Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan lupa kasih like dan komentar. Semoga hari ini kalian bahagia dan dimudahkan rezekinya.
***
Bab 15
Hubungan Jelita dan Erlangga sudah kembali baik. Bahkan kini Erlangga jadi lebih berani dalam menyentuh Jelita duluan. Dulu dia masih merasakan sungkan pada putri tempat ayahnya bekerja itu.
"Masak apa, Sayang?" tanya Erlangga sambil memeluk Jelita dari belakang dan memberikan sebuah kecupan di pipi kanannya.
"Aku buat bakwan," jawab Jelita dan membalas kecupan itu.
"Yang, kita pindah rumah, yuk! Biar tidak malu saat ingin bermesraan seperti ini," ajak Erlangga berbisik di samping telinga Jelita.
"Kakek masih punya rumah dan apartemen yang tidak ditinggali. Kita tinggal di sana saja," ucap Jelita dengan semangat. Dia juga malu kalau kepergok sama mertuanya, jika sedang bermesraan dengan suaminya seperti ini.
"Aku ingin membeli rumah sendiri. Meski kecil, tapi kita merasa nyaman saat menempatinya," ujar Erlangga yang meletakan dagunya di atas bahu Jelita.
"Hm … hm!" Ibu Wulandari berdeham dan membuat terkejut keduanya.
"Tuh, baru saja diomongin," bisik Erlangga dan Jelita hanya tersenyum malu dengan muka yang sudah merah.
"Tenang saja, ibu hanya mau ambil air minum saja. Lanjutkan lagi," kata ibunya Erlangga sambil mengedipkan mata pada putranya.
***
Waktu terus bergulir dan Erlangga pun membeli rumah yang sederhana tidak jauh dari kantor milik Kakek Darmawangsa. Niatnya rumah itu mau di renovasi terlebih dahulu karena Erlangga membeli rumah yang tidak berpenghuni selama belasan tahun. Hanya saja rumah model zaman era tahun 60-an itu punya halaman luas. Dia juga membeli dengan harga yang murah karena pemiliknya itu tinggal di luar pulau sehingga rumah pemberian kakeknya itu terbengkalai.
Jelita dan teman-temannya juga sedang menyiapkan ujian kenaikan kelas. Dia sangat semangat dalam belajar karena ingin masuk ke rangking sepuluh besar. Selain untuk membuktikan kemajuannya usahanya dalam belajar, dia juga ingin mendapatkan hadiah jalan-jalan bersama suaminya.
"Jeli, sedang apa?" tanya Shaka saat melihat Jelita sedang menulis sesuatu di buku catatan yang berukuran kecil.
"Sedang mencatat sesuatu yang penting," jawab Jelita tanpa melihat ke arah Shaka.
"Shaka, kamu jangan ganggu kita sedang belajar!" bentak Mawar dengan mata yang melotot.
"Iya, pergi sana kalau mau mengganggu kita yang sedang belajar ini," ujar Dahlia sambil menggerakkan tangannya mengusir Shaka.
"Aku juga mau ikut belajar bersama kalian, boleh?" tanya Shaka dengan tatapan memohon.
"Ya, boleh." Jelita menjawab tanpa melihat ke arah Shaka karena sedang mencatat.
Beberapa teman lainnya pun ikut belajar bersama Jelita. Mereka juga banyak bertanya akan pelajaran yang tidak mereka mengerti. Semua murid yang mendengar desas-desus kalau ada nilai mata pelajaran kurang dari 7 itu tidak akan naik. Maka, semuanya belajar mati-matian dalam sebulan itu.
***
Tidak terasa ujian selama satu minggu itu pun telah mereka lalui. Sekarang adalah hari terakhir ujian dan betapa bahagianya para murid begitu bel bunyi tanda ujian sudah berakhir.
"Hai, kita rayakan dengan makan-makan di kantin, yuk!" seru salah seorang murid.
"Jangan. Mending kita ke cafe milik Shaka yang baru di buka bulan lalu itu," ajak murid laki-laki lainnya.
"Boleh, aku traktir kalian semua," ujar Shaka.
"Hore!" teriak para siswa kelas Xl IPS.
***
Jelita minta izin pada Erlangga mau makan-makan di cafe, tetapi dia tidak bilang kalau cafe itu milik Shaka. Dia berpikir akan jadi masalah kalau sampai Erlangga tahu. Suaminya itu sering melarang dirinya untuk dekat-dekat dengan Shaka.
