Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan lupa untuk selalu kasih like dan komentar. Semoga hari ini kalian bahagia dan dimudahkan rezekinya.
***
Bab 10
Erlangga membawa kotak makan itu ke halaman samping dengan diam-diam. Dia melihat ada Pak Bagas yang entah sejak kapan ada di sana juga.
"Pak Bagas, apa sudah makan siang?" tanya Erlangga.
"Belum, ini mau ke kantin," jawab Pak Bagas.
"Kebetulan ada bekal makan siang. Makanlah! Anggap rezeki bapak hari ini," kata Erlangga sambil menyerahkan kotak makanan itu.
"Terima kasih, Pak Erlangga," balas Pak Bagas dengan senyum lebarnya.
'Lumayan, rezeki anak sholeh. Di tanggal tua ini ada yang memberikan makanan,' batin Pak Bagas.
Erlangga pun pergi ke kantin dengan cara mengendap-ngendap, takut ketahuan sama Kenanga. Dia pun membeli batagor dan dibungkus. Saat dia hendak pergi meninggalkan kantin, tanpa sengaja dia melihat Jelita sedang bersama seorang murid laki-laki. Erlangga tahu kalau laki-laki itu adalah murid baru.
Jelita yang sedang adu mulut dengan Shaka hanya gara-gara masalah makanan. Melihat ada Erlangga yang datang ke kantin dengan gerakan mencurigakan. Seperti sedang menghindari seseorang atau takut ketahuan oleh seseorang.
'Kenapa dia? Apa dia takut kepergok sama aku? Dasar buaya darat akan aku balas penghianatan dirimu,' batin Jelita.
"Eh, Shaka sepertinya benar apa kata kamu. Kalau makaroni itu enak digoreng apalagi pakai bumbu," ucap Jelita tiba-tiba berbaik hati pada teman debatnya tadi mengenai makaroni enakan di goreng, di panggang, atau di masukan ke dalam sop.
"Tuh, akhirnya kamu setuju juga dengan pemikiran aku," ucap Shaka dengan senyum lebarnya. Jelita pun berusaha mengakrabkan diri padanya.
Canda, tawa, dan pukulan-pukulan ringan dari Jelita kepada Shaka terlihat sangat mesra. Bahkan membuat iri teman-temannya yang ada di sana. Jelita salah satu primadona di sekolah dan Shaka murid baru yang langsung populer karena tampan dan dari keluarga konglomerat.
Mata Jelita dan Erlangga beradu. Keduanya saling melihat. Namun, Jelita malah bersikap manis kepada Shaka. Tentu saja Erlangga sangat kesal dan marah pada gadis itu.
***
Saat di rumah pun keduanya saling diam. Tidak ada senda gurau dan canda tawa Jelita yang meramaikan rumah sederhana itu.
Sampai Ibu Wulandari merasa aneh akan tingkah anak dan menantunya. Dia pun memberi tahu hal ini kepada suaminya.
"Pak, apa mereka berdua sedang marahan? Karena sejak pulang sekolah keduanya tidak saling berbicara," kata Ibu Wulandari.
"Apa begitu?" balas Pak Aditama dan Ibu Wulandari pun mengangguk.
Pak Aditama pun memanggil Erlangga dan Jelita. Kedua orang itu duduk berdampingan di kursi.
"Apa kalian sedang ada masalah?" tanya Aditama dengan menatap mereka satu persatu.
"Kak Erlangga selingkuh, Yah!" jawab Aulia dengan tatapan nanar.
"Apa?" Ketiga orang lainnya terkejut.
"Siapa yang selingkuh?" Erlangga menatap tajam kepada Jelita yang duduk di sampingnya.
"Tentu saja Kak Erlangga yang selingkuh. Berduaan dengan Bu Kenanga. Tersenyum, berbicara, dan tertawa bersama. Lalu, makan bekal yang dibuatkan oleh wanita itu," balas Jepit dengan membalas tatapan Erlangga dengan tidak kalah sengitnya.
"Kamu sudah salah paham. Kakak bicara dan tersenyum kepada semua orang bukan hanya pada Kenanga saja. Itu sebagai bentuk keramahtamahan kita dalam bersosialisasi dengan orang lain," sanggah Erlangga.
"Tetap saja aku tidak suka. Bu Kenanga itu suka sama Kak Erlang. Tapi, kakak membiarkan wanita itu dekat-dekat," ujar Jelita.
"Justru kamu yang selingkuh dengan si murid baru itu. Bicara sambil tatap-tatapan, senyum menggoda, dan bicara dengan mesra," balas Erlangga.
"Siapa? Shaka, maksudnya? Ih, ogah aku harus selingkuh dengan Shaka. Mending pilin Yang Yang," tukas Jelita dan malah membuat Erlangga membelalakkan matanya karena terkejut.
