau tidak, kepalanya sudah pasti berlubang.

"Tuan, anda baik-baik saja?" tanya Mac seraya melirik Yama melalui kaca spion depan.

"Hmm, siapa yang mencari masalah di waktu seperti ini" ucap Yama yang entah itu sebuah pertanyaan, atau hanya sebuah gumaman.

"Tuan, sepertinya mereka mengikuti kita" Ucap Mac.

"Kau bisa mencoba mobil ini, Biarkan aku istirahat sejenak" ucap Yama, lalu menyamankan posisinya dan memejamkan mata seraya menikmati kebolehan sang asisten dalam mengendarai mobilnya.

Setelah mendengar perkataan Yama, Mac pun menyunggingkan senyum kecilnya lalu sedikit meregangkan otot lehernya.

"Let's play new boy" ucap Mac dalam hati.

Mac melirik ke arah kaca spionnya untuk memastikan posisi beberapa mobil yang sedang mengejar mereka. Setelahnya, Mac pun mulai mengoper gigi, menambah kecepatan dengan sehalus mungkin agar tidak terlalu membuat guncangan yang bisa membangunkan Yama.

Mac semakin menginjak pedal gasnya, menggiring 2 mobil yang mengejar mereka ke jalan yang dirasa cukup leluasa untuk menjalankan aksinya.

Salah satu mobil yang mengejar mereka terlihat hampir menyamakan kecepatan dengan Mac. Seketika itu pula Mac sedikit mengurangi kecepantannya, lalu dengan tiba2 membelokan mobil karah kiri. Menyebabkan 2 mobil yang mengejar mereka seketika bertabrakan karena terkejut dengan pergerakan Mac yang tiba2.

Salah satu mobil yang berhasil lolos, kembali mencoba mengejar Mac yang sudah sedikit jauh di depan mereka. Tidak kehilangan akal, salah satu orang yang berada di kursi penumpang membuka kaca jendelanya. Mencoba untuk menembak mobil yang dikendarai Mac, tapi selalu meleset.

"Sial, apa yang kau lakukan, tambah kecepatanmu. Berkenderalah dengan benar" Teriak sang penembak kepada orang yang sedang mengendarai mobil.

"Diam dan tembaki mereka, jangan terlalu banyak bicara." ucap sang pengendara, balas berteriak.

Saat sang penembak hendak mengisi ulang peluru tiba-tiba dia dikagetkan oleh umpatan si pendara yang tidak sempat berbelok saat berada di tikungan hingga

Braaaaaaaaaakkkkkkk...

Mobil itu menabrak pembatas jalan disusul oleh mobil yang ada di belakangnya, sampai-sampai mobil mereka terguling ke bawah jurang.

Mac menyunggingkan senyumnya saat mendengar suara tabrakan itu. Dia kembali melajukan mobilnya ke jalur yang semestinya dengan kecepatan normal lalu melirik Yama melalui kaca sepion depan, dia menghembuskan nafas lega ketika melihat Yama masih terlelap dan segera melanjutkan perjalanan menuju kediaman sang Tuan.

....

Beberapa saat kemudian..

"Tuan, kita sudah sampai" ucap Mac lalu turun dari mobil dan membukakan pintu untuk sang tuan.

Yama pun membuka matanya lalu turun dari mobil seraya berkata "bereskan dan cari tau siapa dalangnya" kemudian berlalu tanpa menunggu jawab dari Mac.

Saat Yama memasuki mansion, dia sedikit terkejut ketika melihat seseorang yang tengah duduk menunggunya di ruang tamu.

"Apa yang kau lakukan disini" ucap Yama dengan ekspresi datarnya.

Orang itu pun hanya bisa tersenyum lesu lalu berkata "Aku tidak memiliki niat apapun Yama, aku kesini hanya untuk menyampaikan pesan dari kakek Robert".

"Katakan" Ucap Yama.

"Aku rasa, ini bukan suatu hal yang bisa sembarangan aku katakan disini" orang itu berkata dengan sedikit serius.

"ikuti aku" ucap Yama seraya berjalan menuju ruang kerja pribadinya.

Orang itu pun mengikuti kemana Yama pergi.

"Katakan" Ucap Yama setelah memasuki ruang pribadinya.

"Sebelum aku mengatakannya, aku hanya ingin tau, apa kau benar2 tidak bisa menerima perasaanku?? Bahkan untuk sedikitpun?" Tanya orang itu seraya menatap mata Yama dengan penuh harap.

"Jangan membuang-buang waktuku Mona" Ucap Yama dengan suara yang begitu mengintimidasi.

Mona pun akhirnya hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah.

