4. Fakta Tersembunyi

Seusai maghrib aku berniat ke rumah Risa. Mumpung anak-anak sedang anteng dengan TV dan mainan. Sedangkan mas Anang seperti biasa, dia sibuk dengan hapenya.

"Mas, aku mau keluar sebentar ya."

Mas Anang hanya memgangguk dengan mata yang masih menatap layar pipihnya.

"Jangan hanya fokus ke hape mas. Anak-anak dijagain."

Sekali lagi mas Anang hanya mengangguk saja.

Aku buru-buru pergi dari rumah sebelum ada salah satu dari anakku melihat ku. Bukannya aku tak ingin direpotkan mereka. Aku hanya takut jika salah satu diantara mereka ikut, membuat aku tak fokus dengan obrolan ku nanti.

Sekitar lima menit aku berjalan, aku sampai di rumah Risa. Jika dilihat dari luar, ruang tamu Risa yang penuh degan etalase produk yang aku lihat di aplikasi tadi. Aku menduga bahwa Risa sudah sukses dengan dagangannya. Hal itu terbukti dari etalase yang terpajang lebih dari satu dan penuh dengan barang yang menurutku tak murah. Pasti butuh banyak uang untuk mendatangkan barang-barang itu.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam. Eh mbak Ayu. Ayo masuk mbak. Maaf nggak ada kursinya." Risa menyambut ku dengan ramah. Sangat terlihat ia welcome dengan setiap orang, mungkin karena kebiasaannya yang menjual barang menjadikannya terbuka dengan orang baru.

"Duduk mbak. Aku ke belakang bentar ya."

Aku hanya mengangguk tersenyum. Mataku berkeliaran ke mana-mana melihat tas dan dompet cantik. Banyak juga peralatan dapur yang terpajang cantik di sana. Ah seandainya saja aku punya banyak uang, pasti aku bisa memiliki benda-benda mahal ini.

"Silakan mbak, di sambi." Risa kembali dengan membawa minuman dan juga camilan. Aku jadi tak enak, karena merepotkannya.

"Aduh mbak, saya jadi merepotkan kamu. Terima kasih," jawabku sungkan.

"Ah nggak mbak. Hanya air. Panggil Risa saja mbak. Usia mbak lebih tua dari aku."

"Bisa aja kamu ini. Oh ya Ris, maksud kedatangan aku ke sini aku ingin jadi member kamu. Apa kira-kira aku bisa bantu-bantu jual barang kamu tanpa aku harus beli dulu, maksudnya aku nggak perlu stock gitu."

"Mbak mau jadi member aku? Boleh banget mbak. Member aku nggak perlu stock barang kok mbak, gini aja. Mbak tinggalin nomer WA ya. Biar nanti aku masukin ke grup barang aku. Mbak nanti bisa share barang-barang yang aku kirim di grup. Mbak mau jualan yang mana?"

"Apa kalau semuanya boleh Ris?" tanyaku dengan pelan. Aku takut jika Risa berpikir aku ini kemaruk.

"Boleh banget mbak. Mbak bisa jual apapun yang mbak mau."

Obrolan ku berlanjut dengan bertukar nomer WA. Dari obrolan itulah aku mengetahui bahwa Risa memulai usahanya dari sebelum dia menikah. Usahanya semakin sukses dan berkembang setelah menikah. Dia mendapatkan dukungan penuh dari suaminya, bukan hanya dukungan moril tapi juga materi.

Mendengar cerita dari Risa membuatku membandingkan hidup ku dengan Risa. Membandingkan sifat suami Risa dan suamiku. Hal itu membuat ku semakin perih saja.

Setelah di rasa cukup aku berbincang dengan Risa, aku pamit pulang. Aku pulang dengan hati senang dan harapan besar. Aku ingin menjadi wanita sukses tanpa harus bergantung pada siapapun. Tentu saja sukses ku ini aku sembunyikan dari banyak orang.

Aku sudah meminta Risa untuk tak membicarakan hal ini pada siapapun. Aku memintanya untuk merahasiakan bahwa aku ikut kerja dengannya. Tentu saja tak aku jelaskan alasan sesungguhnya. Itu sama saja aku membuat buruk nama suamiku.

