Langit yang terlihat mendung sedari tadi pagi akhirnya kini turun juga. Mengguyur kota Edinburgh sekaligus menyejukkan hati Yulian saat merasa sepi. Bahkan ia merasa saat itu Aisyah berada di sampingnya seperti hujan yang menemaninya saat perjalanan menuju pulang. Hatinya begitu terasa tenang yang dipenuhi dengan kedamaian.
"Abdullah, sepertinya ada yang membutuhkan bantuan."
Yulian menatap ke arah tepi jalan_terlihat di sana ada seorang wanita yang tengah berdiri di bawah lebatnya hujan. Sehingga membuat Yulian merasa iba dan ingin membantu wanita tersebut dengan mengajak wanita masuk ke dalam mobil mewahnya. Begitupun dengan Abdullah yang mengikuti perintah Yulian sebagai bos nya. Mobil berhenti saat sudah berada di tepi.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam,"
"Maaf, bukan saya bermaksud lancang. Tapi, sebaiknya Anda masuk ke dalam mobil saya saja. Tidak baik jika, berada di bawah hujan yang lebat seperti ini."
"Tapi ...."
Wanita itu menghentikan ucapannya seraya menatap Yulian curiga dan manyapu di sekelilingnya untuk memastikan. Dan disaat itu Yulian seperti merasa sudah membaca pikiran wanita tersebut. Sehingga Yulian segera mengatakan hal yang membuat wanita itu merasa yakin bahwa Yulian tidak memiliki niat jahat terhadapnya sedikitpun. Setelah merasa yakin wanita itu pun masuk ke dalam mobil dan duduk di bagian bangku depan_dekat Abdullah.
Deg...
Tiba-tiba hati wanita itu berdenyut.
"Maaf, sebenarnya Anda mau kemana?"
"S ... saya ... saya sendiri masih bingung untuk mencari tempat menginap. Karena ... saya baru pindah."
Wanita itu menjawab Yulian dengan tetap menundukkan kepalanya. Terlihat begitu sopan_cadarnya hitam itu pun masih melekat di wajahnya dan menutupi. Hanya sepasang mata yang mampu dilihat semua orang. Namun, Yulian tidak ingin menatap wanita itu bahkan memandangnya pun Yulian tidak memberanikan diri. Karena ia menjaga kesucian seorang wanita, terutama saat mengingat Aisyah yang bercadar.
"Maaf untuk kesekian kali, tapi ... bagaimana jika Anda ikut dengan saya? Ya ... sebelum Anda mendapatkan tempat tinggal yang pasti untuk dijadikan tempat pulang."
"Tapi ... saya juga tidak akan memaksa Anda untuk ikut dengan saya."
Hening....
Begitu terasa hening_terlihat wanita itu tengah berpikir setelah mendengar tawaran Yulian. Karena wanita itu kembali merasa ragu saat menatap wajah polos Hafizha yang masih tertidur pulas dari kaca spion. Ada rasa sakit, ragu dan hal yang lain beradu menjadi satu dalam diri wanita itu.
"Jangan takut! Saya tidak akan melakukan kejahatan yang akan melukai Anda."
”Saya tahu. Tapi ... bagaimana dengan istri Anda? Karena saya tidak mau dicap sebagai perebut suami orang nantinya.” pekik Khaira.
”Kamu tenang saja, istri saya tidak akan cemburu.”
"Baiklah! Saya akan ikut dengan Anda. Dan setelah saya mendapatkan tempat tinggal maka, saya akan segera pergi dari rumah Anda."
"Tapi maaf, bolehkah saya mengetahui nama Anda?"
"Nama saya, Khaira." Jawab wanita itu singkat.
Ya ... wanita itu adalah Khaira yang baru pindah dari sebuah desa di kota Edinburgh. Namun, saat perpindahan itu ia lakukan justru hujan lebat menghentikan langkahnya untuk mencari tempat berteduh dengan nyaman. Hingga akhirnya sore itu Khaira dipertemukan dengan Yulian yang baik hati, royal dan selalu sopan. Aku rasa ... Khaira beruntung sore itu.
****
Beberapa jam kemudian akhirnya mereka sampai di kediaman Yulian. Dan laju mobil yang membawa rombongan berhenti saat berada di depan rumah lalu, Yulian meminta Khaira untuk turun dan ikut masuk bersamanya. Sedangkan Abdullah, ia masih memiliki tugas yaitu, memarkirkan mobil ke dalam garasi.
"Saya akan mengantarkan Anda ke kamar tamu. Tapi sebelumnya saya harus menidurkan putri saya terlebih dahulu."
"Emm...." Khaira mengangguk pelan.
Khaira tetap setia berdiri_menunggu Yulian kembali menghampirinya. Dan tidak lama kemudian Yulian pun datang lalu, berjalan untuk menunjukkan kamar tamu kepada Khaira. Begitupun dengan Khaira yang mengekori Yulian.
"Anda bisa beristirahat di kamar ini. Silahkan!"
