wanita itu sedang menatap tajam kearah ayahnya,"coba jelaskan dan jangan bilang ayah lupa namanya,"
"sebenarnya iya, sudah lah Indar, Friday tolong pergilah, kamu lihat singa betina ku sedang mengamuk," perintah pak Bagyo.
"tentu honey," jawab wanita itu yang kemudian pergi.
"ayah kenapa memanggilmu Friday?"
"karena itu lebih mudah memanggilnya dengan hari saat aku mengajaknya berkencan," kata pria itu tertawa.
"taruhan tolong maafkan kegilaan ayah ku ini, sekarang kami sudah di sini bukan, dan bisakah kami pulang?" kesal Indar.
"kenapa buru-buru?"
"ayah seperti tak tau saja," marah Indar sambil menatap tajam kearah ayahnya itu
"sudahlah mulutnya memang seperti itu,jadi tak perlu kamu memikirkannya, benarkan Abimana?" tanya pak Bagyo.
"iya ayah," jawab Abimana mengiyakan saja toh itu memang benar.
"terserah, aku mau pergi," kata Indar yang langsung naik ke lantai atas.
Abimana langsung berlari mengejar istrinya itu, mereka pun mandi bersama.
malam itu Indar masak karena di rumah hanya ada mereka bertiga karena saudara yang lain sudah pergi ke rumah saudara mereka yang memang akan mengadakan pesta.
"ayah bisakah berhenti jajan sembarangan, aku takut ayah akan terkena penyakit menular," kata Indar yang datang membawa nasi goreng untuk kedua pria yang dia cintai.
"tidak bisa, dulu ibumu bilang jika dia meninggal dunia ayah boleh melakukan apapun yang belum ayah lakukan saat dia masih hidup, jadi lihatlah sekarang ini jadinya, lagi pula aku tak sembarangan mengajak gadis," terang pak Bagyo.
"terserah deh aku lelah," kata indar
sedang Abimana hanya tersenyum saja, besar di panti asuhan tak membuatnya merasakan kehangatan keluarga
dan menjadi bagian dari keluarga ini sangat menyenangkan, terlebih ayah mertuanya yang selalu lebih gaul dari pada dirinya.
sedang di tempat Reihan pria itu juga sedang ada di rumah saat tamu tak di undang itu datang membawa kejutan besar untuk Reihan
"ibu kenapa kesini?" tanya Reihan yang tak di beritahu sedikitpun.
"kejutan, ibu mulai sekarang ingin tinggal bersama kalian, ibu tak mau di rumah besar itu sendirian, jadi ibu mau dekat dengan anak dan menantuku.
"ibu...."
"sudah tak usah protes, ayo Febry," kata wanita itu merangkul menantunya itu dan masuk kedalam rumah.
dia tersenyum melihat rumah itu tetap bersih dan rapi meski keduanya sibuk bekerja.
"sekarang Febry tolong buatkan aku sesuatu?" kata Reihan.
"hei panggilan apa itu, kalian sudah menikah dua tahun dan panggilan tak berubah, dasar kamu itu kaku sekali, yang mesra dengan istrimu gitu, panggil sayang atau apa gitu," protes ibu Rita.
"ibu juga terus menganggu ku, aku akan mengantar ibu sendiri pulang," kesal Reihan yang sudah di pastikan hidupnya tak akan tenang
Bu Rita hanya tersenyum, Febry mengambil sebuah kotak pie buah dan menatanya di piring.
Bu Rita pun langsung memakannya saat kue itu di sajikan, dan terlihat begitu lahap.
sedang Reihan hanya tersenyum saja, karna wanita itu tak tau jika kue itu dari toko wanita yang paling dia benci.
"ini kuenya enak loh,beli dimana?" tanya Bu Rita.
"beli di tempat temen ku Bu, oh ya Febry sebentar lagi ada reuni kampus apa kamu mau ikut, setidaknya teman-teman ku ingin melihat mu dan mengenalmu," kata Reihan
"baiklah mas, aku akan pergi," jawab gadis itu.
