Mila dan Rika tiba di sebuah rumah yang berada cukup jauh dari pemukiman warga. Sebelum memasuki rumah sederhana itu, Mila dan Rika sempat bergidik ngeri karena energi negatif di tempat itu terasa sangat kuat.
"Yuk, Mila. Kita masuk," ajak Rika kepada Mila yang terdiam di depan pintu sambil mengelus tengkuknya.
"Tapi ...." Mila meraih tangan Rika kemudian menahan langkah gadis itu. "Perasaan aku kok jadi tidak enak gini, ya? Lihat! Bulu kudukku berdiri semua," lanjut Mila.
Rika memperhatikan Mila sambil tersenyum kecut. "Aku pun sama, Mila. Tapi kita sudah terlanjur datang ke tempat ini dan perjuangan kita akan sia-sia jika kamu memilih mundur sekarang," ucap Rika.
Mila menarik napas dalam kemudian menghembuskannya lagi secara perlahan. "Baiklah, mari!"
Seorang wanita paruh baya mengembangkan senyum ketika menyambut kedatangan Mila dan Rika. Wanita itu pun mempersilakan mereka masuk ke dalam rumahnya yang terlihat angker tersebut.
"Mari, Nak. Biar Ibu antar ke ruang bapak."
"Terima kasih, Bu."
Mila dan Rika mengikuti langkah wanita paruh baya itu sambil bergandengan tangan dengan erat. Energi negatif yang begitu kuat serta pemandangan yang tampak mistis semakin menambah kengerian di rumah sederhana itu.
"Beneran nih, Rik? Kamu tidak salah alamat 'kan?" bisik Mila di samping telinga Rika.
"Ish, tentu saja tidak! Aku sangat yakin karena aku sudah pernah ke sini sebelumnya bersama sepupu aku di kampung," jawab Rika dengan mantap.
Walaupun takut, Mila terus saja melangkahkan kakinya bersama Rika dan akhirnya mereka berhenti tepat di depan sebuah ruangan yang pintunya tertutup rapat.
"Pak! Bapak! Ada tamu, nih." Wanita paruh baya itu mengetuk pintu ruangan itu dengan lembut sembari memanggil sang suami yang tengah berada di dalam.
"Masuklah, Bu. Pintunya tidak dikunci," jawab seorang laki-laki paruh baya dari dalam ruangan itu.
Ceklek!
Pintu pun dibuka kemudian didorong pelan oleh wanita paruh baya itu. Ia kembali tersenyum menatap Mila dan Rika kemudian mempersilakan mereka untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Silakan masuk, Nak. Bapak ada di dalam," ucapnya dengan sangat lembut.
Mila dan Rika mengangguk kemudian perlahan melangkahkan kaki mereka masuk ke dalam ruangan itu.
"Permisi," ucap Rika.
"Silakan duduk."
Lelaki berperawakan gempal dengan kumis tebal itu tersenyum menyambut kedatangan Mila dan Rika.
"Terima kasih, Pak."
Kedua gadis itu pun segera duduk tepat di hadapan lelaki paruh baya dengan pakaian serba hitam itu. Di tengah-tengah mereka tampak berbagai sesajen dan berbagai macam barang-barang antik yang tidak pernah Mila lihat sebelumnya.
"Ada yang bisa Bapak bantu, anak-anak?" tanya lelaki paruh baya itu sambil melirik Mila dan Rika secara bergantian.
Rika menyenggol lengan Mila yang terdiam memaku di ruangan itu. Mila begitu terkejut, tetapi hal itu tidak membuat Mila bersedia membuka mulutnya. Bibirnya seolah membeku dan sulit untuk digerakkan. Karena Mila tak kunjung bicara, dengan terpaksa Rika pun harus membuka mulutnya untuk mewakili sahabatnya itu.
"Ehm, sebenarnya begini, Pak. Sahabat saya ini namanya Mila."
Rika memperkenalkan Mila kepada lelaki paruh baya itu. Mila pun mengangguk sambil tersenyum kecut kemudian dibalas anggukan pula oleh lelaki paruh baya tersebut.
"Dia mempunyai sebuah masalah yang cukup pelik dan mungkin hanya bapak yang bisa membantunya," lanjut Mila.
Lagi-lagi lelaki paruh baya itu menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Sebenarnya masalah apa itu, Nak. Ceritakan saja, jangan sungkan," sahut lelaki paruh baya itu sembari menatap Mila dengan lekat.
Rika kembali menyenggol lengan Mila yang masih bungkam. Wajah Rika tampak menekuk dan dari sorot matanya, ia ingin Mila segera bicara kepada orang pintar tersebut.
Mila mengerti apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu dan mau tidak mau, akhirnya ia pun membuka suaranya.
"Akhir-akhir ini saya sering digangguin sama mahluk tak kasat mata, Pak. Dia mengaku-ngaku sebagai seorang pangeran dari dunia lain dan ingin menjadikan saya sebagai pasangannya. Jujur, saya merasa terganggu dengan kehadiran mahluk itu, Pak. Saya ingin Bapak segera mengusirnya dan buat ia kembali ke alamnya dan tidak menggangu kehidupan saya lagi," tutur Mila sambil sesekali melirik samping kiri dan kanannya.
"Baiklah, biar Bapak lihat dulu bagaimana wujud mahluk itu yang sebenarnya," ucap lelaki paruh baya itu sambil mengangguk pelan.
Ia meraih sebuah prapen (tungku api kecil yang biasa digunakan sebagai pelengkap ritual) yang terletak tepat di hadapannya. Lelaki paruh baya itu melemparkan bubuk dupa ke dalam prapen yang memang sudah menyala dan membuat ruangan itu tercium aroma wangi khas dari dupa tersebut.
Mulut lelaki itu tampak komat-kamit dan kedua matanya terpejam erat. Entah mantra apa yang ia baca, kedua gadis itu pun tak tahu. Cukup lama lelaki bertubuh gempal dengan kumis tebal itu melakukan ritual tersebut hingga akhirnya ia pun kembali membuka mata dan menatap Mila dengan serius.
"Ya, Bapak sudah melihat bagaimana wujud mahluk itu, Nak. Dan sepertinya dia memiliki kekuatan yang sangat besar. Tapi kamu tidak usah khawatir, Bapak yakin bisa mengusirnya," ucap lelaki paruh baya itu dengan mantap.
Mila mengangguk. "Saya percayakan semuanya kepada Bapak," jawab Mila.
Lelaki paruh baya dengan pakaian serba hitam itu kembali membaca mantra dan kali ini lebih lama dari sebelumnya.
Beberapa detik berikutnya, ruangan itu semakin terasa dingin senyap padahal tak ada kipas angin apa lagi AC yang menggantung di ruangan tersebut dan saat itu pun cuaca sedang terik-teriknya. Seluruh bulu halus yang tumbuh di tubuh kedua gadis itu tiba-tiba berdiri semua dan membuat keduanya ketakutan.
Jika Mila dan Rika merasa kedinginan, berbeda halnya dengan lelaki paruh baya itu. Wajahnya tampak memerah dan keringat sebesar biji jagung terus mengucur di kening serta pelipisnya. Pakaian serba hitamnya pun terlihat basah kuyup.
Lelaki berkumis tebal itu terus membaca mantra andalannya tanpa henti dan seluruh tubuhnya tampak bergetar dengan hebat.
"Rika, aku takut!" pekik Mila dengan setengah berbisik kepada Rika yang kini sedang memeluk tubuhnya.
"A-aku juga, Mil," sahut Rika dengan bibir bergetar.
Tiba-tiba sebuah pisau yang entah dari mana datangnya, terbang melayang dan meluncur dengan cepat ke arah lelaki paruh baya tersebut. Beruntung lelaki berkumis tebal itu menyadarinya. Ia membuka mata dan menangkap gagang pisau tersebut sambil menahannya dengan kedua tangan.
Pisau yang tajam itu bergerak liar dan tujuan utamanya adalah menikam jantung lelaki bertubuh gempal tersebut. Pisau itu bergerak sendiri tanpa ada seseorang yang menggerakkannya.
Mila dan Rika menjerit ketakutan. Ini pertama kalinya dalam hidup mereka melihat kejadian aneh seperti itu. Sementara lelaki paruh baya itu masih berjuang, memperjuangkan nyawanya yang sedang berada di ujung tanduk.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
apakah Bapak nih yakin bisa mengusir Pangeran Hans....
2025-01-28
0
Astri
bahaya yah sang pangeran langsung pengen bunuh org yg mengahalangi jalanx mndptkan mila
2023-01-02
0
💜💜💜REVIAA 99💜💜💜
kejadian seperti ini pernah di alami tetangga ku, keliatannya GK masuk akal tp itu nyata...kadang aku merinding sendiri 🙈
2022-11-15
0