Aku berlari dan terus berlari. Malam yang mendung mengantarkanku menuju sebuah gedung besar yang berada di pusat kota. Gedung bercat putih berisi banyak orang sakit dan menjalani perawatan intensif. Sesampainya di parkiran, aku pun segera turun dari mobil lalu melangkah cepat ke dalam gedung ini. Aku harus menemui seseorang di dalam sana.
"Aku akan menikahimu. Secepatnya." Kata-kata seseorang itu terlintas di benakku.
"Sungguh?" Aku pun tak percaya dengan apa yang diucapkannya.
Dia mengangguk. "Aku menyayangimu, Lilia. Sangat menyayangimu." Dia memelukku.
Dear ... tunggu aku ....
Kenangan itu kembali terputar di benakku. Aku pun terus berlari hingga akhirnya sampai di resepsionis rumah sakit ini. Aku cepat-cepat bertanya di mana letak ruangan yang kutuju. Resepsionis rumah sakit pun dengan cepat memberitahukannya. Lantas dengan segera aku berlari mengikuti petunjuk dari resepsionis itu. Menyusuri koridor demi koridor seorang diri di malam yang selarut ini.
"Hanya kau yang aku inginkan, Lilia. Tidak ada yang lain." Dia menatapku dalam.
"Dear, apa kau serius?" tanyaku meyakinkan.
Dia mengangguk. "Beri aku waktu tiga minggu untuk menyelesaikan urusanku. Setelah itu miliki aku sepenuhnya." Dia meyakinkanku.
"Dear ...." Aku pun memeluknya kembali.
Detak jantungku berpacu cepat, hatiku harap-harap cemas terhadap kabar yang kudengar. Seluruh aliran darah di dalam tubuhku seakan terhenti mendengar kabar tentang kecelakaannya. Seseorang yang selama ini selalu ada untukku. Dia juga yang telah merawatku sepenuh hati saat aku berada di rumah sakit. Tapi kini sebuah musibah menimpanya, yang mana membuatnya harus menjalani perawatan intensif. Rasanya seperti mimpi buruk saja.
Ya Tuhan, selamatkan dia.
Dengan mengenakan jaket putih dan jeans biru, aku terus berlari menuju ruangan yang kutuju. Saat ini hanya doa yang bisa kupanjatkan bersama dengan setiap langkah kakiku. Pikiranku kacau, bulir-bulir air mata seakan meminta izin untuk keluar dari persembunyiannya. Aku tak percaya jika kecelakaan akan menimpanya. Aku takut kehilangannya, sangat takut. Apalagi aku belum sempat membalas cintanya.
Ya, dia mencintaiku. Dia telah mengungkapkan keinginannya untuk menikahiku. Dia adalah seorang pria yang selama ini kuabaikan, Alexander. Pria bermata biru yang membuat hatiku luluh dengan kesabarannya dalam mendapatkan cintaku. Dia begitu bersahaja dalam setiap tutur kata. Dia juga amat berkharisma dalam tindak prilakunya. Dan nilai lebihnya, dia juga mempunyai paras yang tak kalah tampan dari masa laluku, Jake Thompson. Aku pun begitu mengaguminya.
Dear ... bertahanlah ....
Orang-orang berseragam putih tampak hilir-mudik di setiap koridor yang kulewati. Beberapa penjenguk juga keluar-masuk ruangan yang ada di sepanjang koridor ini. Namun, entah mengapa langkah kakiku terasa semakin berat saat hampir tiba di koridor yang kutuju. Kedua kakiku seakan tertarik magnet bumi sehingga kesulitan untuk melangkah. Sejenak aku pun beristirahat sebelum melanjutkan pencarianku. Aku bersandar di dinding koridor rumah sakit ini.
"Hah ... hah ...."
Sambil mengatur ulang napas, aku mencoba mengingat kembali apa yang telah kulalui. Saat itu juga aku mulai merasa lelah dengan semua ini. Baru saja ingin memulai kehidupan baru, kabar tak dinginkan harus kudapatkan. Mungkinkah ini karma buruk dari pekerjaanku? Atau Tuhan ingin membersihkanku dari kenangan buruk yang telah kulalui? Entahlah, saat ini hanya ada ketakutan dalam diriku. Takut akan kehilangan cintanya yang begitu besar terhadapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ophie Pramono
beda nama?
2022-12-15
0
Rahmawaty❣️
akhirrnyaaaaa....
semangattt membacaaa💪👌
2022-09-17
1
Nisa Arnold
akhirnya yang di tunggu muncul juga.. makasih thor.. sehat selalu buat kk
2022-09-13
1