"lah itu bagus,"
"baiklah aku pamit ke atas untuk bekerja, dan ibu itu toko kue dari gadis yang dulu kau usir saat aku mengenalkannya sebagai kekasihku," bisik Reihan yang langsung pergi.
mendengar itu Bu Rita terbatuk-batuk, dia tak mengira jika gadis yang tak bisa apa-apa ternyata bisa membuat kue seenak ini.
sedang menantunya yang terlihat sempurna di semua bidang, tapi malah tak terlalu pintar memasak.
Indar sedang membaca beberapa pesan yang di kirimkan oleh seseorang yang ternyata itu adalah Mike.
pria itu bahkan bisa menemukannya belum satu hari,"Dasar orang kaya," gumam indar.
tiba-tiba ketenangan mereka terusik dengan kedatangan seorang wanita yang masuk kedalam rumah.
"halo kakak ipar sepupu, maaf malam ini aku ikut menginap disini, wah ternyata Indar dan Abimana sudah ada di rumah," kata bulek Aris.
"bukan urusan mu, ini rumah ku," ketus Indar.
"sayang tak boleh begitu, bagaimana pun dia itu saudara kita," kata Abimana.
"tau nih, mungkin ini yang membuat mu belum memiliki anak, lihat anak-anak ku sudah memiliki momongan semua, sedang kamu menikah sudah tiga tahun tapi belum punya anak," hina wanita itu.
"anak mu lebih parah,nikah karena hamil duluan dan itu di banggakan, hei lihatlah sekarang mereka lebih menyedihkan, dan jika kamu tak bisa menjaga mulutmu lebih baik jangan datang kemari," marah Indar.
"mas sepupu lihat putrimu, dia mengusirku," kata bulek Aris mengadu pada pak Bagyo.
"jika kamu tak bisa menutup mulut,lebih baik pergi saja menginap di tempat lain karena aku tak suka jika ada yang membuat keributan, lagi pula rumah ku tak akan muat dengan kedatangan mu dan seluruh keluarga mu itu," kata pak Bagyo.
Indar tersenyum sambil menunjukkan pintu keluar, "Monggo silahkan pergi karena kehadiran Anda tak diterima di sini,"
wanita itu pun pergi dari rumah itu, setidaknya Indar tak akan mendengar ucapan aneh dari saudara jauhnya itu.
malam itu mereka beristirahat dan besok akan datang ke dalam acara pesta pernikahan, atau bisa di sebut dengan pesta dengan ajang pamer.
mulai dari pasangan dan anak akan di pamerkan, dan tak lupa semua perhiasan yang mencolok hingga satu siku full.
Reihan merokok dan melihat foto Indar dan dirinya yang tersimpan rapi di dompetnya.
"seandainya dulu ibu mau menerima mu, mungkin sekarang kita bisa bahagia dan aku akan mendengar suara ******* yang begitu aku sukai itu," gumam Reihan yang mengingat semuanya kembali.
dia memang menjalani pernikahan dengan Febry, tapi di hatinya posisi dari Indar belum bisa di geser oleh istrinya itu.
bahkan kadang dia merasa jika dia malah risih saat bersama dengan Febry.
"aku pasti menjalani hidupku seperti di neraka saat ini, ah sudah aku keluar saja kalau begitu," kata Reihan mengambil jaketnya.
dia pun menuju tempat hiburan malah yang malam ini mengadakan pertunjukan besar.
Febry tak menemukan suaminya di mana pun, dan dia hanya bisa menghela nafas karena pria itu sudah hilang saja.
dia tau jika Reihan mencoba berubah meski kebiasaan pria itu ke tempat hiburan malam akan sulit hilang.
Febry pun hanya bisa menatap ranjang dingin yang selama ini mereka berdua tiduri bersama tapi saling membelakangi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments