Life As Ketua Osis

Life As Ketua Osis

Prolog

Attenshun! 📢

Sebelum membaca cerita ini aku mau bilang, kalau masih ada beberapa part awal yang berantakan. Mohon dimaklumi, karena akan direvisi satu persatu. Dan yang kedua, tolong ikuti alur ceritanya ya, apapun yang ditulis author sudah memikirkan jalan cerita dari awal sampai akhir, jadi kalau ada part yang tidak sesuai ekspetasi mohon maaf.

Author menerima kritik dan saran asal diungkapkan dengan baik ya, karena author masih penulis baru yang sedang mencoba untuk berkembang. Jangan lupa baca ceritaku yang lain ya. Kalau suka like, komen dan kasih hadiah. Terima kasih~

Happy reading guys. ❤️🤗

"Bang Raditttttttt!!!!" Teriak Tasya dari luar pintu. Gadis itu mondar-mandir tidak karuan dan terus memperhatikan jamnya. Abangnya ini sangat sulit diajak kerja sama, padahal dia harus datang tepat waktu ke Sekolah.

"Iya bentar elah, ini abang lagi pake baju," sahut Radit yang berkutat pada bajunya, dia heran adiknya ini begitu cerewet padahal masih pagi buta begini. Bahkan Radit sampai tidak mandi karena Tasya begitu berisik.

"Ihhh abang cepet! Nanti gue telat gimana?!"

Mendengar itu Radit pun segera berlari ke luar dengan membawa kunci motornya. Sebenarnya dia kesal jika harus mengantar Tasya ke Sekolah, terlalu on time, padahal sekarang jam baru menunjukkan pukul 6 pagi. Terlebih jarak rumah dan Sekolah Tasya tidak terlalu jauh.

"Lama banget heran, kalau gue telat lo tanggung jawab ya, Bang!" Dengus Tasya.

"Ini baru jam 6, Dek. Lu mau jadi satpam sekolah yang bukain gerbang tiap pagi?"

"Gue tuh Ketua OSIS, mau gak mau, suka gak suka, harus jadi teladan yang baik buat temen-temennya. Kebayang gak sih kalau gue telat gimana? Mau ditaruh di mana muka gue?"

"Gua juga dulu mantan Ketua OSIS biasa aja, Dek. Lebay."

"Terserah-terserah, buruan kita berangkat."

Radit pun mengeluarkan motornya dari garasi. Apakah semua perempuan seperti adiknya? Padahal dulu Radit jika berangkat Sekolah 10 menit sebelum bell masuk berbunyi. Motor Radit bertengger di depan Tasya, tanpa banyak basa-basi Tasya pun langsung menaiki motor.

"Sapiiii, go!!" Teriak Tasya.

"Parah, abang sendiri dikatain sapi," gerutu Radit saat mendengar penuturan Tasya.

Tasya pun hanya tertawa melihat tingkah abangnya, dia senang mengusili abang satu-satunya itu. Siapa lagi yang bisa diajak bersenda gurau seperti Radit? Meskipun mereka sering bertengkar, tapi Radit adalah teman berbagi segalanya untuk Tasya. Apalagi kebencian Tasya pada Ayah kandungnya membuat dia benar-benar hanya memiliki Radit dalam hidupnya. Sepanjang jalan Tasya tak henti-hentinya mengoceh, sedangkan Radit hanya bisa fokus menyetir dan mendengan ocehan adik semata wayangnya.

"Sampe," ucap Radit yang memberhentikan motornya di depan gerbang.

"Makasih, Bang udah setia jadi ojek langganan gue," ceplos Tasya.

"Jangan lupa bintang 5-nya, Mba," balas Radit.

Mereka berdua pun terkekeh dan ya seperti Radit duga. Sekolah ini masih sepi. Tapi adiknya ini terlalu perfeksionis dalam hal apapun. Jadi dia akan melakukan apa yang dia pikirkan.

