Sekuat tenaga, Liora menahan agar tidak meneteskan air mata di hadapan Cakra. Wanita itu tersenyum, seraya membantu Cakra mengancing satu persatu kemejanya.
"Baik-baik di sana Mas, kalau lelah istirahat, jangan paksa tubuh Mas untuk bekerja! Uang bisa dicari, tetapi kesehatan susah untuk di dapatkan," ucap Liora menunduk, tidak ingin membalas tatapan teduh Cakra.
"Iya, mas akan ingat semua kata-kata kamu. Sehat-sehat juga, kalau ada apa-apa langsung telpon Mas, sebisa mungkin hp mas akan aktif 24 jam buat kamu."
Cakra mengelus rambut Liora lembut, mengecup kening wanita itu cukup lama. Entah perasaan apa yang dia miliki sekarang, tetapi ia merasa ini adalah pertemuan terakhirnya. Semoga hanya perasaanya saja, semua tidak akan menjadi nyata.
Bukan Cakra saja yang merasakan hal tersebut, Liora juga sama. Keduanya saling menyembunyikan rasa tidak nyaman satu sama lain, berusaha menangkis pikiran-pikiran buruk yang bersarang di otak.
"Mobil Mas mana?" tanya Liora membuka keheningan di antara keduanya.
"Di depan rumah Bu Fatimah, mas pamit ya."
"Aku ikut ke depan Mas."
Liora mengikuti langkah lebar Cakra, berjalan beriringan menuju rumah bu Fatimah, kurang lebih 50 meter dari rumahnya.
Liora tidak pernah mengendurkan senyumnya, untuk menutupi rasa sedih.
"Nggak perlu bayar utang dulu, mas udah bicara sama bu Fatimah, nanti bayarnya setelah gajian saja. Uang yang mas berikan untuk kamu belanja sehari-hari."
Liora menganggukan kepalanya, menatap tanganya yang terasa kosong setelah Cakra melespanya. Lelaki itu naik kemobil yang akan membawanya Ke Kota.
Liora membalas lambaian tangan Cakra sebelum mobil yang melaju meninggalkan dirinya.
Tepukan di pundak menyadarkan Liora, dia berhenti melambaikan tangan, kemudian menatap bu Fatimah.
"Memang berat nak kalau baru pertama kali di tinggalkan apa lagi hamil besar, tetapi nanti bakal terbiasa. Tenang aja, Wati bakal nemenin kamu kalau malam hari."
"Makasih bu," sahut Liora sopan.
"Aduh-aduh ada yang di tinggal suaminya nih," celetuk tetangga yang sedari tadi berdiri di seberang jalan memperhatikan.
"Hati-hati bu Firda, ntar Wildan di godain lagi, secara suaminya nggak ada."
"Pergilah Nak, jangan dengarkan mereka!" perintah Bu Fatimah, mendorong pelan tubuh Liora agar segera pergi dari kedainya.
Menulikan pendengaran adalah salah satu cara menghadapi ibu-ibu julid kampung Nelayan yang selalu saja mencari bahan gibah.
Sesampainya dirumah, luruh sudah pertahanan Liora, gadis itu menangis sejadi-jadinya karena belum siap di tinggal oleh sang suami, walau sebentar saja.
Terlebih, Dia tidak tahu identitas Cakra yang sebenarnya, darimana laki-laki itu berasal. Jika di tinggalkan tanpa kabar, maka dia tidak tahu harus mencarinya kemana.
***
Saat akan membaringkan tubuhnya di ranjang, ponsel Liora berdering, kelegaan langsung dia rasakan melihat siapa pemanggil tersebut.
"Mas Wildan? Udah sampai ya?" tanya Liora.
Hari sudah malam, sekarang jarum jam menunjukkan angka 8, itulah mengapa Liora bersiap-siap tidur. Tidak ada gunanya dia begadang, karena Cakra sudah tidak ada di rumah itu.
Liora tidak jadi di temani oleh anak bu Fatimah, karena anak gadisnya itu tidak ingin menemaninya.
"Iya, baru aja Ra. Kamu sama anak kita baik-baik aja kan?"
"Baik Mas, ini mau siap-siap tidur. Sunyi banget nggak ada Mas. Sekarang aku merasakan kesepian seperti apa yang aku rasakan dulu sebelum bertemu mas. Nggak usah khawatir aku udah biasa kok."
...****************...
Ritual setelah membaca, kuy tebar kembang yang banyak biar wangi. Jangan lupa juga tekan tombol vote, like, fav dan ramaikan kolom komentar. Jika kalian sayang sama otor jangan lupa nonton iklan setelah baca ya, iklannya bisa di lihat di bar pemberian hadiah🥰💃💃💃💃💃💃🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Follow untuk melihat visual
IG: Tantye005
Tiktok: Istri sahnya Eunwoo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Tumiyati
ikut nyesek deh aku😭
2023-10-14
2
Sulis Tianah
kasian lio semoga saber ya.
2023-09-18
1
Astri
kasihan lio yah
2023-06-30
1