Begitu sampai rumah, aku melihat anak-anak sudah tidur. Tumben sekali, pikirku. Suamiku juga sudah pulas dengan memeluk Anin. Aku melanjutkan langkah menuju dapur untuk mencuci piring. Ini kesempatan untukku tidur lebih awal seperti mereka.

Setelah cuci piring, aku matikan semua lampu. Tak sengaja sudut netraku melihat tas kerja mas Anang yang ada di meja ruang tamu. Aku melangkah mengambilnya, aku menjereng tas itu tepat di depan wajahku. Selama tujuh tahun menikah sama sekali aku tak membuka apa isi dari tas itu. Dan entah kenapa detik ini rasa ingin tahu ku sedang berada di puncak kepala.

Aku mendudukkan diri di sofa dan membuka ruang yang terdapat di tas itu. Aku mulai dari yang paling depan. Sebuah kertas, aku tak tahu kertas apa itu.

Dahiku mengernyit begitu tahu isi dari kertas itu. Hatiku remuk redam, tanganku bergetar hebat, nafasku tiba-tiba tersengal- sengal, sudut netraku yang berembun tak dapat lagi menahan lajunya cairan bening yang sejak tadi ku tahan.

Aku menemukan kertas yang berisikan bahwa suami ku cek in di sebuah hotel bintang lima. Untuk apa mas Anang cek in di hotel sedangkan jarak rumah dan tempat bekerja hanya berjarak satu kilometer saja. Dan mas anang cek in dengan siapa? Satu kamar untuk dua orang? Sungguh aku tak mengerti. Semua wanita mungkin akan berpikir yang tidak-tidak jika berada di posisiku.

Aku kembali mengubek-ubek tas kerja mas Anang. Aku ingin tahu apa saja yang ada di dalam tasnya. Sungguh, sebelum menemukan ini, aku tak pernah berpikir mas Anang akan bertindak ke arah sana. Aku sangat percaya mas Anang mencintai ku dengan tulus dan tidak akan mengkhianati wanita yang sudah memberinya tiga orang anak.

Harapan tinggal harapan, aku menemukan lagi sebuah alat pengamanan untuk melakukan hubungan badan. Tanganku kembali bergetar hebat, pikiran ku sudah tak mampu lagi berpikir positif.

Berkali-kali aku mengucap istighfar dalam hati, berharap aku bisa menenangkan diri. Aku kembalikan semua barang yang sudah aku ambil ke dalam tas suamiku. Aku bertekad dalam hati, aku harus bisa tenang dan mengendalikan emosi.

Dengan hati hancur yang sudah entah menjadi berapa kepingan, aku berjalan menuju kamar. Aku letakkan tas mas Anang di tempat biasa.

"Kamu belum tidur?" tanya mas Anang begitu melihat aku meletakkan tasnya.

"Belum, ini aku baru pulang." Aku berjalan menuju tepian ranjang di sisi lainnya. Aku rebahkan diriku di sebelah Anin lalu memeluknya.

"Kamu kenapa? Kok kayak merah matanya? Kamu sakit? Mau flu?" tanya mas Anang sembari menempelkan punggung tangannya ke kening ku.

Refleks aku menepis tangan mas Anang. Sungguh sakit hati ini jika mengingat isi tasnya. Aku sudah mengabdi dan menyerahkan seluruh hidupku padanya, inikah balasannya?

"Kamu kenapa sih dek? Ada apa? Apa karena ibu lagi? Kamu sedih karena ibu? Ada apa, cerita sama aku," kata mas Anang dengan lembut.

Kalian pasti akan terisak jika kalian memendam kesedihan dan ada yang bertanya 'kamu kenapa?' itulah yang terjadi sekarang. Tekad ku yang bulat akan tegar entah kemana perginya.

Mas Anang seketika bangkit dari berbaringnya dan mendekati aku yang menyembunyikan wajahku di balik telapak tangan. Dia masih membiarkan aku dengan tangisan, namun tangannya terus bergerak mengelus pelan puncak kepala ku.

Itu memang yang selalu di lakukan mas Anang ketika aku sedih. Bahkan sejak saat masih pacaran, itulah sebabnya aku tak ingin kehilangan mas Anang meskipun tak ada restu dari ibu mertuaku. Dia sangat sayang padaku, tapi bagaimana mungkin jika dia bisa berbuat seperti itu di hotel dengan wanita lain? Sulit dipercaya, tapi inilah kenyataannya.