"Udah ah gue masuk ya, Bang ..." Tasya pun berlari memasuki gerbang sekolah. Radit memastikan agar Tasya masuk dengan aman. Setelah yakin, Radit pun melajukan motornya dan kembali ke rumah.

SMA Veteran, merupakan sekolah dengan akreditasi yang bagus di Kota Bandung. Seluruh siswanya diwajibkan untuk mentaati peraturan yang dibuat sekolah. Dari mulai berpakaian rapi dengan atribut lengkap, hingga kaos kaki yang hanya boleh berwarna hitam putih. Tak heran jika Tasya mendisiplinkan anggotanya untuk datang lebih awal, karena di sana tugas mereka untuk me-razia murid yang anti aturan.

Tasya dan anggota OSIS lainnya selalu berkeliling kelas untuk memastikan mereka sudah rapi dengan seragam yang baik dan benar.

"Hm gue rasa mereka udah cukup kapok sama semua cara yang gue lakuin buat negur mereka." Tasya berguman dengan bangga, tak sia-sia apa yang sudah dia lakukan membuahkan hasil ternyata.

Jam sudah hampir menunjukan pukul 7 tepat. Jauh di parkiran sana, seorang murid dengan pakaiannya ya khas murid anti aturan datang dengan menggunakan motor sport-nya.

Messy hair, tas yang tergantung sebelah, baju dikeluarkan, dasi yang tak diikat, kaos kaki hitam, dan snikers kebanggaannya. Penggambaran apa yang pantas untuk seorang Viko Narendra?

Bad boy SMA Veteran.

Tasya kembali memutar bola matanya. Lagi-lagi dia kesal karena pria yang ada di hadapannya ini, Viko Narendra.

"Halo? Viko! Lo dengerin gue gak sih dari tadi?" tanya Tasya kesal.

"Ya," singkat Viko.

"Ya, hm, oke, ga! Itu-itu aja bahasa lo. Gue gak mau tau ya, pokoknya sebelum lo masuk kelas, baju lo harus udah dimasukin, sepatu sama kaos kaki lo diganti dan dasi lo harus udah diiket!"

"Terus, lu mau gua ngomong apa?" Viko menatap Tasya dengan tatapan dinginnya. Dia sangat tidak suka diatur. Dia punya prinsip kalau hidup harus dinikmati tanpa adanya peraturan.

"Ya apa kek, pokoknya gue nggak mau tau ya!" Tasya memperingatinya lagi.

"Bawel lu, kayak emak-emak." Viko berlalu meninggalkan Tasya dengan raut wajah kesalnya. Paginya rusak akibat ulah cewek itu. Akhirnya Viko memilih untuk membolos saja dan pergi ke belakang sekolah. Tempat ter-aman untuk bolos kelas.

Viko Narendra. Cowok bad boy SMA Veteran. Sikapnya yang sok cool abis tapi pecicilan membuat Tasya frustrasi dibuatnya. Dari banyaknya murid di Sekolahnya, hanya Viko yang sulit untuk diberi peringatan dalam bentuk apapun. Tasya sampai kehabisan cara untuk membuat Viko mentaati peraturan yang ada.

"Tuh cowok gak ada kapok-kapoknya banget," kesal Tasya saat sampai di kelas. Sarah, Sherli, dan Niken menatap ke arah Tasya. Pemandangan yang sudah tidak asing bagi mereka ketika Tasya mengeluh soal masalah yang dihadapinya setiap pagi.

"Kenapa lagi? Viko?" Tanya Sarah.

"Ya siapa lagi? Lo tau? Gue kena marah lagi kan sama Bu Tanti gara-gara gak berhasil nyuruh si Viko itu masukin bajunya."

"Ya kenapa gak lo masukin aja sendiri, Sya?" Tanya Niken polos.

"Yakali gue masukin bajunya dia."

"Nggak apa-apa ganteng mah bebas," celetuk Sherli.

"Terserah."

"Tumben si Viko belum masuk kelas?" tanya Sarah.

"Gak mau tau dan nggak peduli," ketus Tasya.

