Jerat Hasrat Pangeran Gaib
"Aku berbaik hati padamu, Aurora! Sekarang kamu pilih sendiri, hukuman mati yang seperti apa yang ingin kamu ambil?" ucap Raja Edward kepada seorang gadis pelayan yang menyedihkan bernama Aurora.
Kepala gadis itu tertunduk ke lantai dengan tangan dan kaki terikat rantai besi. Tubuhnya peluh luka dan gadis itu dalam kondisi yang sekarat. Sebelum di serahkan ke hadapan Raja Edward, Aurora sempat disiksa terlebih dahulu oleh para algojo suruhan lelaki itu.
Walaupun begitu, Aurora masih bisa tersenyum sinis kemudian mengangkat kepalanya dengan tegak menatap Sang Raja.
"Aku terima apa pun hukuman yang kau berikan kepadaku, yang mulia Raja. Namun, ada satu hal yang harus kamu tahu! Kamu tidak akan pernah bisa memisahkan aku dengan pangeran Hans karena cinta kami abadi!" tegas Aurora di sisa-sisa tenaganya.
Gelak tawa raja Edward menggelegar dan memenuhi ruangan itu setelah mendengar perkataan Aurora barusan.
"Apa kamu bilang, Pelayan Kotor? Cinta abadi?" Raja Edward menghentikan tawanya kemudian berjalan menghampiri Aurora yang masih bersimpuh di depan singgasananya.
"Tidak pernah ada yang namanya cinta abadi antara seorang pelayan rendahan sepertimu dengan seorang pangeran seperti Hans. Hans hanya sedang terperdaya oleh bujuk rayumu. Namun, aku yakin cintanya akan tetap tumbuh untuk Putri Serena!" tegas Raja Edward sambil mencengkram erat wajah Aurora.
Putri Serena yang juga berada di ruangan itu, tersenyum bangga karena berhasil memenangkan hati Raja Edward. Bahkan karena hasutannya lah Aurora harus meregang nyawa di tangan lelaki itu.
Aurora tampak kesakitan, tetapi Raja Edward tidak peduli dan ia malah terlihat bahagia saat menyaksikan penderitaan Aurora saat itu. Setelah melepaskan cengkramannya dengan kasar, Raja Edward kembali melenggang menuju singgasana.
"Habisi pelayan itu!" titah Raja Edward sembari duduk di kursi kerajaannya dengan tatapan yang kembali tertuju pada Aurora.
Seorang algojo bertubuh besar bak raksasa bergegas menghampiri Aurora dengan membawa sebuah pedang panjang dan siap mengeksekusi gadis itu. Namun, sebelum pedang sang algojo berhasil menembus tubuh mungilnya, gadis itu dengan lantang berteriak di hadapan raja Edward.
"Ingatlah, Raja Edward. Ingatlah kata-kataku ini! Kau bisa saja menyingkirkan aku saat ini, tetapi aku berjanji, aku akan kembali dan merebut Hans-mu lagi!" teriaknya.
Raja Edward tersenyum sinis kemudian mengangkat tangan kanannya. Sebagai isyarat untuk algojo agar segera mengeksekusi Aurora. Benar saja, hanya dalam hitungan detik pedang panjang dan tajam milik algojo berhasil menembus tubuh mungil Aurora. Dari punggung hingga ke perut dan membuat gadis itu tersungkur ke lantai.
"Aakkhhh!" Jeritan gadis itu terdengar sangat memilukan.
Semua orang yang berada di ruangan itu sebenarnya tidak tega melihat nasib malang Aurora. Namun, tak satu pun dari mereka berani membantah keinginan lelaki berkuasa itu. Termasuk Ratu Caroline, istri dari raja Edward, ibunda dari pangeran Hans.
Tepat di saat Aurora meregang nyawa, pangeran Hans tiba di ruangan itu sambil berteriak histeris. Dengan tergopoh-gopoh, pangeran Hans menghampiri Aurora dan bersimpuh di hadapan gadis itu.
Hari itu pangeran Hans dipaksa untuk ikut berburu bersama pengawalnya oleh Raja Edward. Walaupun ragu, pangeran Hans tetap menyetujui keinginan sang ayah. Namun, ia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa ternyata Raja Edward memiliki niat terselubung di balik semua itu.
"A-Aurora ...." Hans meraih tubuh Aurora kemudian memangkunya sambil terisak-isak.
"Pa-pangeran ... aku mencintaimu. Sampai kapan pun aku akan tetap mencintaimu—" Itulah kata-kata terakhir yang keluar dari bibir Aurora sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan pangeran Hans.
"Aurora! Tidakkk!" Pangeran Hans kembali menjerit sambil memeluk tubuh mungil kekasihnya yang sudah tidak bernyawa tersebut.