Setelah aku sedikit tenang, aku bangkit dari berbaring ku dan duduk di depan mas Anang. Laki-laki itu mengubah posisi duduknya yang berjongkok di lantai menjadi duduk di sampingku.

"Maafin ibu ya. Kamu kan tahu ibu orangnya memang begitu, di perluas lagi sabarnya ya," ujar mas Anang seraya memeluk ku.

"Bukan itu yang aku tangisi mas. Aku menangisi isi tas kerjamu."

Seketika mas Anang melepaskan pelukannya dan menatap ku dengan wajah paniknya.

Terpopuler

Comments

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

dih ngkei duit blonjo gur 200 per bulan normale minim 3jt tp iso mbyr hotel duh duh , bagi istri g mslh suami g pnya duit asal jujur. g apa2 ngasih k orgtua atau siapa asal buat istri anak terpenuhi. bkn yg hrse jd tgjwb cm dkasih beban mlh yg bkn tgjwbe d supplai. nduwe wedhus gembel meneh. sakne kowe yu, ndwe bojo mlh buntung mkn ati n dadeke babu

2025-04-16

0

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

kirian mau pura2 g tau dan ancang2 gugat cerai

2025-04-16

0

Andriani

Andriani

wih jijiknya. jahat x si Anang ini.

2025-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 1. Tak Adil
2 2. Suami Tak Pengertian
3 3. Ibu Mertua Menyebalkan
4 4. Fakta Tersembunyi
5 5. Terbongkarnya Penipuan
6 6. Mulai Usaha Baru
7 7. Suami Tak Tahu Malu
8 8. Winda Ku
9 9. Ketahuan
10 10. Karma Kecil Ibu Mertua
11 11. Hinaan Suami
12 12. Bertemu Lagi
13 13. Terungkap
14 14. Misi Rahasia
15 15. Luka Yang Dalam
16 16. Cahaya Dalam Gelap
17 17. Suami Tak Tahu Diri
18 18. Babak Belur
19 19. Pergi
20 20. Teman Rasa Keluarga
21 21. Karma Instan
22 22. Ada Yang Berbeda
23 23. Kehilangan
24 24. Sakit
25 25. Dara
26 26. Dipermalukan Lagi
27 27. Kenapa Jadi Sewot?
28 28. Berubah Pikiran
29 29. Perhatian
30 30. Misterius
31 31. Bertemu Om Lagi
32 32. Penolakan
33 33. Wanita Tua Kembali Berulah
34 34. Kehilangan Anak
35 35. Terkejut
36 36. Murka
37 37. Kritis
38 38. Pamit
39 39. Bertemu
40 40. Janji Alif
41 41. Mulai Merasa Kehilangan
42 42. Insecure
43 43. Tenggelam Dalam Penyesalan
44 44. Membawa Perubahan
45 45. Jaka Patah Hati
46 46. Pendirian Yang Masih Sama
47 47. Bucin
48 48. Aneh
49 49. Merindukan Ibu
50 50. Ulang Tahun
51 51. Melamar
52 52. Karma Tak Semanis Kurma
53 53. Penyesalan Tiada Akhir
54 54. Penolakan
55 55. Sekarat
56 56. Duka
57 57. Sudah Takdir
58 58. Gara-gara Maling
59 59. Janji Jaka
60 60. Di Luar Rencana
61 61. Sudah Dewasa
62 62. Harga Diri Rifki Terluka
63 63. Kekasih Semalam
64 64. Ribut
65 65. Sah
66 66. Rintihan Malam
67 67. Modus
68 68. Bertemu
69 69. Hampir
70 70. Terus Terang
71 71. Dara Kumat
72 72. Firasat
73 73. Rumah Sakit
74 74. Kelahiran Dan Kematian
75 75. Surat
76 76. Caper
77 77. Caper Berakhir Baper
78 78. Kumpulan Keluarga
79 79. Musibah
80 80. Ditemukan
81 81. Ujian
82 82. Sentuhan Rindu
83 83. Sayang Kembali
84 84. Bahaya
85 85. Bahaya 2
86 86. Khawatir
87 87. Usaha Yang Gagal
88 88. Kecurigaan Jaka
89 89. Hilang
90 90. Terlantar
91 91. Serba Salah
92 92. Trauma
93 93. Histeris lagi
94 94. Diuji untuk kuat
95 95. Hancurnya Hati Seorang Kakak
96 96. Nekat
97 97. Awal Yang Baik
98 98. Rasa Sesungguhnya
99 99. Cinta Seorang Kakak
100 100. Sekarang Jam Berapa, Bu?
101 101. Seperti Lahir Kembali
102 102. Bertemu
103 103. Aku Sayang Kamu
104 104. Jalan-jalan
105 105. Taman
106 106. Dek
107 107. Bertemu Lagi
108 108. Lamaran
109 109. Kekhawatiran Dara
110 110. Belum siap
111 111. Hampir
112 112. Dara Yang Polos
113 113. Selesai Sudah
Episodes

