"Pak Arka," panggil Mihika mendekati ranjang dimana Arka berada. Tubuh Arka masih menggigil dengan kedua mata yang terpejam.
"Pak, pinjam ponsel dong," ujar Mihika. Mihika berdecak melihat Arka yang cuek dengan kedua tangan memeluk tubuhnya sendiri. "Yaelah Pak, cemen aman jadi cowok. Nggak tahan sama air dingin. Gerakan tubuhnya Pak, biar aliran darahnya lebih cepat dan tubuh jadi hangat," tutur Mihika sambil menatap sekeliling mencari ponsel milik Arka.
"S-saya a-***-gi ding-in," ujar Arka dengan lirih dan terbata.
"Apaan sih Pak, nggak jelas deh."
"A-lergi," jawab Arka lebih lirih lagi.
Mihika terdiam, "Pak Arka alergi dingin?" tanya Mihika memastikan apa yang barusan dia dengar. Arka menganggukan kepala masih dengan tubuhnya yang mengigil.
Mihika merangkak ke atas ranjang menyentuh dagu Arka dan memastikan raut wajah Arka. Bibir yang terlihat pucat dan mata yang terus terpejam bahkan terdengar gemeretuk giginya.
Mihika menyadari bahwa yang Arka alami adalah gejala hipotermia. Mengecek tanda-tanda vital kehidupan manusia pada tubuh Arka. Arka sudah tidak menggigil karena tidak sadarkan diri.
"Detak jantung melemah dan tak sadarkan diri, tanda hipotermia mulai berbahaya," gumam Mihika. "Pak Arka, bangun Pak jangan tidur," ujar Mihika. Lalu turun dari ranjang membongkar koper Arka mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghangatkan tubuh Arka.
Mihika tidak menemukan selimut atau kain tebal, hanya ada sweater dan selimut tipis di atas ranjang dan sudah digunakan oleh Mihika untuk melapisi tubuh Arka.
Mihika mencoba mengingat ilmu yang pernah dia pelajari saat mengikuti kegiatan pecinta alam. "Pikir Mihika, coba pikitlr," ujarnya sambil mengetuk kepalanya sendiri.
"Panas tubuh. Panas tubuh manusia," ucap Mihika lalu menoleh pada Arka yang wajahnya semakin memucat.
"Itu artinya aku harus ... ogah amat deh. Tapi nanti Pak Arka mati. Aduh ... gimana ini," tutur Mihika mulai panik, ditambah hujan turun membuat udara semakin dingin.
Mihika membuka pakaian Arka hanya menyisakan boxer lalu dengan malas melepaskan pula pakaiannya sendiri hanya meninggalkan penutup tubuh berenda dan bagian bawah tubuhnya. Masuk ke dalam selimut tipis yang menutupi tubuh Arka. Memeluk tubuh Arka dan menempelkan tubuhnya untuk mentransfer kehangatan.
Sesekali Mihika meniup telapak tangannya dan menggosokan pada tubuh Arka agar kembali menghangat. Wajah pucat Arka mulai merona, tarikan nafasnya sudah lebih teratur. Mihika pun tertidur dengan posisi memeluk tubuh Arka.
Entah berapa lama keduanya berpeluk untuk memberi kehangatan, sampai terdenger ketukan pintu dan sayup-sayup memanggil mereka.
Arka mengerjapkan matanya dan menyadari bahwa dirinya dan Mihika berada di bawah selimut yang sama. "Hika," panggil Arka sambil mengguncang tubuh Mihika.
Belum ada respon dari Mihika tiba-tiba pintu kamar dibuka oleh seseorang yang kemudian menghardik melihat kondisi Arka dan Mihika. Orang itu menutup kembali pintu kamar, "Segera berpakaian, kami tunggu di sini," titah orang itu.
"Shitt, Hika bangunlah." Arka menguncang pelan tubuh Mihika.
"Apaan sih Pak? Pak Arka kenapa sih nyebelin, nggak di dunia nyata aja tapi di mimpi pun sama," tutur Mihika dengab kedua mata yang terpejam.
"Hika bangunlah, kita kedapatan dalam keadaan seperti ini mereka pasti menduga kita sedang berbuat mesum."
Mihika membuka matanya, menyadari tubuhnya menempel pada tubuh Arka refleks bergeser sedikit menjauh. Mengingat dirinya tadi mencoba menolong Arka dengan saling menempel agar tercipta kehangatan.
"Cepat kenakan pakaianmu, mereka sudah menunggu di luar," titah Arka yang beranjak turun dari ranjang lalu mengenakan pakaiannya membelakangi Mihika yang juga sedang mengenakan kembali baju yang sudah dia lucuti.
"Gara-gara Pak Arka, aku jadi ribet," kesal Mihika.
Arka keluar dari kamar, diikuti oleh Mihika yang bersembunyi dibelakang tubuh Arka. Sudah ada kepala desa, tokoh masyarakat dan entah siapa karena Arka baru melihatnya. Sepertinya pemuka agama setempat. Berbeda dengan dua orang lainnya yang sudah mereka temui tadi siang.
Di luar rumah ada dua orang lainnya yang sepertinya memang sengaja diminta berjaga di luar. "Maaf Pak Arka, ada yang ingin kami tanyakan," ujar Kepala Desa. Mereka duduk di lantai beralaskan karpet.
Arka yang sudah duduk bersisian dengan Mihika yang menundukkan wajahnya dan menduga ada hal besar yang akan terjadi.
"Silahkan," jawab Arka.
"Apa Pak Arka dan Nona ini ada ikatan pernikahan?"
Arka dan Mihika saling tatap. Kemudian Arka menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan tadi.
"Kalau begitu kalian akan kami nikahkan!"
"Apa!" ucap Arka dan Mihika serempak.
\=\=\=\=\=
Yuhu, promo lagi nihhhh karya rekan author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yuyun Arianti
jodoh yg TK terduka di blik musibah ada sebuah berkah❤❤❤❤
2024-06-21
0
dewi
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-04-03
0
Iif Rubae'ah Teh Iif
siapa wali nya... kan masih ada ayah nya
berarti ga sah
2024-03-01
0