"Jeli, coba es krim spesial ini," kata Shaka sambil menyerahkan satu cup es krim dengan toping buah-buahan segar dan coklat batangan.
Jelita mencoba es krim dengan tiga rasa itu. Lembutnya es krim itu langsung meleleh begitu masuk mulut.
"Enak," jawab Jelita dan memasukan lagi es krim itu.
Shaka mengusap bibir Jelita yang ada noda coklat di ujung bibirnya. Lalu, dia menjilatnya. Tentu saja ini membuat Jelita membelalakkan mata.
"Cie … cie! Sudah jadian saja," kata teman-teman mereka menggoda Shaka dan Jelita.
"Ini peringatan buat kalian semua! Jangan ada yang mengincar Jeli, karena dia adalah milik aku!" seru Shaka memberikan peringatan kepada murid laki-laki.
"Enak saja. Aku ini bukan milik kamu!" hardik Jelita sambil memukul bahu Shaka dengan kuat sampai laki-laki itu mengaduh kesakitan.
"Gila ini tenaga anak gadis kayak algojo saja," kata Shaka menggoda Jelita.
"Apa? Kamu mau aku pukul lagi?" Jelita melotot sambil siap dengan kuda-kuda untuk memukul kembali.
Shaka minta ampun sedangkan teman-temannya menertawakan kelakuannya itu. Berbeda dengan murid anak perempuan yang menyuruh Jelita untuk memberikan pelajaran pada Shaka. Suasana cafe itu sangat ramai oleh tawa, canda, celoteh, dan teriakan anak-anak muda.
***
"Kak, ingatkan kalau aku masuk ke rangking sepuluh besar akan liburan ke tempat yang aku mau?" Jelita duduk di pangkuan Erlangga dan memeluk lehernya.
"Iya. Memangnya kamu mau pergi ke mana?" tanya Erlangga sambil membetulkan anak rambut milik Jelita yang jatuh menutupi mata indahnya.
"Hmm, ada deh," ucapnya sambil tersenyum jahil menggoda suaminya.
Erlangga memencet hidung mancung Jelita karena sangat gemas dengan istri kecilnya, yang suka sekali menggoda dirinya. Lalu, dia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jelita.
"Tapi, kita pergi hanya sehari. Jadi, pikirkan tempat yang terdekat agar kita bisa lama menikmati tempat liburannya," ujar Erlangga dan Jelita mengangguk.
***
Hari ini adalah pembagian nilai raport. Semua murid sedang merasakan was-was takut tidak naik kelas. Begitu juga dengan Jelita dan teman-temannya. Mereka berharap bisa masuk ke rangking sepuluh besar.
"Mawar!" panggil guru wali kelas.
Mawar pun maju ke depan dia berharap dapat nilai baik dan masuk rangking seperti Dahlia yang mendapat rangking 9. Dia pun dengan cepat membuka raport saat itu juga.
"Hore! Rangking sepuluh!"teriak Mawar lalu memeluk guru wali kelasnya dan berkata, "terima kasih, Bu!"
"Bagus. Pertahankan … kalau bisa tingkatkan lagi, saat di kelas tiga nanti.
Kali ini giliran Melati yang menerima raport. Dia juga sangat senang sambil berjingkrak-jingkrak di depan kelas karena dapat nilai rangking 7.
Melihat teman-teman masuk rangking 10 besar, membuat Jelita senang. Dia juga berharap dapat nilai bagus dan masuk rangking.
"Jelita!" panggil guru wali kelas.
Jelita pun berjalan ke depan dan mengambil raport miliknya. Jantungnya berdetak kencang dan tangannya gemetaran saat membuka raport itu.
"Mustahil! Ini tidak mungkin!" teriak Jelita dan membuat teman-teman sekelasnya tersentak karena terkejut.
***
Apakah raport Jelita masuk rangking sepuluh besar? Tunggu kelanjutannya, ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
stefani n.i.s
anatar dpt rangki jelek atau rangkin yg bagus...
2022-09-07
4
Susilawati Rela
raport jelita masuk ranking 3 besar, atau bahkan rangking 1 ..??? mantap jeli nata decoco.....bravo.....
2022-09-06
4