Updated 113 Episodes

1
1. Tak Adil
2
2. Suami Tak Pengertian
3
3. Ibu Mertua Menyebalkan
4
4. Fakta Tersembunyi
5
5. Terbongkarnya Penipuan
6
6. Mulai Usaha Baru
7
7. Suami Tak Tahu Malu
8
8. Winda Ku
9
9. Ketahuan
10
10. Karma Kecil Ibu Mertua
11
11. Hinaan Suami
12
12. Bertemu Lagi
13
13. Terungkap
14
14. Misi Rahasia
15
15. Luka Yang Dalam
16
16. Cahaya Dalam Gelap
17
17. Suami Tak Tahu Diri
18
18. Babak Belur
19
19. Pergi
20
20. Teman Rasa Keluarga
21
21. Karma Instan
22
22. Ada Yang Berbeda
23
23. Kehilangan
24
24. Sakit
25
25. Dara
26
26. Dipermalukan Lagi
27
27. Kenapa Jadi Sewot?
28
28. Berubah Pikiran
29
29. Perhatian
30
30. Misterius
31
31. Bertemu Om Lagi
32
32. Penolakan
33
33. Wanita Tua Kembali Berulah
34
34. Kehilangan Anak
35
35. Terkejut
36
36. Murka
37
37. Kritis
38
38. Pamit
39
39. Bertemu
40
40. Janji Alif
41
41. Mulai Merasa Kehilangan
42
42. Insecure
43
43. Tenggelam Dalam Penyesalan
44
44. Membawa Perubahan
45
45. Jaka Patah Hati
46
46. Pendirian Yang Masih Sama
47
47. Bucin
48
48. Aneh
49
49. Merindukan Ibu
50
50. Ulang Tahun
51
51. Melamar
52
52. Karma Tak Semanis Kurma
53
53. Penyesalan Tiada Akhir
54
54. Penolakan
55
55. Sekarat
56
56. Duka
57
57. Sudah Takdir
58
58. Gara-gara Maling
59
59. Janji Jaka
60
60. Di Luar Rencana
61
61. Sudah Dewasa
62
62. Harga Diri Rifki Terluka
63
63. Kekasih Semalam
64
64. Ribut
65
65. Sah
66
66. Rintihan Malam
67
67. Modus
68
68. Bertemu
69
69. Hampir
70
70. Terus Terang
71
71. Dara Kumat
72
72. Firasat
73
73. Rumah Sakit
74
74. Kelahiran Dan Kematian
75
75. Surat
76
76. Caper
77
77. Caper Berakhir Baper
78
78. Kumpulan Keluarga
79
79. Musibah
80
80. Ditemukan
81
81. Ujian
82
82. Sentuhan Rindu
83
83. Sayang Kembali
84
84. Bahaya
85
85. Bahaya 2
86
86. Khawatir
87
87. Usaha Yang Gagal
88
88. Kecurigaan Jaka
89
89. Hilang
90
90. Terlantar
91
91. Serba Salah
92
92. Trauma
93
93. Histeris lagi
94
94. Diuji untuk kuat
95
95. Hancurnya Hati Seorang Kakak
96
96. Nekat
97
97. Awal Yang Baik
98
98. Rasa Sesungguhnya
99
99. Cinta Seorang Kakak
100
100. Sekarang Jam Berapa, Bu?
101
101. Seperti Lahir Kembali
102
102. Bertemu
103
103. Aku Sayang Kamu
104
104. Jalan-jalan
105
105. Taman
106
106. Dek
107
107. Bertemu Lagi
108
108. Lamaran
109
109. Kekhawatiran Dara
110
110. Belum siap
111
111. Hampir
112
112. Dara Yang Polos
113
113. Selesai Sudah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!