Khaira hanya mengangguk pelan mengiyakan_mengerti apa yang dimaksud oleh Yulian. Setelah menunjukkan kamar tersebut, Yulian pun pergi meninggalkan Khaira. Sedangkan Khaira, ia menekan pelan gagang pintu kamar itu lalu, membukanya. Hatinya merasa teriris dan tersayat-sayat dari belati tajam saat menyapu sekeliling kamar itu.
"Terima kasih, Ya Allah!"
Entah sejak kapan Khaira mengucurkan air bening dari sepasang matanya. Entah, apa Khaira tengah meratapi kesedihan? Atau ada hal yang lain? Baca terus ya kelanjutannya!
Khaira merasa kedinginan, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mandi dan berganti pakain yang tidak terbasahi dari derasnya hujan sore itu. Khaira tidak ingin berlama di dalam kamar mandi, karena baginya itu adalah sebuah larangan dari Allah SWT untuk umat-Nya.
"Alhamdulillah,"
Akhirnya suara adzan maghrib telah menggema di telinga Khaira. Lalu, ia memutuskan untuk segera menghadap sang Pemilik Kuasa dalam peraduannya. Dengan khusu' Khaira melakukan kewajiban sebagai muslim. Dan di penghujung sholatnya ia tidak lupa berdzikir_melantunkan doa untuk meminta ampunan dari Tuhan atas segala dosa yang pernah dilakukannya selama hidup di dunia.
*****
"Tok ... tok ... tok." Pintu diketuk pelan.
Yulian yang mendengarnya pun mengernyitkan alisnya, lalu ia memutuskan untuk menghentikan bacaannya dan membuka pintu kamarnya yang sudah diketuk beberapa kali. Entah siapa yang berada di luar sana.
"Ada apa, Abdullah?"
"Maaf jika saya mengganggu, tapi ini sudah waktunya jam makan malam. Karena disini saya hanya mengingatkan."
"Oh, baiklah Abdullah. Mintalah Khaira untuk ikut bergabung makan malam." Senyum tipis terukir di bibir Yulian.
"Tapi...."
Pintu keburu ditutup rapat oleh Yulian sebelum Abdullah melanjutkan ucapannya. Dan hanya hela nafas pelan yang dapat Abdullah lakukan. Lalu, Abdullah pergi meninggalkan kamar Yulian dan memutuskan untuk pergi ke kamar Hafizha sekedar menengok.
"Paman, masuklah!"
"Baiklah!"
Abdullah memasang wajah ceria dengan senyum di bibirnya, lalu ia menuruti setiap ocehan gadis kecil itu. Karena sebelum adzan berkumandang Hafizha sudah terbangun dan bahkan ia melakukan sholat saat tiba waktunya sholat maghrib. Begitulah Yulian mendidik dan mengajarkan Hafizha tentang islam, meskipun Hafizha masih terlalu kecil, tapi ajaran itu justru bagus saat usianya masih belia.
****
Aroma dari arah meja makan begitu menyengat hidung saat menghirup udara yang keluar dari sana dan udara itu melintas di hadapan Yulian. Sehingga Yulian begitu menikmati aroma tersebut sebelum melihat bagaimana rupa masakannya.
"Harum sekali! Tak sabar rasa ingin segera memakannya." Yulian tersenyum sungging.
Sejenak kisah antara Yulian dengan bayang-bayang Aisyah terlintas dalam angan. Masih jelas teringat setiap masakan yang membuat Yulian merasa penuh khidmat dan merasa kenyang, walaupun itu masakan sederhana yaitu, sayur asem dan tempe goreng.
"Ya Allah, aku kirimkan doa kepadanya atas rinduku ini. Semoga kamu tenang di surga sayang."
Lamunan Yulian terbuyarkan setelah mendengar gelagak tawa dari kamar Hafizha. Dan Yulian memutuskan untuk pergi ke sana lalu, mengajak Hafizha dan Abdullah makan malam bersama. Begitulah Yulian memerlakukan sopir dan juga baby sister yang menjaga Hafizha_tidak ada hal yang dibeda-bedakan dalam hal apapun terutama, makanan.
”Yulian!” panggil Abdullah.
”Hmm,” hanya jawaban ambigu yang Abdullah dengarkan.
”Kenapa kamu tidak menikah lagi saja? Sepertinya ... Khaira masih sendiri, pasti cocok denganmu.” Celetuk Abdullah.
”Tidak ada yang cocok denganku, karena hanya Aisyah lah yang tertanam di hati ini. Sudah, jangan bahas hal konyol seperti ini!”
Yulian meninggalkan Abdullah begitu saja dan ia melangkah menuju ke arah ruang makan, dan di sana sudah berjejer beberapa hidangan makanan tanpa adanya tutup saji, sehingga aroma masakan sangat menguar ke udara.
****
"Harum sekali makanannya!" puji Yulian saat berada di meja makan.
"Alhamdulillah,"
Deg....
Yulian tercekat, hanya menelan salivahnya sendiri setelah mendengar suara yang sebelumnya belum ia dengar saat pusat suara itu masih berperang di dapur. Ingin rasanya ia memastikan siapa pemilik suara itu, tapi ada rasa takut jika, itu adalah Khaira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments