Mendengar ucapan Arthur, Reyna mengedipkan mata dengan ekspresi bingung.
"Apa maksudmu?"
Pertanyaan Reyna membuat Arthur tersenyum sambil menjawab dengan nada sembrono.
"Entahlah. Hanya orang-orang yang menganggap masalah kecil sulit sehingga berpikir bahwa dirinya paling menderita atau seorang remaja yang belum melihat dunia yang tidak mengerti ucapanku.
Mungkin hidupmu terlalu nyaman sehingga tidak mengerti kata-kata sederhana semacam itu."
Setelah mengatakan itu, Arthur langsung berjalan tanpa melihat ke belakang. Meninggalkan Reyna yang terdiam di tempatnya.
Reyna benar-benar tidak memahami ucapan Arthur. Baginya, apa yang berharga menang berharga, dan apa yang kurang berharga memang kurang berharga. Dia tidak begitu sensitif dengan apa yang disebut perasaan.
Apa yang Arthur ucapkan sebenarnya cukup sederhana. Hanya suatu sifat yang seharusnya dimiliki manusia, tetapi terus memudar bersama perubahan dunia.
Di dunia modern, semua orang selalu menjadikan uang sebagai patokan. Meski hampir segala hal membutuhkan uang, tetapi tidak semuanya bisa didapatkan dengan uang.
Kepuasan hati berbeda sebenarnya cukup sederhana. Contohnya ketika seseorang bekerja. Ketika kamu bekerja keras dan mendapatkan cukup banyak uang, tetapi tidak pernah dihargai dan tidak dimanusiakan. Lain halnya ketika kamu bekerja keras dan mendapatkan uang secukupnya, tetapi dihargai dan dimanusiakan.
'Terima kasih.'
Mungkin dua kata yang sederhana, tetapi sangat berarti bagi seseorang. Hanya dengan kata tersebut, seseorang merasa lebih dihargai. Bukan hanya dihargai, tetapi juga merasa diperlakukan sebagai sesama manusia.
Kita mungkin tidak terlalu memikirkan bagaimana kedua orang tua bekerja keras untuk kita. Membesarkan kita dan mencoba mendidik kita sebisa mereka. Walau mungkin mereka tidak berpendidikan tinggi atau bahkan bukan orang yang dianggap "baik" oleh masyarakat sekitar.
Jika tidak bisa memikirkan hal-hal berat karena otak memang tidak bisa menggali sedalam itu, maka kita bisa memikirkan hal-hal kecil.
Tidak makan, berarti kita lapar. Rasa lapar tentu tidak menyenangkan, bahkan membuat kita merasa stress atau bahkan jatuh sakit. Orang tua kita memberi kita makanan setiap hari. Jika mengingat hal kecil tersebut, kita juga harus bertanya.
Apakah kita sudah berterima kasih kepada mereka?
Atau mungkin kita hanya berperilaku egois karena merasa tidak mendapatkan apa yang kita inginkan?
Manusia mungkin tempat salah dan dosa. Namun, manusia juga makhluk yang memiliki kebijaksanaan dan perasaan kuat dibandingkan makhluk-makhluk lainnya.
Ketika salah, minta maaf. Ketika mendapatkan sesuatu, berterima kasih dan bersyukur. Ketika ingin meminta, jangan lupa untuk memberi.
Orang dewasa mungkin lebih pintar dibandingkan dengan anak-anak. Dalam pikiran, tentu mereka lebih pintar karena telah diasah bertahun-tahun. Namun dalam segi perasaan, mereka mungkin lebih buruk.
Bagi anak kecil, mungkin sebuah tongkat kayu acak dianggap sebagai pedang legendaris dan dianggap sangat berharga. Namun ketika mereka mendapatkan sesuatu dari orang lain, mereka tidak lupa berterima kasih. Bahkan terkadang, memberikan sesuatu yang kita anggap sepele ... tetapi mereka anggap sangat berharga.
Sedangkan beberapa orang dewasa. Bahkan jika mengumpulkan ribuan keping emas, mereka enggan memberikan satu keping kepada orang lain. Tidak rela untuk melepaskan sesuatu yang mereka anggap berharga.
Jangankan memberi sesuatu, terkadang beberapa orang lupa untuk mengucap terima kasih. Sesuatu yang mudah dilakukan, bahkan sepele ... tetapi memiliki makna cukup dalam.
Anak-anak mungkin naif, tetapi kita bisa belajar dari mereka.
Jika kita lupa, lebih baik mengasah kembali perasaan kita ...
Karena dengan hal itu, barulah kita pantas disebut sebagai manusia.
...***...
Dua hari kemudian.
Tidak jauh dari gerbang kota, Arthur dan Reyna turun dari kereta kuda. Pemuda itu kemudian berjalan menuju kusir lalu berkata.
"Terima kasih atas tumpangannya, Paman!"
"Hey, jangan panggil aku Paman! Aku masih muda." Kusir berteriak dengan senyum di wajahnya. "Tidak perlu berterima kasih. Bukan hanya sudah membayar, kamu sudah memasak untuk kami di perjalanan. Kami seharusnya mengucapkan terima kasih."
"Itu hanyalah tugas kecil. Kalau begitu sampai jumpa lagi!"
Arthur tersenyum ramah. Dia melambaikan tangannya sebelum pergi menjauh diikuti oleh Reyna.
Gadis itu menatap Arthur dengan ekspresi serius. Setelah beberapa hari melakukan perjalanan dengan pemuda itu, dia merasa lebih mengenalnya. Namun, Reyna sendiri cukup bingung apakah harus memasukkan Arthur dalam kategori orang baik atau jahat.
