Lelaki itu merasa geram pada bocah yang ada di hadapannya. Hingga Akhirnya lelaki itu memanggil semua para pekerja.
"Pelayan! kalian semua ke sini!" teriakan dari lelaki ini mampu membuat semua para pekerja berhamburan untuk menghadapnya.
Siapa yang tak kenal dengan sosok lelaki yang bernama Adi Duwipangga. Pemilik resto, di mana Dia berada saat ini, dan duda tanpa anak dengan usia yang terbilang sudah matang, yakni 35tahun. Istrinya meninggal 5 tahun lalu karena sakit.
Setelah kematian sang istri, Adi belum berencana untuk mengulang mahligai rumah tangga, karena masih di bayangi oleh rasa cinta yang teramat besar kepada almarhumah sang istri, dan tentunya belum ada yang cocok dengan kriteria yang ia mau.
Karena sosok almarhumah istrinya yang notabennya pendiam dan pemalu serta tak banyak bicara, membuat nya sulit untuk mencari seperti sosok istrinya.
Dulu sebelum sang istri pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya, Adi adalah sosok yang mudah bergaul, dan bagi temannya Adi adalah teman yang cukup somplak. Dengan gaya yang bicara agak nyeleneh dan ngawur, dan kini temannya tak merasakan sosok itu lagi, karena setelah kepergian sang istri, Adi lebih banyak diam dan tak banyak bicara, jika dulu dirinya di juluki somplak sekarang julukan itu menjadi pria sombong dan dingin.
.
.
.
.
Satu persatu mereka datang dan menghadap Adi, orang yang telah memanggil mereka semua.
"Bagus kalian sudah berkumpul," ucap Adi tanpa ekspresi.
"Ada apa ya Pak! Bapak manggil kita semua."
ucap salah satu karyawan.
"Sebentar, apa maksud semua ini?" tanya Dia yang merasa ada yang aneh akan mereka semua.
"Emang elu kagak tau ya, ini bos kita." Ujar salah satu teman Dia.
"Huh..A--apa aku sa--salah dengar," ucap Dia dengan tubuh yang gemetar karena berita yang ia dengar saat ini, bagai bunyi petir yang menyambar di teriknya matahari.
"Apa ucapan mereka kurang jelas!" tiba-tiba saja lelaki itu berkata, dengan rasa keterkejutan yang di rasakan Dia.
"Hye kamu! kamu punya nama kan. Siapa nama kamu," ucap lelaki itu lagi, sambil menunjuk ke arah Dia.
"Sa--ya, Pak." Dia menyahut.
"Memangnya arah telunjuk saya dimana," kesal lelaki itu.
"Muka saya," jawab Dia enteng.
"Berarti saya sedang berbicara dengan siapa?" kata lelaki itu.
"Dengan muka saya," ucap Dia sambil menunjuk mukanya sendiri.
"Dasar bocah tengil." Umpat lelaki itu.
"Berapa lama anak ini bekerja di sini?" tanya lelaki itu.
"Baru tiga bulan Pak." jawab salah satu pelayan.
"Ya sudah kalian boleh pergi, terkecuali bocah tengil ini." Tegas Adi pada para pekerjanya.
"Lha kenapa saya gak di izinin pergi juga Pak," protes Dia.
"Karena kamu saya pecat!" suara lantang yang terdengar di telinga Dia membuat kakinya terasa lemas dan tak mampu untuk melangkah.
"Apa Bapak sedang bercanda," terdengar suara lirih dari mulut Dia.
"Apa saya sedang bercanda." Jawab Adi.
"Sepertinya kamu lupa akan kesalahan yang kamu buat." Tegas Adi lagi.
Deg.
Dia langsung terperanjat, saat lelaki dewasa itu berkata tentang kesalahan yang diperbuat olehnya
Perasaan gue gak ada salah deh, tapi..Apa jangan-jangan gue semalem menjelekkannya ya, batin Dia.
Peletak.
"Auh, sakit tau." keluh Dia, karena lagi-lagi keningnya menjadi pusat landasan jemarinya.
"Seneng banget jitak jidatku heran deh gue," sambil mengelus keningnya yang terkena jitakan, Dia pun mengumpat.
"Udah ngumpat nya, kalau sudah kamu keluar dari sini. Karena saya tidak mau mempunyai pegawai yang gak beres kayak kamu," ujar Adi, penuh dengan penekanan.