Tiba-tiba Andre, ketua kelas XI IPA 1 datang dengan napasnya yang tak beraturan.

"Kata pak Jaya, hari ini bebas. Soalnya gurunya pada rapat." Ya begitu bunyi pengumumannya.

Seluruh siswa bersorak kegirangan, apalagi yang hal yang lebih nikmat jika masuk sekolah, tapi tidak belajar?

Tasya yang mendengar itu langsung membuka ponselnya.

...OSIS SMAVEN (11)...

^^^Kumpul di ruang OSIS sekarang. Rapat!^^^

Viona revana : Oke

Aulia Siti : Oke

Sinta Amanda : Oke

Yudishtira Pateh : Hm

Linda Herlina : Oce

Ariana Ris : Oke cantik

Ivaniel Daniola : Yo

Ayunindya : Oke

Chandra Aditya : Ngapain?

^^^Rapat pak waketu yang terhormat! Lo baca ketikan gue gak sih?^^^

Chandra : O

^^^Y^^^

Tasya sangat kesal pada Chandra. Meskipun mereka partner, tapi tidak pernah akur. Pendapat yang berbeda, sama-sama keras kepala dan parahnya tidak ada yang pernah mau mengalah.

Tasya segera menuju ruangan OSIS. Sepanjang koridor banyak sekali yang menyapanya. Tasya memang dikenal karena keramahannya pada semua orang, parasnya yang lumayan cantik, membuat dia dikagumi banyak orang.

Akhirnya Tasya sampai di depan ruang OSIS. Saat memasuki ruangan, matanya langsung tertuju kepada pria yang sedang bermain bola basket di ruangan itu. Pemandangan yang kerap kali membuat Tasya naik pitam.

"Chandra, Yudhis! Kalian apa-apaan sih, ini ruangan OSIS, bukan lapangan," tegasnya.

"Iya Bu Ketu," Chandra berbicara dengan nada yang meledek.

"Terserah, gue males debat sama lo. Oke kita mulai aja ya. Jadi gini, buat acara camping sekolah, kita sekalian bikin acara LDKO. Nah apa di antara kalian ada yang punya usul?"

"Gue sih bebas, ikut Bu Ketu aja," kata Vio.

"Ya gue juga, tapi nggak usah yang ribet-ribet," sambung Aul.

"Nah gini, kalau kata gue. LDKO sekarang jangan kaya angkatan kemarin," Tasya mengutarakan pendapatnya.

"Maksud lu?" tanya Chandra.

"Jadi gini, tau kemarin itu yang namanya garing, garrrring banget tegang kan? Nah gue mau nya jangan tegang-tegang amat," ucap Tasya.

"Sya, namanya juga LDKO kalau kita gak bawa suasana tegang gimana mereka mau takut?" Protes Chandra.

"Iya, tapi maksud gue tuh gini, Chan. Acara tegang gitu, kita bangun pas saat-saat diperlukan, kalau udah itu yaudah selesai, kita have fun." Tasya menjelaskan maksudnya dengan rinci.

"Kalau gak mau tegang, itu namanya camping doang bukan LDKO! Gua sih lebih suka cara kemarin. Semua bungkam sampai balik lagi ke sekolah, jadi mereka ada rasa segan dan lebih menghargai seniornya. Susah emang ngomong sama orang yang keras kepala." Chandra pun mulai kesal.

"Apa lo bilang? Gini ya, sekarang gue tanya. Kalian suka sama LDKO tahun kemarin? Ayu, jawab," Tasya menunjuk Ayu berbicara.

"Gini ya, kalau gue pribadi sih bener apa kata Tasya. Mungkin kalau diadain Sharing antar anggota, terus kita buat suasana kekeluargaan dan jangan bikin batasan antara senior dan junior itu lebih enak kalau menurut gue."

"Nah iya, Ay. Jadi kaya kebentuk solidaritas juga antara OSIS junior sama senior," sambung Ivan.