Pangeran Hans meletakkan tubuh Aurora ke lantai dengan sangat lembut. Setelah itu ia pun bangkit dan berjalan dengan wajah memerah menuju singgasana Raja Edward.
"Sekarang kamu puas, Raja Edward? Puas karena sudah berhasil menyingkirkan Aurora dariku?"
Raja Edward masih terlihat santai dan ia tampak tidak peduli bagaimana perasaan pangeran Hans saat itu. "Itu yang terbaik untukmu, Nak."
"Terbaik untukku?" Hans tertawa sinis. "Bukan untukku, tetapi baik untuk Anda dan Putri Serena!"
Hans melirik Putri Serena yang sedang duduk di samping Ratu Caroline dengan tatapan sinis.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah sudi mempersuntingmu menjadi istriku!"
"Pangeran Hans! Sudah, cukup!" bentak Raja Edward.
Hans yang sudah tidak bisa mengontrol emosi, mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk menyerang raja Edward. Namun, tidak semudah itu menyerang raja Edward yang memang memiliki kekuatan jauh lebih besar darinya.
Raja Edward mengembalikan serangan pangeran Hans dan membuat putra kesayangannya itu jatuh tersungkur di samping tubuh Aurora yang sudah tidak bernyawa.
"Aku melakukan ini untuk kebaikanmu, Pangeran Hans. Suatu saat nanti kamu pasti akan berterima kasih kepadaku!" kesal Raja Edward sembari menghampiri pangeran Hans yang masih tergeletak di samping tubuh Aurora.
Kini Raja Edward berdiri di hadapannya anak lelakinya itu sembari mengulurkan tangan. Namun, pangeran Hans malah mengacuhkannya. Dengan seluruh tenaga yang tersisa, Hans bangkit dari posisinya kemudian mengangkat tubuh Aurora yang sudah tidak bernyawa.
"Terima kasih atas semua rasa sakit ini, Raja Edward. Aku berjanji tidak akan pernah melupakannya sampai kapan pun." Pangeran Hans keluar dari ruangan itu dengan membawa serta tubuh kekasih hatinya.
Sementara itu.
"Bagaimana ini, Ratu? Bagaimana jika pangeran Hans semakin membenciku karena semua kejadian ini?" tanya Putri Serena kepada Ratu Caroline yang duduk di sampingnya.
"Kamu tenang saja, Putri Serena. Aku sangat yakin, suatu hari nanti pangeran Hans pasti akan membuka hatinya untukmu dan menikahimu. Hanya saja saat ini ia butuh waktu untuk memikirkannya dan kamu harus bersabar untuk itu," jawab Ratu Caroline.
Putri Serena tersenyum puas. Putri berparas cantik itu terlihat sangat bahagia karena setidaknya ia sudah mengantongi restu dari Raja Edward dan Ratu Caroline. Putri Serena juga yakin bahwa suatu saat nanti pangeran Hans akan menjadikannya pasangan hidup, sama seperti yang dikatakan oleh Ratu Caroline barusan.
***
Pangeran Hans membawa tubuh Aurora ke taman belakang kerajaan. Di mana mereka sering bertemu di tempat itu. Perlahan, pangeran Hans duduk di sana sambil memangku tubuh Aurora.
"Maafkan aku, Aurora. Seandainya aku tidak menuruti keinginan ayahku, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi dan kita masih bisa bersama-sama," ucap Pangeran Hans sambil terisak.
Lelaki berparas tampan itu begitu menyesali keputusannya tadi pagi. Pantas saja hatinya begitu berat saat Raja Edward memerintahkan dirinya untuk ikut berburu bersama para pengawal.
Pangeran Hans menciumi wajah Aurora yang penuh dengan luka. Tanpa ia sadari, tubuh kekasihnya itu perlahan memudar kemudian menghilang dari pelukannya. Pangeran Hans menangis histeris sambil meneriakkan nama Aurora.
"Aurora! Tidakkk ...."
Namun, sekeras apa pun pangeran Hans berteriak memanggil nama Aurora, Aurora takkan pernah kembali ke sisinya.
Kalung berlian merah yang selalu menghiasi leher cantik gadis itu jatuh ke tanah setelah tubuhnya menghilang. Pangeran Hans meraih benda itu kemudian menggenggamnya dengan erat.
"Aku yakin kamu pasti akan kembali padaku, Aurora. Dan aku akan menunggu hingga saat itu tiba," ucapnya sambil menatap kalung berlian merah tersebut.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ica Susanti
mampir
2023-03-03
0
Rinnie Erawaty
mampir Thor aku mau marathon bacanya... kayaknya seru....
2022-11-01
2
Gung Dy
br bc 😊..menarik
2022-10-26
1