"Pak tolong dong jangan di pecat saya, kalau saya di pecat Emak saya makan apa dong." penuh dengan suara memelas agar dirinya tak jadi di pecat.
"Ya makan nasi, emang kamu mau makan batu." Jawab Adi.
"Kalau bisa di masak ya gak papa Pak," ujar Dia.
"Iya sekalian sama bata juga, jadi kamu gak perlu repot-repot kerja."
"Dasar somplak," gumam Dia.
"Saya dengar," sungut Adi.
"Kamu tau,"
"enggak Pak." potong Dia tiba-tiba.
"Saya belum selesai bicara!" bentak Adi.
Dia pun langsung menunduk saat lelaki di hadapannya membentaknya.
Dan nampaknya ke empat pegawai Adi saling berbisik, tentang bosnya yang berdebat dengan Dia. Yang biasanya bosnya hanya mampir untuk makan namun kali ini berbeda, ada yang berbisik karena lucu, dan ada pula yang berbisik kalau Dia sedang caper (cari perhatian) pada bosnya itu.
Sedangkan mereka berdua masih berdebat, walau pengunjung ada yang menatap dengan rasa lucu tanpa menegur mereka berdua.
"Apa kamu ingat semalam kamu berbuat apa dengan siapa dan melakukan apa, eh maaf ralat ulang. Kamu sedang mengejek saya sehingga teman-teman saya pada menertawakan saya, puas kamu udah bikin saya malu,"
Ealah ternyata Pak duda, sedang kesal karena Dia memberi komenan yang berbau promo. Makanya orangnya marah, aduh De, kamu sih parah.✌✌ pis Pak duda author gak sengaja mangap ya, eh maksudnya maaf.
"Maaf, habisnya saya kesel, salah sendiri dikatain gesrek. Padahal Bapak yang gesrek."
"Kamu saya pecat!" teriak Adi, pada Dia.
"Aduh Pak, jangan dong Pak! kasian saya, kalau saya di pecat gada yang nerima saya bekerja dong." Kini butiran kristal yang berada di matanya akhirnya lolos juga, dan kali ini Adi benar-benar serius dengan apa yang di katakan nya.
"Lha kan tinggal ngelamar apa susahnya sih. Hidup kok di peruwet," sergah Adi.
"Mana ada yang mau nerima saya Pak, kalau saya ngelamar." lirih Dia, namun masih bisa di dengar oleh Adi.
"Kamu sih ganjen, orang cewek ngelamar duluan." Perkataan Adi sontak membuat Dia seakan berhenti bernafas, karena merasa konyol dan mendelik kan matanya lebar-lebar.
"Yah gimana Pak, orang dianya enggak ngelamar lamar, ya saya kan gak tahan." kini berganti Adi yang menatapnya, dan dalam pikirannya adalah kalau Dia bocah mesum.
"Jangan Bapak kira saya mesum ya," ucapan dia seakan menyadarkan Adi dari pikiran kotornya.
"Ya sudah kamu gak jadi tapi ada satu syarat."
Dengan senyuman jahat , Adi pun mengajukan persyaratannya.
"Ela Pak. Pakai syarat segala," seru Dia.
"Mau gak, kalau gak mau angkat kaki diri sini." ancam Adi.
"Iya Pak, saya mau." Jawab Dia.
"Bagus."
"Lalu apa syaratnya?" tanya Dia.
"Mudah kok, antar kan makanan setiap hari ke rumah saya selama sebulan, bagaimana?" tawar Adi.
"Gak ada yang lain ngapa Pak," protes Dia.
"Ada," sesaat wajah Dia berubah sumringah.
"Bereskan apa yang kamu bawa dan pulang lah," ucap Adi.
Dia pun sangat kesal seakan dirinya sedang di permainkan oleh lelaki berumur yang berada di sampingnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga ada yang mau mampir di karya author rengginang ancur,
Jika sudah membaca jangan lupa tinggalkan jejak ya gaes, dan inget di larang keras memberikan Boom like. Salam sayang dari saya retno🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Nur Khasanah
aduhhhh perut ini di kocok.
2023-01-27
0
Nindira
35 mah belum tua tua amat dia
2022-12-02
1
Nindira
Astaga dia dia🤣🤣🤣🤣🤣
2022-12-02
1