"See? Gini ya, Chan. Coba lo pikir, kalau acara ini jadi, bakalan asik. Acara ini gak akan pernah dilupain sama semua orang," kata Tasya.

"Pokoknya gua gak setuju." Chandra tetap pada pendiriannya.

"Oke, sekarang lo maunya gimana?"

"Gua mau kita full kaya kemarin persis semuanya pas acara nanti. Biar mereka juga ngerasain apa yang kita rasain tahun kemarin. Ini namanya mendidik, Sya mikir!"

"Ini bukan soal lampiasin kaya gitu ya Chan. Ini masalah mendidik kan lo bilang? Liat angkatan kita, didikan keras anggota yang bertahan cuma berapa?"

"Kalau mereka bener-bener serius ya pasti bertahan. Kita butuh kualitas bukan kuantitas."

"Kualitas lo bilang? Apa lo udah berkualitas? Apa dengan kuantitas yang sedikit ini, lo selalu ada? Kita kerja lo kemana? Main basket? Gak ada kuantitas tetep aja organisasi gak akan berjalan. Kita harus seimbang antar kuantitas dan kualitas, Chan."

"Jadi lo bilang gue gak ada kerja, gitu?" kata Chandra yang mulai menunjuk Tasya.

"Emang kenyataannya kaya gitu, 'kan?" Tasya menggebrak meja di hadapannya m.

"Di mananya gua gak kerja hah?" Chandra kini menggebrak mejanya juga.

"Lo gak usah gebrak bisa kan, Chan. Gak usah memperpanas," kata Riana.

"Kalian kebiasaan suka ribut, kita ini satu organisasi. Kalian pemimpin, kalau kalian gak kompak gimana mau arahin kita?" tanya Ayu.

"Males." Chandra keluar ruang OSIS dan memukul papan tulis.

Seperti biasa papan tulis adalah sasaran utamanya. Tak heran jika papan tulis ini banyak yang retak. Sementara itu Tasya masih dia mematung.

"Rapat dilanjut besok aja, maaf buat hari ini," Tasya pergi menahan tangisnya dan menuju ke taman belakang.

...~ • ~...

Entah apa yang Tasya rasakan. Selalu saja ada pertengkaran saat membuat planning. Dia dan Chandra memang tak bisa menjadi partner. Hal pertama yang dia sesalkan adalah, dia menyukai Chandra.

"Kenapa sih, setiap rapat pasti aja gini. Cengeng banget gue, kok bisa orang cengeng kaya gue jadi Ketua OSIS. Kok bisa gue yang–"

"Itu yang gua pingin tanyain, kenapa manusia kaya lu bisa jadi Ketua OSIS." Seseorang mulai bersuara dan memberikan Tasya sapu tangannya.

"Viko? Ngapain lo di sini? Lo ngikutin gue ya?"

"GR lu, ini emang tempat gua. Kenapa? Lu seneng dideketin cogan kayak gua?"

"Palalo seneng, ganggu aja lo, Bye." Tasya memutuskan untuk pergi dari sana. "Eh tapi makasih loh," katanya sambil mengambil sapu tangan Viko.

"Udah marah-marah, sapu tangan gua lu ambil juga. Cewek aneh."

"Heh gue masih bisa denger ya," teriak Tasya.

"Bodo amat."

Tasya berbalik, "Oh iya, jangan lupa masukin baju lo."

"Terserah. Sana lu, pergi nggak jadi mulu."

Tasya kembali berjalan melalui koridor sekolah. Tiba-tiba ....

Brukkkk.

"Awww sa–"

"Sorry," kata Chandra.

"Lo? Erghht." Tasya memilih untuk pergi, namun Chandra menarik tanggannya.

"Sya, tunggu."

"Apa? Mau apa lo?" ucap Tasya dengan nada yang tinggi.

"Maaf buat kejadian tadi."

"Hm." tak ada sepatah kata pun yang Tasya keluarkan.

"Maaf udah bikin lo nangis, gua salah."

"Udah gue maafin, lepas!" Tasya mencoba melepaskan tangannya.