Ya, orang itu Mona, cucu kakek Robert yang merupakan salah satu klan mafia terkuat ke 3 di daratan Eropa. Dia menyukai Yama semenjak mereka masih berusia muda, yang pada saat itu Yama menolongnya dari sebuah percobaan penculikan.

Hal yang di lakukan Yama itu membuat Mona sedikit salah paham dengan perasaannya. Mona menganggap jika Yama menolongnya karena perasaan takut kehilangan. Hingga membuat Mona sedikit terobsesi dengan Yama..

Sampai ketika Mona menyatakan rasa sukanya secara terang-terangan kepada Yama. Yama menolaknya mentah-mentah, bahkan mengatakan akan menutup seluruh akses agar mona tidak bisa lagi menghubunginya.

Sejak saat itu pula Mona sadar akan kesalah pahaman perasaannya sendiri. Dia juga sadar jika Yama adalah pria yang mustahil untuk dia sentuh.

Ditambah lagi kakek Robert yang secara terang-terangan menentang perasaan yang tumbuh di hati Mona untuk Yama. Yang akhirnya, Mona pun harus mulai merelakan perasaanya kepada Yama. Karena dia bukan seorang perempuan yang terlalu berambisi tinggi kepada seorang pria. Ditambah lagi dia juga sadar akan kedudukannya di klan mafia Kakek Robert.

Hingga akhirnya dia memutuskan untuk mundur dari perasaannya, dan menyimpan perasaan itu sebagai pengalaman pahtnya.

Setelah kembali menghembuskan nafas untuk yang kedua kalinya. Mona segera duduk di sofa yang bersebrangan dengan Yama seraya berkata "Kakek Robert berkata, kau harus hati-hati kepada salah satu pelayanmu yang ada disini. Dia adalah mata-mata kiriman Tuan Joe Lincoln."

"Aku sudah tau, tapi aku tidak tau apa niatnya masuk kesini" ucap Yama dengan tenang.

"Itulah yang ingin aku sampaikan kepadamu. kau dan Tuan Joe selama ini memang tidak memiliki masalah. Bahkan untuk sekarang pun, Tuan Joe tidak bermaksud mencari masalah denganmu. Dia hanya membantu seseorang untuk mendapatkan hal yang ada ditanganmu." tutur Mona

Yama menaikan sebelah alisnya.

Mona kembali melanjutkan kalimatnya "Apa kau ingat? 2 bulan yang lalu kau pernah memenangkan sebuah patung dari rumah pelelangan"

"Hmm.." gumam Yama.

"Didalam patung tersebut ada sebuah chip yang menyimpan data rahasia milik Pemerintahan Arab Saudi" jelas Mona.

"Lalu?" Yama bertanya dengan rasa tidak minat.

"Mereka hanya akan mengambil Chipnya, dan akan mengembalikan kepada tempat yang seharusnya" ujar Mona.

Yama sedikit bingung saat mendengar perkataan Mona lalu bertanya "mereka?"

"Ya, tuan Joe memerintahkan ke empat gadis andalannya untuk mengambil chip tersebut" jawab Mona lalu meletakkan sebuah map di atas meja.

Mona pun kembali berkata "Tuan Joe sengaja tidak memintanya langsung padamu. Dia pikir jika kau mengetahui chip itu. Kau akan menyalah gunakannya untuk kepentingan pribadimu. Didalam situ terdapat data ke empat gadisnya, kakek Robert memberikan data itu hanya untuk kau berjaga-jaga"

"Aku tidak tertarik" ucap Yama tanpa menghiraukan map itu.

"Buka, dan lihat dulu. Salah satu dari ke empat gadis itu adalah gadis yang sedang kau incar belakangan ini"

Perkataan yang Mona lontarkan mampu membuat Yama menaikan sebelah alisnya.

Merasa tidak ada lagi yang perlu di sampaikan, Mona pun segera beranjak seraya berkata "Aku pergi dulu, aku sudah menyampaikan apa yang seharusnya aku sampaikan" dan segera berlalu dari sana.

Setelah kepergian Mona, Yama meraih map yang tadi sempat tidak di hiraukannya. Dia membuka map tersebut dan mulai membaca tiap lembaran kertas dengan teliti.

Hingga sampai pada lembaran terakhir, Yama menyunggingkan senyumnya seraya berkata "I dare you baby, akan kunantikan kedatanganmu"

Setelahnya, dia beranjak dan bergegas pergi meninggalkan ruang kerjanya menuju ruangan rahasia tempat dimana dia meletakkan patung tersebut.

Yama pun mengambil patung itu seraya menimang-nimangnya sejenak dengan tatapan yang sulit di artikan.

...-TBC-...

Thanks for reading..

Salam sayang dari sensi💕

See you in the next episode..

Bye bye..

Terpopuler

Comments

sri astuti

sri astuti

pvuii? =7

2023-07-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!