"Yang Yang … siapa lagi itu?" suara Erlangga terdengar dingin dan kesal.
"Pacar aku," balas Jelita.
"Kau?" Erlangga melotot dengan mimik marah.
Pak Aditama dan Ibu Wulandari tertawa mendengar ucapan Jelita. Mereka tahu siapa itu Yang Yang karena Jelita sering berceloteh tentang aktor mandarin yang sering di bilang mirip Erlangga.
Erlangga mengarahkan perhatiannya kepada kedua orang tua yang kini tertawa terkekeh. Dia tidak mengerti kenapa ayah dan ibunya malah seperti itu.
"Ayah dan Ibu, kenapa malah tertawa?" tanya Erlangga.
"Sudah … sudah! Kalian berdua itu marahan karena merasa cemburu," ucap Ibu Wulandari.
"Bagus, itu tandanya kalian sudah punya rasa cinta dan sayang dalam hati kalian satu sama lain," lanjut Pak Aditama.
Baik Erlangga maupun Jelita agak terkejut dengan kenyataan ini. Dalam hati mereka mengakui kalau saat ini sedang cemburu. Namun, tidak menyangka kalau pasangannya pun merasakan hal yang sama.
"Sudah kalian baikan lagi. Bukannya semalam juga saling berpelukan," kata Ibu Wulandari menggoda putra dan menantunya. Tentu saja hal itu malah membuat muka keduanya merah padam karena malu.
"Bu, nggak baik mengintip orang lagi bermesraan begitu," ucap lelaki paruh baya itu sambil menahan senyum.
"Ayah … Ibu, kami pamit dulu. Ini sudah malam, takut besok ke siangan," kata Erlangga sambil mengajak Jelita dengan menggandeng tangannya.
***
Begitu masuk ke kamar Erlangga langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sementara itu, Jelita mengerjakan tugas yang masih tersisa karena tadi belum selesai mengerjakannya.
Erlangga pun beranjak dan mendekati Jelita. Dia melihat tugas yang sudah istrinya itu kerjakan.
"Masih salah ini yang nomor tujuh," kata Erlangga.
"Mana? Itu agak sulit, semua rumus sudah aku pakai," ujar Jelita.
Erlangga pun menerangkan bagaimana caranya. Jelita mendengarkan dan memahami apa yang diterangkan oleh suaminya.
"Belajar yang giat. Jika kamu berhasil masuk raking sepuluh besar saat kenaikan kelas nanti. Aku akan ajak kamu liburan. Terserah kamu mau ke mana? Tapi, cuma satu hari. Jadi, tempatnya jangan yang jauh-jauh," ucap Erlangga.
"Benar? Jangan bohong, ya!" Jelita dan Erlangga saling bertatapan dengan jarak yang sangat dekat.
"Hari ini sepertinya kamu belum aku kasih ciuman," kata Erlangga dan membuat paras cantik Jelita merah merona.
"Karena Kakak ngeselin seharian ini," balas Jelita dengan mimik cemberut. Bibir mengerucut dan pipi mengembung.
Cup!
Erlangga memberikan satu ciuman di bibir Jelita yang sedang monyong itu. Gadis itu hanya bisa membelalakkan matanya karena tidak menyangka suaminya akan memberikan serangan dadakan.
Setelah puas mencium istrinya, Erlangga pun kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan hati yang senang. Senyuman kebahagiaan tercipta di wajahnya yang tampan.
Sekarang Jelita dan Erlangga sudah bisa tidur dengan berbagi ranjang. Meski kadang Erlangga terkena tonjokan, sikut, atau tendangan dari Jelita. Namun, dia sabar dan kadang tidur dengan berbalik memeluk tubuh istrinya itu. Dia tidak mau tidur di lantai karena terasa lebih sakit.
***
"Hei, ada guru baru, loh! Cantik banget!" kata seorang murid laki-laki kepada semua murid di kelas Jelita.
"Yang bener?" tanya murid laki-laki yang lain.
"Iya, aku lihat sendiri. Namanya, Jenis," jawab si murid laki-laki tadi.
'Jenia?' batin Jelita.
***
Siapa Jenia? Apakah Jelita mengenalnya? Tunggu kelanjutannya, ya!
Sambil menunggu up bab berikutnya, yuk baca juga karya teman aku ini. Ceritanya bagus dan seru, loh. Meluncur ke novelnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Andi Fitri
makin byk gangguan rupanya anggap ujian pernikahan kalian..
2023-12-01
1
Susilawati Rela
makanya komunikasi, ngobrol dong, biar ga salah faham...😜
2022-09-04
8