"Gua tau lu masih marah."

"Jadi mau lo apa? Gue capek debat sama lo, Chandra."

"Mau gua itu lo maafin gua," kata Chandra.

"Iya gue maafin, udah kan?"

"Jangan nangis lagi."

"Iya."

"Kita kan partner, bener kata Ayu. Kalau kita gak kompak yang mau mimpin mereka siapa?"

"Hm, gue ke kelas. Jangan lupa pikirin buat besok rapat. Bye Chan," kata Tasya.

"Bye, Sya."

Chandra tersenyum kecil karena Tasya sudah memaafkannya. Sebenarnya Chandra memang menyukai Tasya. Tapi dia takut menyakiti Tasya karena sifatnya yang tempramental.

Terpopuler

Comments

Harniah Harny

Harniah Harny

cerita yang menarik semangat author, jangan lupa juga mampir di karya ku..

2022-09-23

1

vviona

vviona

maaf sya tapi w gasuka sama ketos yang suka razia :)

2022-09-14

1

vviona

vviona

ahh sekolah w banget

2022-09-14

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kesal
3 Beatbox
4 Survey Lapangan
5 Kehujanan
6 Tragedi Coklat Panas
7 Cie-Cie
8 Truth Or Dare
9 Akur
10 Sepupu
11 Daddy?
12 Prepare
13 Hari H
14 Mengenal Tentang Tasya
15 Tasya dan Perfeksionis-nya
16 Permainan
17 Arga dan Rencananya
18 Obrolan Malam
19 Masalah Deg-Degan
20 Taruhan Bembeng
21 Kerja Kelompok
22 Curhat
23 Si Bungsu
24 Viko vs Chandra
25 Temenan Kok
26 Tentang Aldo
27 Nyinyir
28 Kecemburuan Chandra
29 Bianglala
30 Bingkai Photo
31 Nasi Goreng Simpang
32 Mama Viko
33 Kecemburuan Viko
34 Menyatakan Perasaan
35 Diamnya Viko
36 Salah Paham
37 Tuan Putri
38 Quality Time
39 Hadiah kecil
40 Buku Catatan Papa
41 Sebuah Kenyataan
42 Rasa Bersalah
43 Titik Terendah
44 Kehilangan Kesekian Kali
45 Depresi
46 Ada Apa Dengan Tasya?
47 Anxiety [ Gangguan Kecemasan ]
48 SMAVEN Tanpa Tasya
49 Skizofrenia
50 Best Friend!
51 Gue Gila Kah?
52 Tasya, I'm Here
53 Welcomeback Ibu Ketos!
54 Perang Balon
55 Aldo Prayoga
56 Rumah Yang Lama Hilang
57 Fokus Aldo
58 Mendadak Jadi Stalker
59 Seleb
60 Video Call
61 Pertemuan dan Sebuah Rahasia
62 Menyelamatkan Tasya
63 Emosi Lama Yang Terpendam
64 Amara dan Amarahnya
65 Tertekan
66 One Month Later
67 Belajar Memaafkan
68 HOLIYAY
69 Hari Pertama Pacaran
70 Percakapan Pasangan
71 Akhir Masa Jabatan
72 Masalah Baru