Jika dibilang baik, pemuda itu sebenarnya tidak sopan, suka melakukan hal-hal seenaknya, bahkan tanpa malu melanggar berbagai peraturan.
Jika dibilang jahat, pemuda itu sebenarnya masih cukup peduli dengan perasaan orang lain, dia juga masih mau berbagi, dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.
Melihat ke arah pemuda yang sulit dipahami tersebut, Reyna mengerutkan kening.
"Ada apa dengan ekspresimu itu? Sakit perut? Diare? Sembelit?
Aku sudah bilang untuk tidak terlalu banyak memakan sesuatu yang pedas, bukan? Fisikmu terlalu rapuh dan rentan."
Mendengar ucapan sembrono tersebut, sudut bibir Reyna berkedut keras. Dia langsung memelototi Arthur.
"Orang ini ..." Reyna menggertakkan gigi.
"Sebelum pergi ke penginapan, haruskah kita mampir ke toko herbal terlebih dahulu?" Arthur mengelus dagu. "Karena aku hampir tidak pernah sakit perut, aku benar-benar tidak menyiapkan obat semacam itu. Ya ... lebih baik mempersiapkan hal semacam itu, kan?"
Merasakan tatapan orang lewat yang diarahkan kepadanya, Reyna menggertakkan gigi. Wajahnya menjadi merah padam. Dia benar-benar ingin memukul pemuda menyebalkan di depannya.
Pada akhirnya, Reyna benar-benar mengikuti Arthur pergi ke toko herbal. Bukannya dia tidak ingin menolak, tetapi pemuda itu tidak memberinya kesempatan untuk menolak.
Setelah membeli herbal dan perbekalan lain, mereka berdua makan siang bersama. Usai beristirahat beberapa waktu, Arthur dan Reyna memutuskan untuk langsung melanjutkan perjalanan.
Dikarenakan tidak ada transportasi menuju Desa Batu Putih, mereka akhirnya memilih untuk berjalan kaki.
Ya. Lebih tepatnya ... itu satu-satunya pilihan yang bisa mereka lakukan.
"Menyedihkan. Bahkan setelah 100 hari, kamu masih tidak bisa menunggang kuda."
Arthur menggelengkan kepalanya.
"Bukankah kamu bisa menunggang kuda? Kenapa kamu tidak membeli satu?" Reyna berkata dengan ekspresi marah.
"Kenapa aku harus repot-repot mengeluarkan uang? Bukan hanya harus mengeluarkan uang, aku juga harus berkuda sambil membonceng kamu?
Hey! Kamu terlalu berangan-angan. Terlalu cepat bagimu untuk mencoba mendapatkan keuntungan dariku, Gadis Kecil."
"..."
Perkataan Arthur jelas membuat ekspresi Reyna menjadi semakin gelap.
Pada keadaan normal, seharusnya seorang lelaki akan merasa terhormat untuk membonceng gadis cantik seperti dirinya. Bukan hanya itu, para lelaki pasti mencoba mencuri kesempatan dalam kesempitan. Mencoba memanfaatkan dirinya.
Siapa sangka, ternyata ada seorang pria yang begitu lurus sampai-sampai tidak menghargai kecantikannya!
Setelah berlari menjauh dari kota selama beberapa waktu, Reyna mengerutkan keningnya.
"Apakah kamu tidak merasakannya, Arthur?"
"Apa?" balas Arthur dengan nada malas.
"Tidak lama setelah kita keluar dari kota, ada cukup banyak orang yang mengawasi kita. Namun saat ini, mereka benar-benar tidak mengejar.
Apakah mereka mencoba memasang perangkap atau semacamnya?"
"Apakah kamu bodoh?" balas Arthur secara langsung.
"Kamu yang bodoh karena tidak menyadarinya!" teriak Reyna tidak puas.
"Tidak, tidak, tidak." Arthur menggelengkan kepalanya. "Cara berpikirmu tampaknya sedikit melenceng karena terlalu membaca buku fiksi."
"Kamu—"
"Dengarkan aku, Gadis Kecil. Orang-orang itu adalah bandit yang mencoba menyergap beberapa warga desa. Mereka lemah, bahkan hanya ada beberapa kultivator tingkat bronze.
Mereka jelas melihat pakaianmu dan kekuatanmu. Karena mereka mengetahui kalau tidak mungkin menang, kenapa mereka harus repot-repot berusaha menghentikan kita?"
"Tapi—"
"Dengarkan aku, Gadis Kecil. Jangan samakan orang-orang nyata dengan penjahat mati otak dalam buku yang pernah kamu baca.
Meski lemah, orang-orang itu tidak bodoh!
Tolong bedakan antara fiksi dan kenyataan!"
Mendengar ucapan Arthur, Reyna kehilangan kata-kata. Pada akhirnya, mereka terus melanjutkan perjalanan dalam diam.
^^^>> Bersambung.^^^
---
Bantu Author Kei dengan vote, like, dan komentar. Kalian juga bisa memberikan gift agar author lebih semangat.
Terima kasih!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Wheisman Kharazak
Yap, itu saja tausiyah dari author. kami akan kembali 3k chapter yg akan datang, sekian dan terima kasih. 🗿🙏
2024-02-13
0
Luthfi Afifzaidan
lanjut up
2023-11-30
0
🌟kucing wibu🌟
apa jangan ² Arthur itu islam
2023-08-28
0