73 Bunda Diana
74 Awal Mula Harapan
75 Satu Tahap Menuju Dewasa
76 Pertengkaran
77 Perang Dingin
78 Ciuman?
79 Keputusan Tasya
80 Anniversary
81 Pengumuman SNMPTN
82 Goodbye Bandung
83 Hello, Surabaya!
84 Bersosialisasi
85 Cita-cita Tasya
86 Universitas Airlangga
87 Teman Baru Part 2
88 Tentang Abella
89 Perbedaan Waktu
90 Kabar Sang kekasih
91 Mantan Zea
92 Mahasiswa Kedokteran
93 Kebencian Bella
94 Rahasia Perjodohan
95 Mulai Beraksi
96 Bella Lagi?
97 Luapan Emosi Tasya
98 Jangan Pernah Berjanji!
99 Perdebatan Viko dan Bella
100 Twenty!!
101 Pertemuan Pertama Dengan Bella
102 Menyelesaikan Masalah
103 F*ck Birthday! Part 1
104 F*ck Birthday! Part 2
105 Aku Marah, Boleh Peluk?
106 Hancur
107 Janji Seorang Aldo Prayoga
108 Kesempatan?
109 Menyibukkan Diri
110 Filosofi Kenangan
111 Melanjutkan Hidup
112 Melihat Tasya Tertawa Lepas
113 Pembicaraan Kakak Beradik
114 PRA KKN
115 Sebuah Perasaan Aneh
116 Pusat Pelayanan Terpadu Lansia
117 Confess
118 Tasya dan Al Aneh
119 Di Penghujung KKN
120 Motor Bebek Jadul
121 Pembicaraan Serius Berujung Ricuh
122 Sebuah Test Konyol
123 Membakar Kenangan
124 Bandung, I'm Coming!
125 Not Bad, But Not Good Too
126 Tentang Pertemanan
127 Pengajian dan Siraman
128 Ijab Qabul
129 Pertunangan Part 1
130 Pertunangan Part 2
131 Kebejatan Viko
132 Menjadi Lebih Dewasa
133 Pencuri!
134 Kembali Ke Surabaya
135 Skripsi
136 Mengembalikan Mood Tasya
137 Graduation
138 Koas!
139 Cemburu
140 Banyak Yang Suka Tasya
141 Perjodohan Zea
142 Di Balik Keputusan Zea
143 Di Balik Keputusan Fadil
144 Kegalauan Tasya dan Al
145 Siapa Yang Ngedate?
146 Menjadi Guru Percintaan
147 Pembicaraan Zea dan Fadil
148 Arti Pernikahan
149 Al Vs Kakak Ipar
150 Lika-Liku Hubungan
151 Tasya Marah
152 Konseling Bersama Calon Kakak Ipar
153 Al Vs Everybody
154 Hampir Gila
155 Dua Permintaan
156 Menjalani Peran Suami Siaga
157 Makan Malam dan Pembahasan Soal Pernikahan
158 Persiapan Pernikahan
159 Fitting Baju
160 Prewedd
161 Tugas Yang Harus Al Selesaikan
162 Berpisah Sementara
163 Rasa Haru
164 SAHHH!!
165 TENTANG RAGA
166 MR. MATCHA
167 Titik Bahagia
168 SEQUEL LIFE AS KETUA OSIS
Episodes

Updated 168 Episodes

1
Prolog
2
Kesal
3
Beatbox
4
Survey Lapangan
5
Kehujanan
6
Tragedi Coklat Panas
7
Cie-Cie
8
Truth Or Dare
9
Akur
10
Sepupu
11
Daddy?
12
Prepare
13
Hari H
14
Mengenal Tentang Tasya
15
Tasya dan Perfeksionis-nya
16
Permainan
17
Arga dan Rencananya
18
Obrolan Malam
19
Masalah Deg-Degan
20
Taruhan Bembeng
21
Kerja Kelompok
22
Curhat
23
Si Bungsu
24
Viko vs Chandra
25
Temenan Kok
26
Tentang Aldo
27
Nyinyir
28
Kecemburuan Chandra
29
Bianglala
30
Bingkai Photo
31
Nasi Goreng Simpang
32
Mama Viko
33
Kecemburuan Viko
34
Menyatakan Perasaan
35
Diamnya Viko
36
Salah Paham
37
Tuan Putri
38
Quality Time
39
Hadiah kecil
40
Buku Catatan Papa
41
Sebuah Kenyataan
42
Rasa Bersalah
43
Titik Terendah
44
Kehilangan Kesekian Kali
45
Depresi
46
Ada Apa Dengan Tasya?
47
Anxiety [ Gangguan Kecemasan ]
48
SMAVEN Tanpa Tasya
49
Skizofrenia
50
Best Friend!
51
Gue Gila Kah?
52
Tasya, I'm Here
53
Welcomeback Ibu Ketos!
54
Perang Balon
55
Aldo Prayoga
56
Rumah Yang Lama Hilang
57
Fokus Aldo
58
Mendadak Jadi Stalker
59
Seleb
60
Video Call
61
Pertemuan dan Sebuah Rahasia
62
Menyelamatkan Tasya
63
Emosi Lama Yang Terpendam
64
Amara dan Amarahnya
65
Tertekan
66
One Month Later
67
Belajar Memaafkan
68
HOLIYAY
69
Hari Pertama Pacaran
70
Percakapan Pasangan
71
Akhir Masa Jabatan
72
Masalah Baru
73
Bunda Diana
74
Awal Mula Harapan
75
Satu Tahap Menuju Dewasa
76
Pertengkaran
77
Perang Dingin
78
Ciuman?
79
Keputusan Tasya
80
Anniversary
81
Pengumuman SNMPTN
82
Goodbye Bandung
83
Hello, Surabaya!
84
Bersosialisasi
85
Cita-cita Tasya
86
Universitas Airlangga
87
Teman Baru Part 2
88
Tentang Abella
89
Perbedaan Waktu
90
Kabar Sang kekasih
91
Mantan Zea
92
Mahasiswa Kedokteran
93
Kebencian Bella
94
Rahasia Perjodohan
95
Mulai Beraksi
96
Bella Lagi?
97
Luapan Emosi Tasya
98
Jangan Pernah Berjanji!
99
Perdebatan Viko dan Bella
100
Twenty!!
101
Pertemuan Pertama Dengan Bella
102
Menyelesaikan Masalah
103
F*ck Birthday! Part 1
104
F*ck Birthday! Part 2
105
Aku Marah, Boleh Peluk?
106
Hancur
107
Janji Seorang Aldo Prayoga
108
Kesempatan?
109
Menyibukkan Diri
110
Filosofi Kenangan
111
Melanjutkan Hidup
112
Melihat Tasya Tertawa Lepas
113
Pembicaraan Kakak Beradik
114
PRA KKN
115
Sebuah Perasaan Aneh
116
Pusat Pelayanan Terpadu Lansia
117
Confess
118
Tasya dan Al Aneh
119
Di Penghujung KKN
120
Motor Bebek Jadul
121
Pembicaraan Serius Berujung Ricuh
122
Sebuah Test Konyol
123
Membakar Kenangan
124
Bandung, I'm Coming!
125
Not Bad, But Not Good Too
126
Tentang Pertemanan
127
Pengajian dan Siraman
128
Ijab Qabul
129
Pertunangan Part 1
130
Pertunangan Part 2
131
Kebejatan Viko
132
Menjadi Lebih Dewasa
133
Pencuri!
134
Kembali Ke Surabaya
135
Skripsi
136
Mengembalikan Mood Tasya
137
Graduation
138
Koas!
139
Cemburu
140
Banyak Yang Suka Tasya
141
Perjodohan Zea
142
Di Balik Keputusan Zea
143
Di Balik Keputusan Fadil
144
Kegalauan Tasya dan Al
145
Siapa Yang Ngedate?
146
Menjadi Guru Percintaan
147
Pembicaraan Zea dan Fadil
148
Arti Pernikahan
149
Al Vs Kakak Ipar
150
Lika-Liku Hubungan
151
Tasya Marah
152
Konseling Bersama Calon Kakak Ipar
153
Al Vs Everybody
154
Hampir Gila
155
Dua Permintaan
156
Menjalani Peran Suami Siaga
157
Makan Malam dan Pembahasan Soal Pernikahan
158
Persiapan Pernikahan
159
Fitting Baju
160
Prewedd
161
Tugas Yang Harus Al Selesaikan
162
Berpisah Sementara
163
Rasa Haru
164
SAHHH!!
165
TENTANG RAGA
166
MR. MATCHA
167
Titik Bahagia
168
SEQUEL LIFE AS KETUA OSIS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!